Hii!
Ada yang nungguin ini kah?
Warning : Typo menyebar di mana-mana.
Happy Reading!
Hampir sepekan usai ucapan perceraian tersebut yang membuat Alagra perlahan menjauhinya. Kini Tata tengah duduk di ranjang merenungi apa yang sebenarnya terjadi antara keluarganya dan keluarga sang suami. Kejadian apa yang membuat mom histeris dan pamannya terlihat membenci keluarga Alagra.
Tak lama pandangan Tata tertuju pada Alagra yang baru saja masuk ke kamar. Tak ada ucapan ataupun lirikan, seolah Tata hanyalah patung yang tak berarti apa-apa. Melihat hal tersebut, Tata pun menghela nafas sudah biasa oleh sikap acuh Alagra sepekan ini. Salahnya juga karna meminta cerai tanpa pikir panjang. Andai saat itu ia berpikir ulang mungkin saat ini keduanya tengah menikmati masa-masa layaknya pengantin baru pada umumnya.
"Sudah makan?"
Tak ada sahutan. Alagra melengos hendak ke kamar mandi namun ter interupsi oleh ucapan Tata.
"Aku siapin air hangat dulu."
Tanpa repot menyahut, Alagra membalik badan duduk di kursi meja rias dan Tata yang segera masuk ke kamar mandi, menyiapkan keperluan mandi. Lelaki muda itu menatap dirinya di cermin datar lalu tak lama rahangnya mengeras.
"Anjing!"
Cukup lama melihat pantulan dirinya sampai ia tak sadar jika Tata telah berdiri di sampingnya. Bahkan perempuan itu bisa melihat tatapan menusuk dari pantulan cermin di depannya.
"Um, sudah."
Sekali lagi tak menghiraukan Tata, Alagra bangkit menuju kamar mandi dengan mata perempuan itu yang mengikuti punggung Alagra hingga hilang dibalik pintu dengan tatapan sendu.
"Aku harus minta penjelasan paman!" Tekad Tata bulat.
Ya, dia harus tahu kisah terdahulu agar tak menimbulkan kekecewaan bagi dirinya maupun Alagra lagi.
***
"Jelasin paman!" ujar Tata menuntut penuh penekanan pada Agra.
Agra membuang muka ke samping. Niatnya yang ingin menjenguk Agita yang telah pulang dari rumah sakit karena lepasnya jahitan di dada itu seketika menyesal.
"Aku gak mau jadi orang bodoh yang tak tahu apa yang terjadi di keluarga kita." Tata menggigit bibir pelan melihat reaksi Agra yang masih sama, menghindarinya.
Tak menyerah, Tata terus menodong Agra berbagai pertanyaan. "Kenapa paman memintaku menceraikan Alagra? Apa yang dilakukan Alagra sama kita, paman? Apa ini semua berhubungan dengan paman itu?"
"Bisakah tidak usah membahas itu, little girl?" pinta Agra sendu. "Menceritakan itu sama saja membuka luka lama yang belum sembuh."
Mendengar ucapan Agra, Tata terdiam. Sadar bahwa hal itu pasti menyakitkan untuk Agra dan juga sang ibu. Tata menunduk lalu meremas jemarinya. Baiklah, ia tak akan menanyakan hal itu lagi pada Agra.
"Aku tak tahu tentang masa lalu mom dan paman dengan keluarga Alagra. Tapi disini, aku mohon sama paman. Jangan meminta ku untuk menceraikan Alagra. Aku ... aku tak bisa paman."
Sekelebat bayangan hadir di benak Tata tentang Alagra yang telah membiayai seluruh operasi Agita dulu. Alagra, dia penyelamat bagi nya. Terlepas dari masalalu ibu dan paman nya, Alagra merupakan orang penting dalam kesembuhan Agita.
"Baiklah, paman tidak akan meminta nya lagi." Agra berdiri lalu berujar, "sudah malam. Paman pulang dulu. Bibimu pasti telah menunggu paman. Jaga mom baik-baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story
RomanceYang penasaran langsung cus! Tanpa deskripsi. Tidak semua cerita berisi 1821 tapi bocil please jangan baca!!