Mistake Epilog

18.8K 1.3K 183
                                    

Hampir 2 minggu gak up. Kangen Tata dan karya absurdnya gak? Pasti nggak lah, ye kan?!

Tata kaget pas Tata buka aplikasi ini pembacanya udah 1M. Ya walaupun votenya gak nyampe seperempatnya. Tapi sungguh, Tata nangis liatnya. Gak nyangka aja gitu, ternyata banyak juga yang berotak yadong, eh:)

Seperti biasa, readers old or new yang belum vote dan komen mundur perlahan, beri bintang dan masukan membangun kalian. Tata pantau ye!

Sambil baca, tandain typonya ya!

Reading guys!



"Kita buka perlahan perbannya."

Lilitan demi lilitan terus terbuka menyisakan kapas yang melindungi kedua mata Prata. Dokter Harry begitu perlahan membuka kapas dikedua mata Prata yang masih terpejam.

"Coba buka matanya perlahan tuan, agar tak terkejut oleh cahaya nantinya," Instruksi dokter Harry.

Prata membuka mata perlahan, yang pertama kali ia lihat adalah langit-langit ruangan, ia mengerjap menyesuaikan kondisi matanya.

"Ma!" Prata memekik senang. "Aku bisa liat ma!" Tangan kekarnya menggenggam tangan Selati yang terus beruraian air mata, entah itu tangisan bahagia atau sedih.

Selati menangkup wajah Prata. "Anak mama," ujarnya lalu memeluk Prata begitu erat yang dibalas tak kalah eratnya.

"Ma, aku bisa liat! Aku bisa liat!"

Pemandangan itu membuat dokter Harry terharu, beliau menyela kegiatan ibu dan anak itu begitu sopan.

"Selamat untuk tuan Pratama dan nyonya Selati. Saya turut berbahagia atas kembalinya penglihatan tuan Pratama. Saya pamit menemui pasien lainnya. Sekali lagi selamat tuan, nyonya."

Senyum manis disertai anggukan bahagia terlihat jelas di wajah Prata. Dipandangnya dokter Harry yang menghilang dibalik pintu. Matanya terus menjelajahi ruang putih itu dengan binar bahagia hingga ia melihat amplop cokelat tergeletak di atas monitor.

"Ma, itu?"

Raut terkejut terlihat jelas diwajah Selati, dengan cepat ia mengecup kening Prata sambil berucap, "mama tinggal ke kantin sebentar ya."

Selati mengambil amplop cokelat itu dan bergegas keluar dari ruangan Prata. Tangannya meremas sisi amplop menyalurkan kekesalan sekaligus kesedihan dalam dirinya. Selati terus melangkah menuju kantin yang terlihat hanya beberapa orang saja.

Sementara itu, Prata termangu mengingat perceraiannya dengan istri ralat mantan istrinya. Prata meremas rambutnya menyalurkan kemarahan dalam dirinya. Ucapannya yang lalu terlintas dibenaknya.

"Aku gapapa gak bisa melihat dan berjalan, asal Ela ada disampingku."

"An," lirihnya sendu, "pasti selama ini sakit hati kan, aku anggap kamu Ela."

Prata memejamkan mata, mencoba meresapi apa yang dirasakannya sekarang. "An, hanya bayang-bayang Ela yang hadir. Baik-baik diluar sana, Bianka Destya."



***



Setelah semalaman berada di rumah sakit, kini Selati dan Prata telah sampai di rumah. Tentunya mereka pulang atas paksaan Prata yang begitu keras kepala.

Selati tengah duduk di sofa dengan Prata yang meniduri paha Selati. Si ibu pun mengelus kening Prata dan menyentuh parut luka di sisi kiri wajah Prata.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang