Heyo! Tata up bro!
Bisa-bisanya mood kurang bagus malah lancar ngetiknya. Huhu ... monangis rasanya, gara-gara Minnie hampir ngehabisin sekilo tomat Tata. Mana itu oleh-oleh dari anak pabos lagi. Kalau aja bukan kesayangan, udah Tata peluk sampe gak bisa nafas:(
Ehem ... sebelum lanjut baca, Tata udah siapin pantun khusus buat kalian :♡
Tata semangat memerah pati
Sambil mandangin brondongnya akik
Yang baca dalam hati
Senyum dong biar makin cantik.Wes, jangan senyum-senyum sendiri. Baperan amat:)
⚠PART BAPERRR⚠
***
Ceklek.
"Adek, makan dulu yu-"
"ADEK!!"
Prang.
Piring dan gelas yang dibawa Agra tadi dihempas sembarang menimbulkan suara pecahan nyaring. Langkah kaki Agra semakin cepat menuju ranjang berhiaskan warna merah pekat itu.
"Adek!" Tangan Agra menepuk pipi Agita yang tentu saja tak mendapat balasan apapun. Cairan bening menghiasi pipinya kala tangannya menyentuh area paha Agita.
"D-darah."
Tanpa aba-aba ia menggendong Agita dan berlari mencari kendaraan apapun di luar gerbang rumahnya. Tubuh Agita begitu dingin dan pucat. Membuat ketakutan besar dalam diri Agra kembali muncul. Dengan nafas terengah-engah, lelaki itu berlari kedepan mencari taksi, angkot atau apapun yang akan membawanya dan Agita ke rumah sakit.
"Adek, jangan tinggalin abang. Please, wake up girl."
"Angkot! Angkot!" Teriakan keras Agra menghentikan laju sebuah angkot. Lelaki itu masuk dan mendudukkan diri dengan cepat, menitahkan sang supir menuju ke rumah sakit.
Orang-orang yang melihatnya terkejut. Beberapa diantara mereka ikut panik melihat keadaan Agita yang jauh dari kata baik.
"Bangun dek! Jangan buat abang takut kayak gini! Dek, bangun!"
"Pak! Lebih cepat lagi! A-adik saya ... ADEK!!"
Melihat Agita yang kejang-kejang dipelukannya jelas membuat Agra histeris. Nafas Agita terputus-putus seperti kekurangan pasokan oksigen. Agra menepuk pipi Agita lumayan kencang. Sesekali ia menempelkan bibir pada bibir pucat Agita memberi sang adik nafas buatan.
"Dek bangun!"
Agra merapatkan paha Agita berupaya menahan darah mengalir disana yang tentu saja tak berarti apa-apa. Agra tak bisa memikirkan apapun kecuali Agita dan calon ponakannya.
"Pak tolong lebih cepat ..."
Digenggamnya erat telapak tangan dingin Agita. Air mata mengalir deras di pipi. Semua yang disana menatap sedih wanita dalam pelukan Agra.
Sampainya dihalaman rumah sakit, Agra segera menggendong Agita masuk kedalamnya. Berteriak kesetanan membuat beberapa perawat membawakan brangkar dan mendorongnya menelusuri lorong rumah sakit setelah Agra meletakkan sang adik di brangkar.
Agra sendiri segera pergi menuju kehalaman rumah sakit. Tak peduli darah menghiasi baju dan celananya, Agra segera membayar angkot lalu berjalan cepat menuju ruang administrasi.
Usai mengisi formulir, Agra berlari menuju ruang dimana Agita di masuki tadi. Dari balik pintu buram, Agra samar-samar dapat melihat kegiatan dokter didalam sana. Air mata kembali jatuh ketika ia mengusap darah di bajunya. Tenggorokannya tercekat waktu ia hendak menelan ludah. Melihat adiknya berjuang antara hidup dan mati didalam sana jelas membuat dadanya nyeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story
RomanceYang penasaran langsung cus! Tanpa deskripsi. Tidak semua cerita berisi 1821 tapi bocil please jangan baca!!