Hai, Tata comeback!!!
Tata kangen banget sama kalian. Kangen liat notif vote, komentar, reading list juga notif followers, ehehe.
Udah lama banget Tata ninggalin lapak ini. Kira-kira masih ada yang baca gak ya?
Ekhem ... seperti biasa, tinggalin jejak vote dan komentar kalian di cerita ini, tandain typonya juga ya ....
Happy reading guys!
Seorang perempuan berjalan tergesa-gesa di trotoar. Rambut sebahu dengan ponytail itu berterbangan kala ia semakin mempercepat langkahnya, berlari kecil sembari menatap tajam bangunan yang menjadi incaran nya sedari tadi. Bahkan, saking fokusnya ia menatap bangunan tersebut, tak ia hiraukan beberapa pejalan kaki yang mengomel ketika tak sengaja ia tubruk.
Saat hampir mencapai bangunan yang ternyata sebuah kafe, perempuan itu memperlambat langkah kakinya.
"Please, don't..." lirih nya pelan menutup mata sebelum mencari sebuah meja dibalik jendela kaca bening itu.
Seketika tubuhnya terasa lemas. Sedikit menunduk lalu menopang tubuh lemasnya dengan satu tangan memegang dinding kafe. Ia kembali melihat meja tersebut memastikan ia salah melihat namun tetap saja itu benar.
"Naufal ... Lagi ..." bisiknya tercekat.
Rasanya seluruh pasokan udara di sekitarnya kian menipis melihat sendiri bagaimana lelaki itu menggenggam tangan pasangannya dengan tatapan memuja.
Bukan sekali ini ia mendapati sang lelaki bersama yang lain. Ini sudah yang kesekian dengan pasangan yang berbeda. Perempuan itu tak tahan lagi lalu berbalik arah dan berjalan dengan lemas.
Ia tak berniat mendatangi ataupun menampar sangat lelaki dan pasangan nya. Entahlah, ia terlalu lelah berkali-kali dikhianati.
"Sakit ..." ujarnya menepuk dada lumayan kuat. "Fanila, udah! Gak pantas, Fanila!" marahnya pada diri sendiri kala cairan bening membasahi pipinya.
Perempuan bernama Fanila itu menghapus air matanya secara kasar. Ia kemudian memejamkan mata dan menarik nafas panjang lalu menghembuskan perlahan.
"Kamu kira cuma kamu yang bisa." Fanila menampilkan tatapan marah. Ia perhatikan sekelilingnya yang ramai oleh kendaraan dan para pejalan kaki.
Tatapannya tertuju pada seorang lelaki yang berjalan menunduk melewatinya tengah memperhatikan ponsel. Segera ia berjalan cepat menghadang langkah lelaki itu.
"Jadi yang kedua, mau?" tawar Fanila langsung yang jelas saja membuat lelaki itu kaget.
"Jadi pacar kedua, mau gak?" ulang Fanila lagi.
Segera saja lelaki itu mengumpat. "Cewek gila!" lalu melanjutkan kembali langkah nya tanpa menghiraukan Fanila.
"Maaf," ujar Fanila menghentikan langkah si lelaki. "Aku cuma ingin berteman dengan mu."
"Gue gak punya waktu buat berteman sama cewek aneh kek lo."
Dengan cepat Fanila merogoh saku celana dan menyodorkan ke depan dada si lelaki. "Lima ratus ribu buat nemenin aku hari ini."
"Lo kira gue cowok apaan!" geram si lelaki menghempaskan tangan Fanila. "Jadi singkirin tubuh lo. Gue bukan cowok panggilan."
Ditahan nya lengan si lelaki membuat si empu terpejam menahan emosi. Saat ia hendak meledakkan kata-kata kasar, satu kalimat dari bibir perempuan asing ini membuat dirinya urung melakukan hal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story
RomanceYang penasaran langsung cus! Tanpa deskripsi. Tidak semua cerita berisi 1821 tapi bocil please jangan baca!!