Ini buat yang komen kemarin💋
Yunta check!
***
"Pake nih!"
Lemparan jaket mengenai wajah Tania. Siapa lagi pelakunya jika bukan Yunda.
"Aku kan mau tampil seksi, kak!"
Yunda menatap pakaian yang dikenakan Tania. Baju kebesaran dengan celana pendek sepaha. "Paha lo belang-belang."
Usai ngomong begitu, Yunda mengenakan helm dan menaiki motor. Tania ternganga mendengarnya. paha mulus tanpa celanya dihina pacar gay-nya.
"Naik apa aku tinggal?"
Tania cemberut. Mengikat jaket kebelakang lalu naik ke motor. Jalanan begitu sepi. Hingga sampailah keduanya ditempat yang membuat Tania kesal. Kaffeine.
Yunda turun dari motor meninggalkan Tania yang jengkel. Tania sengaja melambatkan langkahnya saat di depannya Yunda mencium kening dan kedua pipi pria itu.
Selalu pria yang sama. Pria yang selalu membuat Tania merasa kehilangan keseksian tubuhnya.
"Hai, Tania." Pria itu menyapa Tania ramah.
Walau malas Tania tetap membalas ramah. "Juga, Anan."
Yunda berdehem. "Anan, sudahi dulu kerjanya ya. Nanti Anan kecapekan."
"Anan kuat, kak."
"Istirahat, Anan!"
Pria mungil yang selalu mengenakan pakaian panjang itu menyengir. "Siap kak! Love you."
Yunda mengacak rambut Anan.Perginya Anan menimbulkan keirian dihati Tania. Walau ia juga sering diacak rambutnya, namun terasa berbeda baginya.
"Makan apa?"
Tania melihat daftar menu. Menyerahkan kembali pada Yunda. "Terserah kamu, kak."
Yunda memanggil pelayan menyatakan pesanan. Selesai dengan pesanannya, Yunda bangkit berdiri membuat Tania mendongak.
"Mau kemana kak?"
"Liat Anan, kamu tunggu disini ya." Yunda mengelus kepala Tania tanpa ekspresi beranjak kedalam melihat Anan yang beristirahat diruangannya.
Tania hanya cemberut. Kalau saja ia tidak mencintai Yunda mana mau ia bertahan dengan pria itu.
Dalam diam. Tania mengikuti Yunda yang telah masuk kedalam ruangannya. Sekedar info, Kafe yang tengah disinggahinya sekarang adalah kafe sang ibu dari kekasihnya itu.
Samar-samar Tania mendengar suara rintihan dari dalam. Tania menempelkan telinganya di pintu.
"Shh sakit kak."
"Kok bisa?"
Tak ada suara. Tania semakin menempelkan telinga di pintu. Entah itu desahan atau rintihan, terus mengalun di dalam ruangan itu. Hingga dua kata yang selalu diucapkan Anan membuatnya tertegun.
"Makasih kak, love you."
"Me too, my little boy."
Tania muak. Ia beranjak ke mejanya dan duduk dengan tenang seolah tak terjadi apa-apa. Menikmati makanan yang baru saja disajikan pelayan.
"Lama ya?"
"Nggak kok, kak. Nanti anterin aku ke rumah Laura, ya, kak."
"Oke."
"Mau dijemput atau pulang sendiri nanti?"
Didepan gerbang rumah Laura, motor Yunda berhenti. Tania turun perlahan dan menyerahkan helm pada Yunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story
RomanceYang penasaran langsung cus! Tanpa deskripsi. Tidak semua cerita berisi 1821 tapi bocil please jangan baca!!