Annyeong chingudeul!
Tata lagi senang nih, cuakss!
Yaiyalah senang. Tata dapat tf-an dari papah lebih dari biasanya. Mana dikasih tip lebih juga sama anak bos. Gimana gak senang coba?! Xixixi.Jadi, karena Tata senang, Tata langsung ngetik deh, hahaha!
Eh, disini ada readers cowok gak sih? Kalo ada pengen dong kenalan. *plak, Tata di gampar pacarnya readers cowok.
H-hiks kamu jahad! Padahal Tata cuma pengen kenalan, kalo lebih gak masalah sih. Nikah gitu(Tata merona shy shy cat). *bugh, bugh, krek, Tata di bogem sampe patah hati sama bodyguard sewaan pacar si readers.
U-huk-uhuk, sebelum Tata pingsoy, saatnya ...
Reading enjoying!
Pernikahan telah terjadi satu jam yang lalu. Selama itu juga, Givia tak henti-hentinya merenungi nasib pernikahan ini.
Ah... bagaimana pun ia tidak- ralat sangat tidak menginginkan pernikahan. Apalagi dengan orang yang sangat di benci dan tak diinginkan nya. Ethaniel.
Teringat jelas tak lama kehadirannya di tengah acara. Kevio tidak hanya tak menggandeng nya menuju tempat pengikatan, tapi juga tak memandangnya. Gesya menatap datar dirinya dan Gio yang lebih mementingkan pengecekan kafe bermasalah miliknya.
Bukan hanya itu, usai ucapan pengikat Kevio dan Gesya langsung meninggalkan tempat acara tanpa berpamitan ataupun sebuah perkataan untuknya.
Givia jelas saja ingin menangis. Namun ia tak boleh menunjukkan itu. Dirinya tidak boleh membuat Kevio semakin tak menyukainya.
"Saya tidak pernah menginginkan hal ini."
Menatap pantulan diri melalui cermin yang retak, tangan Givia sangat ingin memecahkan benda itu dan menggorok leher Ethan. Beberapa hari dirumah kecil dan sempit membuatnya serasa gila. Givia muak!
"Saya tidak suka disini," lirih nya bergetar. Tangan ramping nya memeluk perutnya sendiri lalu menekan sedikit kuat. Givia menahan diri agar tidak berteriak merasakan nyeri mulai menjalari perut.
Semakin lama tekanan itu semakin kuat. Givia menangis tanpa suara. "Apa kamu mengerti jika saya tidak suka disini?" tanya Givia serak mengalihkan perhatian ke bawah, menatap nyalang perutnya. "Saya tidak ingin!"
"Astaga! Maafkan saya. Apa kamu terluka di dalam sana?" Tersadar dari aksi nekat nya, dekapan erat kini berganti menjadi elusan lembut. Calon ibu muda ini terisak kecil. Givia merasa serba salah. Ia tak menginginkan hadirnya makhluk dalam perutnya itu, namun sebagian dirinya terkadang juga tak membiarkan dirinya melukai janinnya.
"Apa saya harus berusaha mencoba pergi lagi?" Ucapan itu terlontar kesekian kali dalam 3 hari belakang.
Jika kalian berfikir Givia hanya diam tanpa niatan pergi, maka kalian salah. Berbagai cara telah ia lakukan agar menjauh dari rumah Miskin ini. Ia bahkan pernah melukai adik Ethan yang menghalangi nya. Namun sang abang tidak membiarkan Givia pergi dari rumah kumuh ini. Lelaki itu menempatkan beberapa bodyguard dirumah berjaga-jaga jika Givia kembali nekat pergi.
"Via."
Terlalu larut dalam lamunan, Givia tak menyadari Ethan yang melingkarkan tangan dileher, menciumi sisi wajahnya.
"Via," bisiknya mengulum telinga Givia. Sesekali ia menjilatnya yang mengejutkan Givia. Refleks, Givia menyikut perut Ethan.
"MENJAUH DARI SAYA, TUAN ETHANIEL!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story
RomansaYang penasaran langsung cus! Tanpa deskripsi. Tidak semua cerita berisi 1821 tapi bocil please jangan baca!!