ketua basket 3-End

95.1K 1.7K 65
                                    

Nanana seneng banget liat vote dan komen kalian, jadi gue up lagiii!!!

Siap-siap jantungan!

***

Laura

Laura

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





"Gimana malam pertama?" Tania bertanya antusias. Jemari lentiknya menyelipkan rambut kebelakang telinga.

"Ya gitu," jawab Laura lesu. Gimana gak lesu, meski sudah seminggu dari hari pengantinnya tetap saja ia selalu bertempur dengan Egha. Walau penuh kenikmatan tetap saja ia merasa letih.

"Enak gak?! Gede gak?! Gue jadi pengen!"

"Minta sama kak Yunda sana!"

Tania memasang raut sedihnya. "Walau gue telanjang sekalipun, bebep Yun mana nafsu!"

"Batang lebih menggoda sih."

Tania menganga mendengar ucapan Laura. "Masa iya sih?"

"Iyalah, buktinya aku sampe lemes."

"LAURA!"

Keduanya menoleh pada seorang lelaki yang berlari mendekati keduanya-ralat hanya Laura. "Lau, hah hah."

Laura menatap penasaran cowok yang tengah membungkuk memegang lututnya. "Kenapa Ran?"

Randa, cowok satu ekstrakurikuler dengannya itu berdiri. Menarik tangan Laura lalu berlari tergesa. Laura hanya bisa melambaikan tangan pada Tania.

"Sandy manggil lo! Potret Negantara belum lo kirim ke dia. Padahal jadwal madingnya hari ini. Gue nelpon lo dari kemaren gak diangkat, dateng kerumah lo malah sepi. Hah hah."

Laura hanya pasrah. Sampai dipintu ruang fotografer Laura menatap sekelilingnya, ia merasa de javu.

"Tinggalkan saya sama dia," ucap seorang cowok pada Randa yang ternyata adalah Sandy.

Setelah Randa berpamitan pergi, Sandy mendekati Laura.

"Laura, kenapa kamu belum kirim foto Negantara kepada saya. Hari ini harusnya sudah di pajang di mading."

"Maaf kak, beberapa hari kemarin, saya sibuk dengan acara keluarga."

Sandy mendengus geli. "Oke! Tapi harus kirim secepatnya ke saya!"

"Baik kak."

Sandy keluar ruangan diikuti Laura. "Kenapa berjalan dibelakang saya? Sini!" Sandy berbalik badan merangkul pundak Laura. "Sorry, gue harus profesional, Lau."

Laura tertawa pelan. "Yak, kak Sandy buat aku takut tau!"

"Sebagai tanda maaf, gue traktir lo." Sandy menolehkan kepala ke kiri dan kanan lalu berbisik di telinga Laura, "Pengantin baru."

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang