Hiii jomblo!
Buat yang merengek minta lanjutin. INI ENDINGNYA! JANGAN MINTA LANJUTIN INI LAGI KALAU NGGAK MAU KUTANG KALIAN TATA PAKE, eh.
Ehehe, solly Tata typo.
Happy Reading!
Seorang perempuan melangkah riang membawa rantang. Beberapa orang menyapa yang dibalas ramah tatkala mereka berpapasan. Sampai tempat tujuan, perempuan itu memperbaiki letak kacamata lensa khasnya sebelum membuka pintu penuh senyum.
"Apa kamu sibuk?" tanyanya pada seorang lelaki berjas putih yang duduk di kursi memainkan pulpen. "Astaga sayang! Kok gak bilang mau kesini?"
"Kenapa harus bilang? Takut kepergok selingkuh kamu!"
"Kok selingkuh? Biar aku bisa ngatur jadwal kontrol pasien dong Luci sayang. Untung pasien gak terlalu banyak hari ini. Sini sayang."
Luci tersenyum mendekati kekasihnya. Sedikit mengalihkan kertas lalu meletakkan rantang di meja. Duduk berhadapan membuka satu persatu dan menata di meja.
"Sama siapa kesini?" tanya sang kekasih mengelap keringat di pelipis Luci.
Berdehem. "Sama om Rajasa."
Anggukan lelaki itu berikan. "Om Raja ke sana?" tanyanya hati-hati. Helaan nafas terdengar sebelum Luci mengangguk pelan. "Ayo makan, aku udah laper," ujarnya mengalihkan pembicaraan.
"Suapin dong sayangkuhh."
Tawa kecil mengudara. Luci menyuapi kekasihnya menggunakan tangan sementara yang di suapi sesekali memainkan pulpen.
"Kita sudah mirip suami istri. Bulan depan yuk menikah! Biar aku disuapin terus sama kamu."
"Astaga! Kita baru pacaran sehari, sudah mau nikah-nikah aja!"
"Loh, emang kenapa? Banyak kok yang baru ketemu langsung nikah. Kita kan udah dekat dari tiga bulan lalu. Atau kamu memang gak mau nikah sama aku?"
"Bukan gitu—"
"Yaudah! Pokoknya kita bulan depan nikah titik!"
Bibir Luci melengkung lemah. Tanpa sadar ia mengelus perut rata yang tak ada lagi janin didalamnya. "Kenapa kamu mau sama aku? Padahal masih banyak perempuan lain yang lebih baik dari aku. Aku bukan perempuan baik, aku juga sosok ibu gagal. Kenapa, Vid?"
David merengut. "Memangnya kenapa? Mau kamu seburuk apapun, kalau aku maunya kamu ya tetap kamu. Lagipula aku bukan pria yang baik-baik banget. Jangan bilang ini cuma alasan kamu gak mau merid sama aku. Ngaku gak?!" selidiknya menggigit tangan Luci gemas.
"Bukan gitu—"
Brak.
Suara bantingan pintu menghentikan ucapan Luci. Di depan sana, seorang perawat nampak panik mendekati dua sejoli di kursi.
"Maaf dokter mengganggu waktu istirahat anda! Ada pasien kecelakaan yang butuh dioperasi segera!"
"Baik!" David berdiri memperbaiki jas kebanggaan. "Maaf sayangkuhh, ada nyawa yang harus aku tolong. Aku tinggal gapapa kan, sayang?" Luci menggeleng sembari tersenyum. "Gapapa, nyawa lebih penting David sayang."
Pipi dokter muda itu bersemu. "Kamu bisa nunggu disini, atau kalau kamu bosan kamu bisa ajak Diva jalan-jalan. Dia pasti lagi free." Setelah mengecup pucuk kepala Luci, ia berjalan tergesa diikuti si perawat.
Senyum terukir di bibir Luci. Setelah mencuci tangan lalu membereskan rantang, ia mengingat kebersamaan mereka dari tiga bulan lalu. David yang ia lihat sewaktu membuka mata seusai operasi. David yang memberi support kala terpuruk kehilangan janinnya. David yang menerima masa lalu kelamnya. Dan banyak lagi ketulusan David yang mustahil akan diberikan orang lain padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story
RomanceYang penasaran langsung cus! Tanpa deskripsi. Tidak semua cerita berisi 1821 tapi bocil please jangan baca!!