Masih ada yang menunggu cerita ini?
Seperti biasa, vote, komen dan typonya tinggalin ya buat jejak kalian kalau pernah singgah di lapak ini:)
Reading!!!
Jika kalian berpikir Ceysa akan menerima permintaan Beni tempo hari, maka kalian salah. Wanita muda itu bahkan berkeinginan tidur di kamar Bella. Namun, itu hanya keinginan yang tak akan pernah terwujudkan.
Ingin rasanya ia pergi, namun nyatanya ia tak akan pernah bisa pergi. Selain permintaan Bella, ada sesuatu yang akan terus membuatnya terikat dengan Beni.
Cklek.
Ceysa menundukkan kepala saat Beni datang membawa paper bag. Saat ini ia dikamar Beni—maksudnya kamar mereka berdua—hanya memakai bra karena luka punggungnya belum sembuh dan celana pendek. Ceysa menggigit bibir bawah merasakan sapuan tangan Beni mengangkat dagunya.
"Gak usah nunduk." Paper bag itupun berpindah kepangkuan Ceysa. "Buat lo."
Beni menghela napas melihat tangan Ceysa yang meremas sisi paper bag. Ia menyelipkan rambut Ceysa yang menghalangi pandangannya ke balik telinga.
"Tadi kemana sama Ley?"
Diamnya Ceysa membuat Beni menggeram pelan. Ia menarik dagu Ceysa agar menatapnya.
"Lupakan. Pake sebelum gue remes tetek lo sekarang!"
Pelototan mata Ceysa tanpa sadar membuat Beni tertawa pelan. Diliriknya gelas juga beberapa pil yang masih utuh diatas nakas. Seketika Beni merubah rautnya kembali.
"Biar gue pakaikan."
Tanpa mendengar balasan, Beni meraih paper bag dan mengeluarkan isinya. Lingerie. Melihat baju jaring tipis itu menerbitkan seringaian diwajah Beni.
"Ben."
"Diam. Jangan nolak."
Begitu hati-hati Beni memakaikan nya. Sesekali lelaki itu membasahi bibir nya saat mengikat simpul tali yang menjuntai tepat di area dada. Ceysa meremas selimut yang menutupi badan bawahnya. Ia tak mengenali sosok Beni yang sekarang. Atau inikah sifat asli Beni. Yang begitu dominant dan semaunya.
"Kenapa gak diminum vitaminnya? Mau nyiksa diri, hm?" tanya Beni lembut sampai-sampai Ceysa merinding. Itu bukan pertanda baik.
"Nanti dulu-"
Seringai itu muncul. Persis seperti sang kakak. Mata Ceysa memanas.
"A-aku mau."
Tanpa sadar air mata mengalir di pipi nya. Beni dengan cepat menghapus, dan menyentuh rahang Ceysa. Senyuman manis Beni begitu nyata.
"Baiklah."
Pil yang tadinya berada di nakas pun larut dalam gelas. Beni meminumnya hingga pipinya menggembung dan meraih tengkuk Ceysa yang kembali meneteskan air mata lalu menyatukan bibir keduanya. Beni mengekspor sebagian air itu pada Ceysa dan sisanya ia telan habis. Ia melepas tautan lalu mengecup singkat bibir Ceysa.
Jejak air yang tak terminum mengalir disudut bibir Ceysa. Beni tersenyum manis menghitung dalam hati. Semenit kemudian, gejolak aneh bereaksi pada tubuhnya. Hal yang sama dirasakan Ceysa. Ia mengigit bibir bawah mencoba menahan gejolak aneh tersebut.
"Lo cantik Key. Apalagi mendesah bareng gue."
Beni menggigit pipi Ceysa. Ia mengumpulkan rambut Ceysa menjadi satu dan menggelungnya asal. Ceysa mendesis merasakan sentuhan dipipi dan tengkuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story
RomanceYang penasaran langsung cus! Tanpa deskripsi. Tidak semua cerita berisi 1821 tapi bocil please jangan baca!!