Annyeong chingu!!
Adakah yang nungguin cerita ini?
Ayo dong vote, komen, share, subscribe cerita ini. Follow juga akun Tata. Nanti Tata kasih foto miper gratis ke kalian.
Jangan lupa tandai TYPO nya juga...
Sebelum lanjut baca, Tata ada pantun nih.
Baca ya baca. Jangan di skip!
Satu detik dua menit
Tata cantik kalian genit.Ah, iya Tata tau kalian tersipu shy-shy. Jadi, sama-sama.
Happy reading guys!
Didalam kamar yang bernuansa cerah, dua orang tengah bergumul di ranjang yang berderit itu. Sang lelaki terus menggoyangkan pinggul cepat sembari menatap penuh gairah perempuan dibawahnya yang mengangkang lebar disertai isakan. Keringat yang membasahi tubuh polos keduanya nampak mengkilap terkena sinar lampu tidur itu.
"Ohh ... Ohhh ... S-stop ahhh ...."
Tak menghiraukan ucapan si perempuan, lelaki itu lalu mengangkat sebelah kaki perempuan ke bahunya dan menyodok kuat membuat si perempuan makin menjerit kuat disertai tangisannya. Lelaki itu tak peduli jika ada yang mendengar desahan si perempuan. Lagipula kamar ini berada di lantai atas, takkan ada yang tahu dirinya tengah memperkosa perempuan.
"U-udah ahhh ... A-abang ahhh ...."
"Bitch," umpat lelaki itu makin memperdalam kejantanannya. Wajah merahnya semakin membuat perempuan dibawahnya terlihat menyedihkan namun juga ikut bergairah.
"Jauhin Naufal, Ila."
Perempuan itu menggeleng kuat. "Gak mau bang Fari-akhhh ...."
Air mata mengalir kala hentakan kasar menghujam intinya. Dada yang terpantul itu di remas kuat membuat perempuan itu menjerit kesakitan.
"Sialan! Memek sialan!" maki si lelaki kembali tak berhenti menggenjot. Ia bahkan menampar pipi perempuan itu hingga menimbulkan warna kemerahan. Pekikan mengudara bersamaan dengan hujaman keras menumbuk liang terdalam wanita.
"Fanila, liat abang!"
Perempuan itu yang ternyata Fanila menatap wajah Fari, sang abang sayu. Rasa perih di intinya tak mengalahkan perih dihati melihat wajah yang selalu membuat ia tunduk.
"Dia bukan pria baik buat Ila." Fari menghentak kuat menyalurkan rasa kesal juga irinya.
"Cuma abang, Ila. Cuma abang yang baik buat Ila."
"I-ini salah bang ahhh ...."
"Ahhh ... Ahhh ... Ahhh ... Jangan ... U-udah bang."
"Berenti-ohhh ... Ohhh ..."
Semua ucapan Fanila dianggap angin lalu. Fari menurunkan kaki Fanila di bahunya dan menahan paha Fanila agar terus mengangkang lebar.
Sedikit menunduk, bibir lelaki itu sesekali mengecup puting dada yang terpantul seirama goyangan. Sedangkan tangannya menautkan jemari keduanya erat.
"Emhh ..." Fanila menggigit bibir menahan desahan nikmat. "Berenti-ahhh ..."
Fanila membenci tubuhnya yang tak sinkron dengan ucapan dari bibirnya. Nyatanya, ia ingin terus dihujam saat merasakan gelombang orgasme mendesak keluar. Fanila meremas selimut kuat dengan rintihan nikmat bercampur isakan keluar dari bibir tebalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story
RomanceYang penasaran langsung cus! Tanpa deskripsi. Tidak semua cerita berisi 1821 tapi bocil please jangan baca!!