A. 1

9.3K 232 0
                                    

Haii!

Tata gatau ngasih judulnya apa buat cerita ini makanya kek gitu. Tapi itu ada hubungannya kok. Anggap itu inisial nama pemeran utamanya, azek azek....

Buat yang chapter lalu, maaf ya endingnya gitu. Tapi emang dari jauh-jauh hari Tata udah mikir kalo endingnya emang nyesekin buat keduanya.

Ya, gak semua pernikahan berakhir bahagia, bree. Termasuk dua anak beda kasta. Pertentangan dari orang tua itu lebih menyesakkan. Ungkitan harta dan ketidaksempurnaan pasangan dari orang tua, bukannya itu menyakitkan pasangan? Aish malah ngedumel disini. Oke, kita sudahi chapter lalu ya!!

Ah, iya. Chapter ini khusus dewasa. Jadi, buat yang ABU (Anak di Bawah Umur) jangan coba-coba baca! Nanti malah ketagihan:)

Area dewasa⚠




"Ini berkas yang anda minta, pak."

Melalui ekor matanya Arli melirik Devi, sang sekretaris meletakkan map berkas dengan sopan. Arli segera membuat pergerakan mengusir yang diangguki Devi.

Kembalinya Devi ke kubikel miliknya membuat Arli tanpa sadar menghela nafas gusar melihat tumpukan kertas dibalut map yang hampir memenuhi meja. Memilih bangkit dari kursi kebesarannya, Arli menatap samping pergerakan sekretaris cantiknya.

Dada besar dibalik blouse putih yang dikenakan Devi seakan memanggilnya agar meremas dada melon itu. Bibir merah sapuan lipstick menggodanya untuk melumat hingga bengkak. Pinggul lebar dibalik rok span itu serasa pas jika ia mencengkeram erat memompa batang nya keluar masuk dengan kasar di-

Sialan! Pusat tubuh Arli tiba-tiba menegang. Ia harus menuntaskan hasratnya segera. Arli kembali duduk di kursi kemudian memanggil sekretaris seksi nya.

"Devi, saya butuh kamu!"

Tanpa mendengar jawaban, Arli menunggu tak sabar pergerakan Devi yang berjalan sensual.

"Ada apa pak?"

"Puaskan saya!"

Mendengar itu, Devi duduk menyamping di pangkuan Arli. Jemari dihiasi kutek merah itu menelusuri dari rahang hingga jakun Arli, menekannya pelan. Melihat mata terpejam Arli, Devi pun mengecup bibir tebal itu sebelum melumat nya lembut.

Lumatan lembut itu Arli sambut dengan balasan yang kasar. Kedua tangannya tak mau diam. Ia meremas kuat kedua dada dibalik blouse membuat Devi sedikit melenguh dalam lumatan. Arli lalu melesakkan lidah mengabsen deretan gigi Devi lalu membelitkan lidah mereka. Decapan keras memenuhi ruang kerja Arli.

"Aulmt mphhh."

Tak hanya meremas kuat, terkadang ia memelintir puting keras menyebabkan rintihan nikmat keluar dari celah bibir Devi akibat gesekan puting dengan blouse. Tanpa melepas tautan bibir, Devi membuka kancing blouse hingga terpampang payudara bulat tanpa bra di depan Arli. Arli menggigit bibir Devi kemudian melepas tautan bibir mereka.

Deru nafas keduanya bersahutan. Arli menatap nafsu payudara di depannya.

"Cantik dan ... Besar."

Belum sempat Devi bernafas lega, kini ia kembali mendesah kala tanpa aba-aba Arli menyatukan kedua payudaranya lalu memasukkan kedua puting itu ke dalam mulutnya. Sensasi gatal dari permainan lidah Arli di puting ikut menghantarkan rasa gatal di area kewanitaan nya. Devi menenggelamkan kepala Arli semakin ke dalam.

"Uhhh hisap kuath hahhh..."

Tanpa sadar Devi memekik kecil saat satu payudara diremas kuat. Masih menghisap puting, Arli mendongak menampilkan raut polos yang membuat Devi lebih terangsang.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang