Mistake 2

27.8K 1.4K 66
                                    

Hi, wak.

Happy new year🎊🎉🎇

Nungguin part ini ya. Maaf wak, Tata sibuk bolak balik jengukin trus pulang. Jadi, benar-benar gak ada waktu. Mana Tata juga sakit. Hehe ....

Buat yang lupa alur ceritanya, baca part awal dengan judul yang sama. Hedeh, sebenarnya Tata agak lupa alurnya gimana, tapi liat mereka, eh, langsung inget😆

Vote dan komennya uhuy. Cerita yang lalu-lalu pun berikan apresiasi kalian. Tata pantau ye!

Seperti biasa, BERITAHU TYPONYA!

Wes lah bacotane, sekarang ...

HAPPY READING!!!




"Begini nyonya Angela, terapi yang dijalankan tuan Pratama telah mencapai peningkatan sekitar 30%. Jika tuan Pratama sering latihan berjalan di rumah, bisa dipastikan dalam 3 bulan ini tuan Pratama bisa berjalan normal atau dalam artian kata sembuh total. Dan soal pendonor mata, anda bisa bertanya pada dokter Optalmologis."

" Terima kasih dokter, atas bantuannya. Baiklah, kalau begitu saya permisi."

"Sudah menjadi kewajiban saya. Silakan nyonya."

Anka keluar dari ruangan yang bername tag Dr. Aslan. C menemui sang suami yang menunggunya di taman rumah sakit bersama perawat dan sahabatnya. Sebenarnya tadi Anka telah mengajak Prata untuk ikut keruangan dokter Aslan, namun suaminya itu lebih memilih melatih otot kakinya ditemani perawat dan sahabatnya.

"Mas, kata dokterny-"

"Aku capek. Langsung pulang ya."

"Baiklah. Mas Reano, mbak Tiara, saya permisi."

"Hati-hati bro, An-ngela."




***





"Bagaimana terapinya, nak?" tanya Selati saat melihat Anka dan Prata yang telah pulang dari terapi.

"Ma, nanti saja bertanya nya. Aku ngantuk," ucap Prata berusaha mendorong kursi rodanya. Badannya terasa letih setelah seharian melakukan terapi.

"Biar aku yang dorong mas," ujar Anka mengambil alih kursi roda. Sedikit mengangguk pada Selati dan berjalan menuju kamar.

Begitu hati-hati Anka mengangkat tubuh sang suami ke kasur. Membuka baju dan melepas sendal rumahan yang digunakan Prata.

"Aku mau tidur."

"Jangan tidur dulu. Gak baik tidur sore. Mau mandi?"

Tangan Prata meraba sekitaran mencari tangan Anka. Setelah menemukan yang di carinya ia mengecup pelan dan dalam.

"Ngantuk ..."

"Gak boleh tidur, mas. Tidur sore bisa meningkatkan resiko kematian lebih cepa-"

"Kamu mau aku meninggal cepat, huh?! jahat!"

"Loh, aku gak ada bilang gitu ya."

"Serah!"

Hening. Kini dua orang itu sibuk dengan pikiran masing-masing. Anka seketika tersadar dengan tujuannya.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang