49

9.8K 498 68
                                    

"Mana sih lama amat!" sebal Bela yang menyandarkan kepalanya di bahu Arin.

Kavi pun ikut menyandarkan kepalanya di tiang halte itu sambil memainkan kunci motornya, "lo chat lagi Rin cepet, gue slepet nih lama lama si Alan."

Arin tertawa keras lalu mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Alan yang katanya ingin menemaninya menjenguk Radya.

"Gak dibales kayaknya udah jalan deh" tutur Arin sambil membenarkan rantang nya yang miring.

Arin membawakan rantang makanan untuk Radya sebagai tanda permintaan maafnya. walau dia tak bisa mengungkapkannya secara langsung.

"Lo tau nunggu itu gak enak." celetuk Kavi.

Bela mengangguk lalu menegakkan badannya, "apalagi nunggu yang gak pasti."

"Kak Alan mah pasti, yang gak pasti pacarnya Kavi."

Bela tertawa keras, "anjir virtual."

Kavi mendengus, "gue lagi yang kena, begini amat nasib gue."

"Kavi kenapa mau pacaran sama dia?" tanya Arin yang langsung membuat Kavi binggung.

Kavi menggaruk pelipisnya, "ya gak tau lah, binggung." jawabnya binggung.

"Katanya typingnya ganteng." sahut Bela menahan tawanya.

"Ohh sekarang jamannya, dari typing turun ke hati ya." kata Arin sambil tertawa kecil.

Bela tertawa lalu melirik Kavi yang terlihat melamun, "iya tapi yang sebelah ngetik pakai jari, si Kavi ngetik pakai hati."

Arin dan Bela tertawa keras membuat Kavi semakin sebal, "gue cekek nih pada!"

Arin dan Bela malah semakin mengeraskan tertawanya, "anjir seru banget nistain Kavi." sela Bela sambil tertawa.

"Lo aja di selingkuhin juga!" ketus Kavi.

Bela berhenti tertawa lalu mengelap sudut matanya yang berair lalu melirik Kavi sinis, "gue yang nyata aja di selingkuhin apalagi lo yang cuma virtual."

"Bela putus ya?" tanya Arin karena tak tau apa apa.

Bela mengangguk sedih, "dia selingkuhin gue sama mantannya."

Arin mengelus bahu Bela lembut, "gak papa, Bela ikhlasin aja kan jadi ketahuan dia gak pantes dapetin Bela."

"Biarkan sampah berkumpul dengan sampah!" tegas Arin.

Kavi dan Bela menatap Arin kagum, "anjir bocah gue udah gede." celetuk Kavi.

Arin tertawa, "karena keadaan juga aku banyak belajar Kavi."

Kavi tersenyum tipis, "semoga aja lo cepet ya lupain kak Bian, kasian tuh kak Alan sabar banget nungguin lo."

"Sabar itu ada batesnya, ntar dia pergi lo nangis berderai air mata."

Arin tertawa sebentar, "aku enggak akan biarin dia pergi, dan aku akan lupain kak Bian secepatnya."

"Doain aja."

ALBIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang