Tertekan

3.4K 242 18
                                    

Park Jimin, seorang siswa dari sekolah elit di Seoul. Park Jimin yang selalu dituntut untuk sempurna oleh kedua orangtuanya. Park Jimin yang setiap harinya hanya diisi oleh belajar, belajar, dan terus belajar.

Park Jimin mempunyai hobi yaitu menari namun kedua orangtua Jimin tak mengizinkan Jimin untuk meneruskan hobinya karena takut mengganggu pelajaran.

Park Jimin tidak mempunyai tema di sekolah bahkan di kelas. Bukan, bukan karena dia menyendiri tapi orang-orang tidak ingin berteman karena ibunya Jimin. Jimin hanya menganggap mereka teman biasa bukan teman dekat.

Jimin yang selalu nomor satu di sekolah kini tersingkir menjadi nomor dua karena si murid baru. Ibunya mengetahui jika nilai Jimin hanya beda satu poin dengan murid baru itu, ibu Jimin malah makin menekan Jimin. Murid baru itu sedikit berandalan namun pintar dan bisa mengalahkan Jimin. Maka dari itu ibunya terus menuntut Jimin untuk belajar terus.

Jimin sudah muak karena terus dituntut oleh kedua orangtuanya, Jimin tidak bisa tidur dengan nyenyak, tidak bisa makan dengan lahap. Jimin ingin memberontak namun bagaimana caranya. Bahkan saat orang tua Jimin diluar negeri, mereka selalu memantau Jimin dengan terus memvideo call Jimin satu jam sekali.

Jimin yang lelah akhirnya bangkit dari duduknya dan menyalakan musik. Tubuh Jimin mengikuti alunan musik tersebut. Jimin terbuai dengan musik, tubuhnya terus menari kesana kemari. Dan tidak menyadari maid yang sudah lama bersama dengan Jimin saat bayi itu sedang meneteskan air matanya.

Maid itu tau jika Jimin tidak tidur dengan nyenyak, makan saja hanya beberapa suap. Jimin selalu dituntut untuk menjadi sempurna oleh orang tuanya. Bahkan untuk melakukan hobi saja Jimin tidak diperbolehkan.

~~~

Hari ini sekolah Jimin akan ulangan. Mereka sudah berada di tempat duduk masing-masing. Jimin duduk bersebelahan dengan si murid baru. Tatapan Jimin hanya lurus ke depan memperhatikan guru. Bahkan diluar kelas ada ibunya, ibunya datang jauh-jauh hanya untuk melihat Jimin ulangan. Padahal itu tak diperlukan.

Soal dan lembar jawaban sudah di bagikan, saat mendengar suara bel mereka langsung mengerjakan soal tersebut. Namun dipertengahan, Jimin merasakan kepalanya sakit dan hidungnya perih. Jimin baru sadar saat murid baru disebelahnya berucap dengan suara yang cukup lantang.

"Kau mimisan."ucap murid baru.

Guru yang sedang memeriksa absen itu langsung mengangkat kepalanya lalu berjalan menuju Jimin.

"Jimin, kau baik-baik saja?"tanya guru tersebut.

"Aku tidak apa-apa saem."jawab Jimin.

"Sudah kau ke UKS saja, nanti ikut ulangan susulan saja."ucap si murid baru.

"Tidak, aku akan mengerjakan ini. Ada yang mempunyai tisu?"tanya Jimin.

"Ini aku ada."ucap teman sekelas Jimin.

Jimin mengambilnya lalu mengusap darah di hidung nya, "Saem, lembar jawaban ku ada darah nya. Boleh aku minta lagi?"tanya Jimin.

"Sebentar ya, kau kuat kan?"tanya Saem.

"Aku kuat Saem."ucap Jimin sedikit tersenyum.

Ibu Jimin yang melihat sedikit khawatir, ingin masuk namun takut mengganggu. Jadilah ibu Jimin hanya menatap Jimin dari luar ruangan saja.

Mereka kembali melanjutkan mengisi soal, saat bel selesai dan mereka disuruh untuk menyerahkan lembar jawabannya dan soal ke depan lalu keluar dari kelas. Saat Jimin bangkit, Jimin kembali merasakan kepalanya sakit dan itu semakin parah daripada sebelumnya.

Si murid baru yang melihat khawatir. Dan saat Jimin baru saja melangkah tubuh Jimin tumbang dan untung saja murid baru ada di belakang Jimin jadi bisa menangkap tubuh Jimin.

[END] GWAENCHANH-A? || KOOKMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang