Yang silent riders, mundur perlahan yuk! Tekan bintang dan komentarin karya Tata. Mudah kan?
TANDAIN TYPONYA!!!
Part dibawah, banyak adegan yang buat kalian geleng kepala, miris. Hahaha/Tata tertawa jahat!
Happy reading my story guys!
Sembari menggeret koper, Zella menghampiri Alvan yang duduk di sofa ruang tamu. Kepala lelaki itu ada diatas meja dengan kedua tangan menjadi penumpunya.
"A', nanti kalau aku melahirkan, aku harap a'a datang. Biar dedek bisa merasakan kehadiran seorang abi."
Alvan mengangkat kepalanya. Sorot kecewa nampak jelas di wajahnya saat Zella masih dengan keputusannya.
"Ah iya, a'a harus bilang aku menduakan Alvin saat mamah dan papah nanya kepergianku. Aku yakin, pasti Alvin makin tidak menyukaiku," lirih Zella mengusap perut buncitnya.
Alvan berdiri membuat Zella mendongak. "Alvin cinta sama lo, Zell."
Zella menggeleng pelan. "Cuma Nila dan hanya Nila."
Alvan berjongkok didepan perut Zella, mencium perut wanita itu penuh kasih sayang. "Sehat terus ya, dedek. Jagain mama. Ada saatnya dedek bakal ketemu abi," lirihnya membuat Zella terharu. Alvan mendongak menatap Zella.
"Gue bakal bantu lo, Zella."
Zella tersenyum ditengah deraian air mata. Menyodorkan sebuah kertas yang di ambil Alvan dengan raut kebingungan.
"Dua puluh sembilan hari nanti, tolong kasih ini ke Alvin, a'."
Alvan semula terkejut namun tak lama ia menyeringai mengingat sesuatu. "Si bodoh itu bakalan terkejut!"
***
Alvin bangun memijat kepalanya yang terasa pusing. Suasana kamar yang sepi menyergap penglihatannya. Terasa ada yang berbeda. Zella. Kemana wanita itu?
"Azell?! Alvin mau mandi!"
Hening. Tak ada sahutan dari wanita hamil itu. Tak ingin semakin pusing, Alvin berjalan sempoyongan menuju kamar mandi setelah menyambar handuk yang dibeli Zella.
Lima belas menit Alvin keluar dengan handuk yang melilit pinggangnya. Kembali mengedarkan pandangan tak menemukan pakaian yang biasanya teronggok di ranjang ketika ia selesai mandi. Alvin mengernyit. Mungkin Zella pergi ke minimarket, fikirnya.
Alvin menuju ke lemari. Mengambil pakaian lalu tersadar jika tempat pakaian Zella kosong. Alvin periksa koper yang pernah dibawa Zella dulu, yang kini tak ada ditempatnya. Alvin pun menjadi panik. Ia bergegas memakai pakaiannya dan pergi kedapur.
"Mah, Azell kemana?"
Isna yang menata piring pun menatap putranya heran. "Kirain mamah masih dikamar sama bang Al."
"Gak ada dikamar, mah. Baju dan kopernya juga gak ada. Azell..."
Alvian mencerna ucapan sang anak. Tiba-tiba Alvan datang menyeletuk.
"Zella pergi setelah ketahuan sama a'a kalo dia selingkuh, nih." sodoran hp yang memperlihatkan gambar dua orang yang bergandengan tangan membuat Alvin menggeram.
"Dasar jalang!" umpatnya berlalu menuju kamarnya kembali. Tiga orang di sana membulatkan mata mendengar seruan Alvin.
"Alvan! Itu benar?" tanya Isna pelan namun penuh penekanan. Alvan mengangguk patah-patah.
"Jangan bohong Alvan!" Kali ini Alvian yang angkat bicara. Alvan menggeleng pelan. Hah, dia susah jika berbohong didepan orang tuanya.
"Tanpa penjelasan a'a pun, papah bakal tau secepatnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story
RomanceYang penasaran langsung cus! Tanpa deskripsi. Tidak semua cerita berisi 1821 tapi bocil please jangan baca!!