Hi wak!
Saatnya 🌚
Taukan artinya apahh?
Sebelum lanjut baca, ada baiknya kalian yang belum vote atau komen di part lalu ngasih bintang dan ngomen. Hitung-hitung nambah dosa, eh.
Penikmat kontol, saatnya baca! *plak-plak (Tata ditampar massal)
Di sebuah kost-an yang lumayan sempit, seorang gadis tengah mondar-mandir sembari sesekali mengacak rambut. Raut wajahnya pun berubah-ubah. Terkadang sedih, kesal, ataupun marah.
"Ya Tuhan, darimana bisa dapat duit segitu."
Gadis itu, Tata mendudukkan diri di lantai kost-an yang dingin. Suasana kost-an yang sepi—karena Silsy, Zaril dan Dafin bekerja—membuat detak jam menggema. Dengan pelan diraihnya sebuah kartu dan buku kecil—buku tabungan—lalu manik kehijauan nya menatap nanar nominal dalam buku tersebut.
3.750.000,00.
Uang hasil kerja selama beberapa bulan itu tentu belum bisa menutupi biaya operasi sang ibu yang mencapai 50 juta. Belum dengan biaya penebusan obat di apotek, pemakaian ruang rawat selama beberapa hari pasca dioperasi, biaya makan serta pulang pergi menjenguk membuat kepalanya serasa mau pecah.
Meskipun ia memiliki sang paman, tetapi ia cukup tau diri karena terlalu sering merepotkan sang paman hingga istrinya, bibi Ana sering marah padanya.
"Andai papa ada disini," lirih gadis itu. "Pasti papa bakal bantu Tata." Tak bisa dicegah, air mata menghiasi pipinya.
Dirinya pusing juga sedih memikirkan mencari pinjaman. Pinjam pada bank? Ia tak memiliki apa-apa untuk dijadikan jaminan. Pada tetangga? Tidak mungkin. Rentenir? Tata tak bisa membayangkan. Jumlah bunga pinjaman jelas besar mengingat nominal yang ia butuhkan juga besar. Sedangkan ia hanyalah seorang gadis kelulusan SMA beberapa bulan lalu dengan pekerjaan bergaji pas-pasan.
Seolah teringat sesuatu, dengan wajah sembab Tata meraih ponsel dan mengutak-atik mencari sebuah nomor. Tata menekan nomor tersebut meski tangannya bergetar. Aktif namun tidak diangkat. Tak menyerah, kembali ia mendial nomor itu. Hingga panggilan diangkat dan suara serak lelaki terdengar.
"Lo terima, eh!"
"Iya. Transfer 80 juta sekarang."
"Kecil. Nanti malam, jangan telat datang! Banyak hal yang harus kita urus."
"Iya."
"Te amo."
Tut.
Sambungan terputus. Kini Tata duduk memeluk lutut dengan dagu menopang. Dadanya sesak. Pandangannya memburam oleh air mata. Ia telah membuat keputusan, dan akan ia terima apapun resikonya. Harapannya semoga keputusan nya itu tidak salah.
Ia butuh pendengar untuk semua keluh kesahnya. Ia hanya ingin didengarkan, tanpa perlu mendapat balasan. Dan ia tahu harus kemana.
Ke makam sang papa.
***
Area pemakaman cukup ramai oleh para peziarah. Meski demikian, suasana hening tetap mendominasi tempat tersebut. Tata melewati beberapa peziarah yang tengah khusyu' berdoa sebelum langkahnya berhenti pada sebuah papan nisan. Tata berjongkok di samping papan nisan. Lalu tangannya mengelus pelan papan itu, seolah tengah mengelus seseorang.
"Halo, Pa. Tata datang lagi."
Gadis itu merasakan matanya memanas. Bahkan dadanya sesak kala mengusap nama dibalik papan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story
RomanceYang penasaran langsung cus! Tanpa deskripsi. Tidak semua cerita berisi 1821 tapi bocil please jangan baca!!