Ada yang nungguin lapak berdebu ini? Ahaha untung gak lumutan, ye.
Eh, gini lo shayy. Kalau Tata janji jangan dipercaya, soalnya belum tentu ditepati:)
Seperti biasa ye, vomen dan typonya tinggalin dilapak ini.
Bismillah, genjot dulu. Eh:(
Rintik hujan yang deras membangunkan Ceysa. Perempuan itu mengerjap, menyesuaikan cahaya yang menerpa penglihatan buramnya. Saat tatapannya telah jelas, pekikan kecil keluar dari bibirnya.
"I-ini bukan mimpi."
Di bawahnya terdapat Beni yang tertidur pulas. Tubuh polos tanpa selimut dan milik keduanya masih menyatu mengingatkan Ceysa kejadian tadi malam. Dengan kasar dihempasnya tangan Beni yang melingkari pinggangnya.
"Engh ... Key."
"Lepasin tangan kotor lo, Beni!"
"Kotor? Hm, gue akui kok." Beni menjawab dengan suara seraknya.
Ia meletakkan tangan nya di bahu dan bokong Ceysa menekan agar semakin rapat. Ceysa tentu saja meronta, bahkan menggigit dada bidang Beni.
"Lepasin gue, Du! Lo tuli, ha?!"
"Shh, awh ... jangan digigit anjing!"
"Du, lepasin gue."
Seringaian lebar menghiasi wajah Beni. "Oke."
Hembusan nafas lega Ceysa membuat Beni semakin tersenyum. "Setelah gue dapat hak gue, LAGI!"
Rontaan pelan Ceysa tak Beni hiraukan. Ia membalik tubuh mungil itu tanpa melepas penyatuan dan mulai mengecupi dada yang penuh kemerahan. Nafasnya mulai memberat, menandakan ia bergairah.
Pinggul nya mulai menghentak. Beni menenggelamkan wajahnya dibelahan dada Ceysa. Rintihan pelan Ceysa makin membangkitkan libido nya.
"Uhh ..."
"Du, g-gue bu-kan jalang lo."
"I know. You are my bestie and my wife now."
"Hhh ... gue gak mau, Du. Lepasi-ahhh."
Beni makin menghentak kuat menggantikan racauan Ceysa dengan desahan. Tangan kekarnya meremas dada Ceysa hingga memerah. Ceysa menggeliat tak nyaman.
"Du ahh ... lepasin gueh."
Tangan Beni mencengkeram pinggul Ceysa. Ia menunduk meraih bibir Ceysa yang tengah mempertahankan kewarasan tubuhnya. Bibir keduanya bertemu. Beni menghisap bibir atas dan bawah Ceysa pelan. Ia melepas saat tangan Ceysa menepuk punggungnya. Ceysa mengambil nafas rakus ditengah erangannya.
"Emhh ... Lepas ahh ..."
Dua dada Ceysa pun tak luput dari sentuhan Beni. Dipelintir nya puting kecokelatan itu yang membuat Ceysa kelojotan. Puas memelintirnya, Beni pun mulai menjilat sesekali menggigit sekitaran puting, menggoda puting mencuat tersebut.
Ceysa memberontak namun salah tindakan. Ia menggerakkan pinggulnya mencoba melepaskan penyatuan namun malah membuatnya semakin mengerang nikmat karna menumbuk berlawanan arah. Beni tersenyum puas. Ia menarik hampir keluar lalu mengentakkan sedalam mungkin hingga jeritan Ceysa bersahutan dengan geramannya.
"Ben ahh tolong lep- ahhhh ..."
"Tubuh lo yang pengen ... hahh Key."
"Ahh lepash ohhh ... t-tolongh Du."
Mulut Ceysa memang menolak. Namun, lengkungan dan gerakan tubuh bawahnya menerima baik keberadaan milik Beni. Beni memasukkan puting mencuat itu kemulut. Menghisap kuat seolah ada asi yang keluar. Sedangkan puting satunya ia jepit diantara jari telunjuk dan tengah menggesek kuat. Kedutan di kewanitaan Ceysa pun menjepit batang yang keluar masuk agak kasar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story
RomanceYang penasaran langsung cus! Tanpa deskripsi. Tidak semua cerita berisi 1821 tapi bocil please jangan baca!!