Lama ya, wkwk. Kangen kang gosting ini gak?
Tanpa basa-basi lagi, cus enjoy guys😇
Sore itu, salah satu meja kafe yang bernuansa klasik modern ini dipenuhi oleh beberapa orang yang tengah bermain sesuatu. Bahkan mereka menarik meja yang berada disebelah menyatukannya dan menarik kursi dari meja lain.
Canda dan tawa terdengar riuh di sana membuat beberapa orang yang merasa terganggu melayangkan tatapan tajam yang tentu saja tak dihiraukan mereka. Pelayan juga tidak berani menegur karena salah satu orang di sana merupakan anak pemilik kafe tersebut.
"Yes akhirnya Bedu yang dapat," ejek Ceysa menyender di bahu kanan Rhay pada Beni yang menatapnya tajam.
"Awas lo ya!" tunjuk Beni mengarah ke Ceysa yang memasang wajah konyol. Duduk berseberangan dengan Ceysa membuat Beni gusar.
"Udah woy! Neb, truth or dare?" tanya Zenna yang berada di samping Beni.
Yang ditanya lalu memasang wajah bahagia. "Karena gue LAKIK, gue pilih truth!"
"Kontol doang yang laki, dare nggak dipilih," cibir Ranesha, matanya mengelilingi sekeliling kafe mencari spot yang cocok untuk berselfie ria nantinya.
"Anji- astaga. Tuh mulut gak pernah disumpal burung Ley apa. Lemes amat! Nih sumpal pake burung gue aja, Ca. Dijamin klepek-klepek."
Rhay menatap tajam Beni. Tangan kirinya kemudian merangkul Ranesha yang masih asik sendiri. Sedang tangan kanan menepuk kepala Ceysa yang menyender.
"Gak mau tau! Lo harus pilih DARE!! Lo gak ngerasa dari tadi semua pilih truth. Ah gue pusing nyari pertanyaan, bego!" kesal Zenna membuat Beni tersenyum kecut.
"Anj- iya-iya. Gue pilih dare, PUAS!!!" teriak Beni didepan wajah Ceysa membuat perempuan itu menegakkan kepala.
"Beduuu! Mulut lo bau selangkangan!"
"Hm, lo tau Vanne? Dia minta gue genjot tadi. Gue sih iya-iyain aja. Lumayan Key, gratis. Gue juga sempet kecup-kecup tuh lobang, makanya mulut gue bau surga dunia. Anjay!"
Jawaban tak nyambung itu membuat Ceysa bertekad memberikan dare yang agak mudah untuknya.
"Ngapain malah bahas plus-ples sih? Cepetan, darenya!!!"
"Darenya-" ucapan Ranesha terpotong oleh Ceysa.
"Lo selama ini nge'itu' sama sembarang orang tanpa melibatkan perasaan. Jadi untuk sekarang ..."
Empat pasang mata disana menatap Ceysa yang asik memelintir jari Rhay. "Bercinta dengan orang yang lo suka," ujar Ceysa begitu semangat. "Jangan lupa di foto atau videoin buat pembuktian," lanjutnya menyeringai puas.
Walaupun suka celup sana sini, namun Ceysa begitu yakin jika Beni menyukai Zenna. Terlihat dari tatapannya yang selalu berbinar ketika melihat Zenna. Bukankah sebagai teman ia harus membantu PDKT Beni dan Zenna. Meski caranya sungguh melenceng.
"Ya ampun Key, lo kasih dare yang enak banget buat penikmat lubang ini," cibir Ranesha yang dibalas kekehan Beni dan Zenna.
"Dua minggu," ujar Rhay singkat.
"Apanya?" tanya Beni mengernyit.
Ranesha menyandarkan kepala dibahu Rhay, nampak gadis itu menggeram tak suka. "Waktunya lah, bego! Gue pites pake beha juga lo lama-lama. Ineb ngeselin asli, ah."
Melihat anggukan mantap Beni, Ranesha berdecak. Maniknya kemudian melirik Zenna yang juga penasaran akan sosok perempuan yang disukai si petakilan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story
RomanceYang penasaran langsung cus! Tanpa deskripsi. Tidak semua cerita berisi 1821 tapi bocil please jangan baca!!