Ada yang kangen Tata?
Ciee yang kerjaannya makan, beol sama rebahan cieee😆
Tata gajadi dapet bokep tiri yuhuuu!! Kasih ucapan selamat dong:)
Jangan lupa komen dan klik bintang pojok kiri bawah. Ah, jangan lupa juga kasih tau Tata kalo ada typonya.
Warning⚠
Banyak kata kasar and romantic adegan. Jadi bagi yang phobia kata kasar dan uwuphobia segera menjauh dari area ini!Happy Reading!!!
Givia menatap pantulan dirinya di cermin rias. Kemudian mengalihkan perhatian pada sebuah kapsul ditelapak tangan. Usai permintaan nya tadi yang ditolak mentah-mentah si dokter, Givia nekat membeli pil tersebut.
"Maaf, saya harus menghilangkan kamu.“
Dengan tekad kuat, Givia mulai memasukkan pil tersebut kedalam mulut. Belum sempat tertelan, teriakan seorang lelaki membuatnya tersedak pil.
"GIVIA!"
"Uhuk-uhuk ..."
Langkah kaki tergesa mendekati Givia. Sebuah tangan mencengkeram kasar pipi Givia yang kesusahan. Tak berperasaan, lelaki itu memasukkan jari telunjuk dan tengah kedalam mulut hingga menyentuh kerongkongan perempuan itu. Air mata Givia mengalir, suara nafasnya terputus-putus.
"Muntahin, bangsat!"
Perut Givia serasa diaduk. Ia menarik tangan si lelaki meminta dilepaskan namun lelaki itu makin mendorong jarinya hingga mencapai dinding kerongkongan. Dorongan jari itu membuat Givia langsung memuntahkan semua isi perutnya.
"Huek ... Huek ..."
Givia terus muntah. Rasa perih di area leher membuat nya semakin menangis. Belum lagi dengan tatapan membunuh lelaki di depannya. Usai mengeluarkan isi perut, lelaki itu mengangkat tubuh lemas Givia ke atas ranjang. Sisa muntah di dagu ia bersihkan agak kasar menggunakan tisu.
"Bodoh!" Makinya semakin menciutkan nyali Givia. "Kalau saya tidak diberitahu Icha tadi mungkin kamu menjadi wanita paling bodoh! Apa otak tak berguna mu itu tidak memikirkan akibat lainnya jika menggunakan kapsul itu!"
Dada nya naik turun. Tangan besar itu lalu meraih botol berisi puluhan pil. "Pil cytotec? Seniat itu kamu ingin menghilangkannya!" Dilemparnya botol itu ke dinding hingga isinya berserakan di lantai. Givia ketakutan hingga meremas sisi kasur.
Gio, sang abang menatap penuh kecewa pada Givia. "Jika tidak pintar, setidaknya gunakan otak bodohmu untuk berfikir panjang!" Gio menoyor kening Givia kuat.
Tadi sewaktu ia masih melakukan pengecekan di kafe, sang kekasih yang merupakan dokter kandungan memberi tahu kan jika sang adik melakukan pemeriksaan. Tentu saja awalnya ia tak percaya. Adiknya yang judes dan masih sekolah tengah berbadan dua. Namun semua keraguan itu sirna kala Ralisha mengirimkan foto data kehamilan Givia. Terlebih kagetnya lagi saat mendengar ucapan kekasih nya jika Givia hendak melakukan abortus.
Sorot kecewa terlihat jelas. Gio berjalan lunglai keluar. "Papah dan mamah sebentar lagi akan pulang. Jangan membuat masalah, Givia!"
"Abang ..." lirihnya tak membuat lelaki itu menghentikan langkah.
Suara tangisan tersedu menggema. Givia menekuk kedua kakinya, menyimpan kepala diantara lutut sembari terisak. Dia tahu jika dirinya salah, tetapi ia merasa jika itulah jalan yang terbaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story
RomanceYang penasaran langsung cus! Tanpa deskripsi. Tidak semua cerita berisi 1821 tapi bocil please jangan baca!!