Makcomblang 1

8.9K 275 4
                                    

Hello, zheyeng!

Karena ide buat lanjutin chapter sebelumnya belum ada, jadi Tata up ini dulu.

Ehehe, jangan marah zheyeng😆



Happy Reading!





"Udah gue transfer, Nic."

Suara denting ponsel mengalihkan tatapan keduanya. Saat mengecek, Anichi tersenyum puas melihat nominal yang tertera di ponsel miliknya. Perempuan berambut sepinggang bergelombang itu mengedipkan mata pada pasien nya, Ardhi.

"Berkat lo, gue bisa jadian sama Neti. Thanks momi."

"Harus nya lo sujud di kaki gue biar lebih manjur. Haha." Tawa puas mengalun di kelas kosong itu. Ardhi memasang raut datar mendengar ucapan Anichi. "Canda, Dhi."

"Kalau serius, ya gapapa sih." Ardhi yang semula hendak tersenyum kembali menatap tanpa ekspresi. "Gak lucu, Nic."

"Yang penting lo udah ngasih cuan. Gue balik dulu, Dhi. Selamat jadian lo." Anichi menepuk pundak Ardhi lalu melangkah keluar.

Sebelum Anichi benar-benar keluar, Ardhi mengucapkan sesuatu yang membuat semangatnya kian membara. "Goodluck, Makcomblang!"


***


Bagi siswa-siswi SMA Harapan Palsu, nama Anichi Takuyami sudah tak asing bagi mereka. Untuk murid biasa, gadis blasteran Jawa-Jepang itu tentunya adalah seorang siswi berkepribadian ramah dan sedikit polos. Berbeda dengan beberapa siswa yang tentu mengetahui lebih dalam, sosok Anichi adalah perantara pasien-pasiennya dalam menggaet pasangan.

Tak heran, bagi yang tahu 'pekerjaan' Anichi, terlalu mendekati seseorang apalagi sampai menanyakan beberapa hal pribadi, dapat dipastikan jika itu adalah target dari seseorang yang meminta bantuannya. Sangat berbeda dengan mereka yang tak tahu. Hanya menganggap Anichi ingin berbincang santai dengan murid lain.

Meminta bantuan pada Anichi tentu harus mengetahui satu hal penting, yaitu korban atau yang disukai oleh yang meminta bantuan bukan seorang yang mempunyai pacar, kekasih, pasangan hidup atau dalam artian jomblo.

Tenaganya itu jelas tidak gratis. Ada harga pantas yang harus dibayar atas bantuan nya. Namun, sejauh ini tak ada yang merasa dirugikan. Semua yang meminta bantuan pada Anichi pasti mengalami kesuksesan dalam hal percintaan.

"Nic, bantuin gue deketin Dandi dong."

Anichi yang baru saja menginjakkan kaki di koridor  telah disambut oleh rengekan seorang siswi. Sebenarnya kemarin malam Anichi telah mendapat teror dari siswi ini namun ia belum menjawab pastinya. Bukannya apa, hanya saja lelaki yang ingin siswi itu dekati adalah Dandi, mantan pacarnya.

Tidak ada yang salah dengan hal itu. Toh, keduanya juga telah lama putus. Tapi rasa canggung itu tetap ada walaupun ia telah menganggap Dandi itu hanya temannya lagi.

Mata Anichi meneliti pakaian siswi itu. Oke, sepertinya dia orang kaya. Pandangannya berhenti di nametag.

"Adrina," gumam Anichi. "Lo bayar gue berapa kalo berhasil?"

Gadis itu memainkan ujung rambut. "Terserah tarif yang lo pasang, Nic."

Anichi menghembuskan nafas pelan. "Kenapa?" tanya Adrina pelan. "Lo takut gamon ya."

Nada suara itu terdengar meremehkan. Tiba-tiba Anichi tahu ada niat terselubung gadis ini meminta bantuan nya. "Gamon? Sama Dandi? Asal lo tau ya, gue udah gak ada rasa apapun sama Dandi."

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang