Ada yang tau dimana jodoh Tata?
Disclaimer!
Bagi yang uwwuphobia, silakan mendekat! Chapter ini penuh dosahhh...Happy Reading!!!
Ethan di balut jaket pudar melajukan motor kesayangannya setelah mengantar Mika dari rumah sakit. Angin malam yang menusuk tak dihiraukan nya. Entah kenapa rasa rindu pada perempuan mungil nya begitu menggebu-gebu. Ia ingin segera sampai dan berharap mungil tidur agar ia leluasa mengusap si buncit berisi anaknya juga mengecup wajah sang istri sepuasnya.
Ingatan tentang ucapan ingin menjadi asing, sungguh Ethan tidak bisa merealisasikan. Bagaimana mungkin ia menghindari Givia sementara ia sangat mencintai istrinya?
Melewati toko hewan, pandangannya tak sengaja tertoleh pada sepasang kelinci. Ethan menepikan motornya menatap kelinci berwarna putih dan hitam itu. Mungkin ia bisa memberikan kelinci sebagai permintaan maaf atas kejadian di sekolah tadi.
Ethan merogoh saku celana jeans. Seratus ribu. Apa bisa membeli sepasang kelinci?
Seketika ia teringat jika bahan pokok hampir habis. Ethan memasukkan kembali uang ke saku dan membatin akan membeli sepasang kelinci untuk istrinya lain kali untuk maafnya.
"Via pasti belum makan." Ethan menggumam kembali melajukan motor menuju warung makan.
Usai memesan nasi bungkus, ia langsung melesat menuju rumah. Sesampainya didepan pagar lampu depan rumah telah padam, menandakan Givia telah tidur. Ethan mengembangkan senyum simpul.
"Aku pulang," bisiknya membuka pintu rumah. Keadaan yang gelap membuat Ethan harus berhati-hati melangkah. Ia lebih memilih menyalakan flash ponsel ketimbang mengetuk sakelar lampu.
"Via udah tidur, ya?" monolognya melihat nasi bungkus digenggaman. Ethan memasukkan ke dalam kulkas mini dan berjalan menuju kamar Givia.
Dilihatnya sang istri tengah tidur menghadap tembok. Ethan melepas jaket melangkah pelan menghampiri Givia. Saat tangannya terulur hendak mengelus perut Givia, suara bernada datar mengagetkan nya.
"Jangan menyentuh nya!"
Givia berbalik badan lalu duduk menatap Ethan tajam. Tangan terulur Ethan mengingatkannya kembali pada Ethan dan perempuan tadi siang. "Saya tidak suka dia disentuh oleh bekas perempuan lain!"
Cahaya dari flash membuat kernyitan samar terlihat di dahi Ethan. Ia menjulurkan tangan hendak meraih bahu Givia namun di tepis kasar. Ethan tersenyum kecut.
"Maksudnya apa, Via?" tanya Ethan tak paham. Ia ingin merengkuh yang lagi-lagi di sentak kasar Givia.
"SINGKIRKAN TANGAN KOTORMU, BAJINGAN!"
"Hey, Via. Tenang dulu, kena-"
"TERNYATA ITU KENAPA ANDA SELALU PULANG MALAM! ANDA BERSAMA PEREMPUAN LAIN. SAYA PAHAM JIKA ANDA INGIN TERUS BERSAMA PEREMPUAN ITU. TAPI APA ANDA TIDAK INGIN MENJENGUK ANAK ANDA SENDIRI?!"
Ethan mengerjap saat teriakan Givia memenuhi telinganya. Ia tak mengerti apa yang di katakan Givia. Hanya saja saat mendengar kata 'menjenguk' Ethan langsung tersenyum simpul. Ia membeo saat yang di katakan Reman—temannya, jika ibu hamil akan lebih sensitif dan juga gairah seksual lebih besar terlintas di benak. Sayang, Givia terlalu gengsi hingga istrinya itu hanya memendam, begitulah fikir nya.
"Kamu mau aku menjenguk anak kita?" tanya Ethan di balas decakan tapi tak ayal Givia mengangguk.
"Iya, saya akan membuat janji bes-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story
RomanceYang penasaran langsung cus! Tanpa deskripsi. Tidak semua cerita berisi 1821 tapi bocil please jangan baca!!