21 - Lowkey

136 17 0
                                    

Tak berapa lama mengobrol di sana, tiba-tiba air merembes dari rok yang di pakai Nesya. "Sahi-ya... kayaknya aku mau ngelahirin deh..." lirih Nesya pelan sembari menatap Asahi yang tengah sibuk bercanda gurau dengan wajah datar.

Preview part sebelumnya...





Seketika suasana hening total. Asahi membeku sementara untuk mencerna situasi, lalu segera berlari pulang untuk mengambil mobilnya. Nesya mulai merasakan sakit, banyak warga yang juga turut mengkhawatirkannya. Nesya segera di bawa ke Puskesmas, di mobil sudah ada beberapa orang termasuk Asahi dan istri Kepala Desa.

Selagi bu Rose mengurus berkas-berkas dan administrasi Nesya, Asahi tak lupa menghubungi sekolah Junghwan. Junghwan yang saat itu sedang berada di kelas di beritahu oleh gurunya, ia segera mengambil sepeda dan melaju ke arah Puskesmas yang Asahi maksud. Sepanjang jalan, Junghwan berusaha menahan air matanya dengan susah payah.

Sesampainya di sana, Junghwan menangis bertepatan dengan tangisan bayi yang sudah mulai terdengar. Asahi menghampiri Junghwan dan mengelus-elus pundaknya pelan, "It's okay. Everything will be okay from now," kata Asahi berusaha menghibur.

Beberapa saat berlalu, bayi Nesya terbilang cukup sehat meskipun ukurannya lebih kecil dari bayi-bayi pada umumnya. Sayangnya, saat ini kondisi Nesya lah yang kurang stabil. Tubuhnya sangat kurus, di tambah lagi ia baru saja melahirkan.

Beberapa saat berlalu, di ruang NICU Junghwan terus berada di depan kaca dan tak bisa berhenti memandangi keponakan barunya itu.

Asahi datang dan mengabari bahwa Nesya sudah boleh di kunjungi, Junghwan pun berlari lagi untuk bertemu dengan Nesya. Sesampainya di ruangan, baru di depan pintu Junghwan sudah menangis lebih dulu karena melihat Nesya yang nampak pucat dan berkeringat tak sehat, "Yak, So Junghwan! Aku yang ngelahirin kenapa kamu yang nangis si?" tegur Nesya kebingungan, meskipun lemah tapi dia tetap berusaha tersenyum di hadapan adiknya itu.

Junghwan semakin malu karena tak bisa menahan tangisnya, ia pun menghadap dinding dan menangis di sana. Nesya dan Asahi saling menatap dan tertawa melihat kelakuan Junghwan.

"Junghwan-ah... kakak gak papa, asli. Coba sini deh!" panggil Nesya lirih. Junghwan pun datang dan masih terisak.

Nesya memeluk Junghwan dan menghapus air matanya, "Buset, kamu keringetan apa abis mandi sih?" tanya Nesya penasaran karena seragam Junghwan yang basah kuyup. "Kamu tadi langsung ke sini?" sambung Nesya lagi.

Junghwan mengangguk, "Iya."

"Udah minta izin?"

Junghwan membelalakkan matanya, ia baru teringat bahwa sebelumnya ia lupa meminta izin keluar sekolah. "Ah..."

"Jangan bilang kamu lupa?"

Junghwan mengangguk lagi dengan memperlihatkan barisan giginya, "Ya gimana, panik kak. Bodolah, aku tetep bakal naik kelas kok."

Nesya menggaruk dahinya yang tak gatal, "Wahhhh... gini banget punya adek cowo" gumam Nesya heran.

Setelah beristirahat pasca melahirkan, dirinya memaksa bangun untuk sekedar melihat anaknya. Di balik kaca bening itu, Nesya bisa melihat anaknya yang sangat kecil dan lucu.

Masih dengan wajah tanpa ekspresi, Nesya langsung beranjak pergi setelah tak sampai semenit melihat buah hatinya. Bukan karena ia tak menyukai anaknya, hanya saja semua ini terasa sangat cepat untuknya.

Junghwan mengikuti Nesya yang berjalan ke arah tangga, di sana Nesya berdiri menghadap kaca transparan yang menampakkan taman, "Kakak gak papa?" tanya Junghwan menghampiri.

Nesya mengangguk kecil, "Cuma aneh aja. Semua terlalu tiba-tiba," balas Nesya bingung.

"Kakak jangan khawatir, aku janji bakal selalu ada di samping kakak."

LUCKIEST GIRL (Park Jihoon - TREASURE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang