25 - His or Him?

126 15 1
                                    

"KANESSS??? KAKAK DI MANA???" teriaknya terus menerus.




Preview part sebelumnya...






Junghwan tak menyerah untuk menyusuri satu persatu pohon besar yang ada di desa itu, karena ini bukan yang pertama kali buatnya, Junghwan sekarang mengetahui bahwa tempat yang sering Nesya datangi adalah pepohonan besar.

Benar saja, jarak beberapa meter dari tempatnya berada, Junghwan akhirnya melihat keberadaan Nesya yang sedang duduk meringkuk sembari menutup erat kedua telinganya.

Junghwan segera berlari menghampiri Nesya tanpa peduli lagi kakinya terluka karena bebatuan tajam di sana. Junghwan segera memakaikan Nesya headphone yang sengaja di bawanya tadi, lalu memeluk erat tubuh Nesya.

"Gak papa kak, sekarang gak papa. Aku Junghwan, kakak aman sekarang" kata Junghwan memeluk erat tubuh Nesya yang bergetar hebat. "Ayo pulang, hujannya deres banget, aku gak mau kakak sakit" sambung Junghwan lagi membujuk.

"Junghwan-ah..." lirih Nesya sembari menangis menangkup wajah Junghwan di tangannya yang sudah sangat dingin. Dapat di pastikah bahwa dia terguyur hujan sudah sejak tadi.

"Mmm... ini aku kak. Kita aman, kita baik-baik aja sekarang. Jadi ayo pulang..." bujuknya sekali lagi. Junghwan juga sudah tak bisa menahan air matanya lagi melihat kondisi kakaknya yang sangat mengkhwatirkan itu.

Di malam yang gelap, dingin dan berangin, Junghwan menggendong Nesya di pundaknya untuk membawanya pulang. Payung yang sebelumnya ada di tangannya entah terbang ke mana sehingga mengharuskan mereka untuk pulang di saat cuaca se-ekstrem itu.

Sepanjang jalan Junghwan terus menerus mengatakan bahwa mereka baik-baik saja, kalimat itu adalah satu-satunya kalimat yang berhasil membuat Nesya merasa tenang dan aman.

Jihoon melihat kehadiran Junghwan dan Nesya dari sekilas kerlipan cahaya langit, Jihoon berlari dan segera membantu membawa Nesya masuk ke kamar. Nesya sudah sangat pucat, tubuhnya dingin, dan seluruh tubuhnya basar kuyup.

"Kak? Keluar bentar tolong, aku mau gantiin baju kak Nesya..." pinta Junghwan menatap Jihoon yang berdiri di sana. Jihoon pun paham dan segera keluar kamar.

Setelah selesai, Junghwan membuka pintu kembali dan mempersilahkan Jihoon untuk masuk. Nesya sudah tertidur lelap, entah tidur atau pingsan, yang jelas Nesya terlihat lebih baik sekarang.

Jihoon menghampiri Nesya yang terbaring pucat itu, menggenggam tangannya yang dingin, dan meneteskan air mata melihat keadaan mantan kekasihnya itu.

"Kenapa--kenapa dia pergi di tengah hujan deras gini?" tanya Jihoon yang penasaran sejak tadi.

"Trauma. Kayaknya semua ini karena trauma masa lalunya."

"Trauma? Penculikan itu?"

"Kayaknya gitu. Kak Nesya sensitif banget kalo denger suara keras, contohnya petir" jelas Junghwan masih memijat-mijat telapak tangan Nesya yang satunya.

"Jadi itu alasan dia pergi gak pake mikir kek tadi?"

"Iya, dia bisa kacau sewaktu-waktu. Ah gak cuma petir doang, semua suara yang kedengaran keras, ledakan, benturan, petasan, dan lain-lain. Kalo denger suara itu, Kak Nesya bisa jadi kesakitan banget seolah-olah kehilangan akal sehatnya. Kakak gak tau soal ini?"

Jihoon bergeleng, "Dulu Nesya gak pernah kayak gitu," balas Jihoon pelan, "atau mungkin gue yang gak sadar karena terlalu fokus benci sama fakta itu..." batin Jihoon semakin merasa bersalah.

"Dulu waktu hamil kembar, kak Nesya pernah cerita, di tempat penculikan itu hampir setiap hari dia denger suara pukulan, teriakan, tangisan, bahkan suara tembakan. Kalo emang bener, berarti semua berasal dari trauma masa lalu dia" jelas Junghwan lagi.

LUCKIEST GIRL (Park Jihoon - TREASURE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang