Misguided 2

13.7K 801 73
                                    

Heyo babi😙

Kangen Tata gak? Atau kangen cerita ini?

Bacanya pelan-pelan ya! Vote, komen dan typo tolong ditinggalin jejaknya.

Ini konfliknya gak berat kok. Suer deh✌

Malahan partnya ngebaperin, menurut Tata ya💖🐰

Kalau gak percaya baca aja!








"G-garis biru."

Agita menutup mulutnya tak percaya. Air mata kembali menghiasi pipinya. Isakan kecil samar-samar memenuhi kamar berantakan wanita itu. Tangannya mengepal erat menggenggam benda persegi panjang yang ternyata test pack.

"Tuhan, maafkan hamba-Mu."

Bayangan dirinya yang digauli Vize kembali menghantuinya. Bukan hanya malam itu, tiga hari kedepannya Vize terus menerus menggempur Agita seperti kesetanan tanpa tahu tempat. Vize memperlakukannya bak binatang tak memperdulikan dirinya ditonton oleh beberapa penjaga dan pembantu disana. Harga diri yang jatuh semakin jatuh ketika melihat tatapan bernafsu dari pria disana. Agita membenci tatapan mereka dan sangat membenci Vize!

Pandangannya beralih pada perut rata yang sebentar lagi akan membuncit. Sebelah tangannya mengelus pelan lalu mencengkeram kuat. Erangan pelan keluar dari bibirnya. Agita kembali menangis pilu.

"Kenapa kamu harus hidup?! Seharusnya kamu gak ada disini! A-aku wanita kotor. Kamu gak pantas hadir di perut aku. A-aku berdosa."

"Apa kita pergi saja dari sini? Ya, itu solusi bagus!"

Kekehan kecil keluar saat melihat bayangan dirinya. Agita melihat sebentar benda dalam genggamanny. Ia memejamkan mata lalu membukanya kembali.

Prang.

Cermin di hadapannya pecah berkeping-keping. Test pack yang menjadi alat pemecah kaca itu terlempar entah kemana. Rasa sakit di kaki yang tertusuk beberapa pecahan kaca kecil tak terasa sama sekali. Darah mulai mengotori lantai berwarna putih itu.

"Aku b-beban. Yah, beban."

Wanita itu jongkok mengambil pecahan cermin runcing berukuran sedang. Mata sembabnya tak hentinya mengeluarkan liquid bening. Agita tak kuat menahan semua ini. Ia tersiksa.

"Adek! Adek kenapa?! Dek buka pintunya?! Itu suara apa dek?! Adekk?!"

Bunyi ketukan brutal dari pintu kamarnya membuat Agita segera berdiri. Dilihat kembali perut ratanya dan mengarahkan kaca ke perut.

"Selamat tinggal, dedek."

Pelan namun pasti Agita menusuk perutnya dalam membuat erangan kuat keluar dari bibir pucatnya. Sedikit demi sedikit rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya. Kaos orange bagian perutnya di penuhi darah.

Tak berhenti sampai situ, Agita juga menusuk pergelangan tangannya. Saat memori menyakitkan itu kembali hadir dipikirannya, Agita menekan pecahan kaca semakin dalam. Tetesan darah mengotori tangan, kaki dan lantai tempatnya berpijak.

Dobrakan pintu disertai teriakan memasuki pendengaran. Agita tersadar dari kegiatannya. Dengan nafas tercekat Agita membuang pecahan cermin penuh darah ke sembarang arah bertepatan dengan pintu yang terbuka lebar.

"Adek!!!"

Raut marah bercampur khawatir dapat Agita lihat dari wajah Agra. Bau anyir memasuki indra penciumannya membuat kepalanya pusing. Agita tersenyum kecil mendapati Agra mendekati dirinya yang entah kapan telah berbaring dilantai.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang