Yo watsap brouh!
Yang berharap romantis jom maju! Chapter ini bakal mulai buat kalian deg-degan!
Jangan lupa TANDAIN TYPO biar Tata bisa koreksi!!
Happy Reading!!
Saga menyeringai menelusuri penampilan Luci hasil kerja tangannya. Lingerie merah darah yang tak menutupi 'area' kesukaannya, perut buncit kencang, bibir tersumpal kain merah lalu tatapan nya bertemu dengan manik memerah bengkak milik Luci. Tangan dan kaki terikat rantai. Harus Saga akui, dengan tampilan seperti itu Luci nampak ... seksi.
Tawa bangga mengudara. Selama hampir 4 bulan mencari, Saga mendapati Luci di sebuah lapak buah-buahan tengah berjualan. Tentu kesempatan itu tak Saga sia-siakan. Begitu wanita itu pulang, Saga pun menculiknya dan disinilah wanita itu sekarang berada. Dikamar tamu apartement nya selama 6 hari belakangan ini.
Tak ada yang mengetahui keberadaan Luci, Rafe sekalipun. Setiap lelaki bersenyum manis itu main ke sana, tak pernah lelaki itu masuk ke kamar tamu karena mereka memang tidak pernah menginjakkan kaki di sana.
"Lo makin mirip lonte," Saga tertawa kecil. Ia menghapus air mata Luci dan menjilatnya. Luci tak berdaya. Ia hanya bisa menangis tertahan sembari berdoa agar Saga tak melakukan sesuatu padanya.
"Hmmh hmmh."
"Lo ngomong apasih lonte tersayang?" Saga menaruh tangan di telinga mendekati Luci. "Ha? Mau ngentod disini? Oh, boleh. Boleh banget njing!"
Tangan saga menari di perut Luci. Dalam sekali sentak kain jaring tipis itu robek, menampakkan seluruh tubuh Luci yang memang tak tertutupi dengan baik. Saga bersiul menggoda. "Hey, lonte." Tawanya dan berlalu keluar kamar.
Tubuh Luci gemetar ketakutan. Ia menduga-duga Saga akan melakukan apa. Memang, selama ia tinggal disini tak pernah sekalipun ia menerima pukulan ataupun perlakuan kasar lainnya. Namun, Saga tak pernah membiarkan tubuhnya terbalut pakaian dengan benar. Lelaki itu benar-benar membuat dirinya seperti seorang jalang.
Terlalu larut oleh praduga, Luci tak menyadari Saga berdiri disampingnya membawa piring dan gelas, menyeringai. "Sebelum ngentod kita makan dulu. Gue gak suka anjing gue sakit," ucapnya yang terdengar menyeramkan ditelinga Luci.
Perempuan itu menggelengkan kepala, berontak. "Hmmh hmmh."
Senyum mengerikan Saga tampilkan. Saga menyuapi dirinya lalu menarik penutup mulut Luci. Ia mencium bibir Luci menyalurkan makanan dari mulutnya. Luci menggeleng namun tengkuknya di tekan agar tautan bibir mereka tak terlepas. Makanan sudah berpindah, Saga melepas ciuman menatap tajam.
"Lo muntahin gue gak segan-segan manggil orang-orang buat perkosa lo!" ancam nya menciutkan nyali Luci. Dengan air mata meluruh, Luci menelan makanan susah payah. Saga menepuk puncak kepala Luci sayang. "Bagus. Kita lanjutin makannya, ANJING!"
Suapan demi suapan dengan cara seperti itu pun telah terhenti. Saga menyodorkan gelas ke mulut Luci. "Minum, lonte," ujarnya langsung meminum kan Luci.
Wanita itu terbatuk dalam minumnya. Air jatuh berceceran disekitar dagu dan dada. Saga tak peduli, terus mencekoki Luci minuman hingga habis.
"Udah bertenaga?" tanya Saga namun tak mendapat jawaban. Saga kesal merasa di abaikan. Ia pun mencengkeram rahang Luci kasar. "ANJING! JANGAN KARENA GUE GAK NYIKSA LO, LO SEENAKNYA NYUEKIN GUE! LO ITU LONTE! JALANG! PEREK!"
"S-sakit ..."
"Lo—arghhh!"
Saga menghempaskan wajah Luci kasar. Dengan amarah memuncak Saga membanting pintu kamar, meninggalkan Luci yang menangis ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story
RomanceYang penasaran langsung cus! Tanpa deskripsi. Tidak semua cerita berisi 1821 tapi bocil please jangan baca!!