"Yak! Kenapa memar lo makin banyak gini--Haishhhh, bajingan kutu kupret kambing!!!!" umpatnya kesal setelah mengetahui luka lebam di wajah dan tubuh Junghwan semakin bertambah.
Preview part sebelumnya...
Tanpa A I O E O, Nesya menarik tangan Junghwan untuk membawanya ke kantor polisi, lagi.
"Kak..." Junghwan menahan tangan Nesya dan menggelengkan kepalanya.
"It's ok. Ada aku" Nesya pun datang ke kantor polisi sebelumnya dengan emosi yang menggebu-gebu sembari menatap tajam ke arah Pak Teddy.
"Huh dia lagi..." gumam Teddy mengeluh saat melihat kehadiran Nesya yang baru masuk kantor.
"Bapak masih belom ngeproses kasusnya anak ini? Butuh bukti gimana lagi sih, Pak? Ini udah jelas banget loh kalo bapaknya yang ngelakuin ini semua, gak mungkin tetangga dia."
Teddy sangat frustasi dengan omelan Nesya yang baru saja dimulai, "Gak ada bukti konkrit kalo emang bener Ayahnya yang ngelakuin, emang kamu tau dari mana kalo Ayahnya yang ngelakuin ini semua? Punya bukti? Kita semua di sini gak sembarangan nanganin kasus tanpa bukti ya, dek. Jadi tolonggg banget pengertiannya."
"Tapi pak, ini udah jelas banget. Bapak liat sekarang, lebam dia bertambah dari yang kemaren. Bapak mau bukti gimana? Ya masa saya harus tinggal di rumah dia biar dapet bukti. Kekerasan anak dalam rumah tangga itu bukan kasus remeh, Pak."
Teddy sudah sangat kesal dengan omongan Nesya, "Gini ya, kami juga paham tentang itu. Apa menurut kamu kami di sini hanya leha-leha? Kami di sini juga banyak kerjaan, bukan cuma ngurus kasus ini saja--"
"Elo lagi elo lagi. Mau lo apa sih, huh? Lo suka sama anak gue? Nyari ribut mulu jadi orang, heran!" tegur Ayah Junghwan yang baru saja tiba.
Nesya memutar bola matanya malas, ia sudah sangat muak melihat wajah Ayah Junghwan yang sangat angkuh itu, "Bapak bisa liat punggung tangan bapak ini, itu pasti bekas perlawanan dari Junghwan. Mau bilang itu bekas cakaran kucing? Gak mungkin. Bapak mau butuh bukti apa lagi? Semua udah di depan mata, Pak" keluh Nesya sembari menunjuk tangan kanan Ayah Junghwan yang terdapat luka goresan.
"Oh ini? Gue alergi berat, biasanya gak sadar kalo ngegaruk. Elo kecil-kecil tapi batu banget ya, mending panggil ortu lo kemari biar mereka yang berdebat ama gue. Bisa-bisanya mereka punya anak cewek gak tau aturan dan kurang ajar kek elu!"
"Hilih... Gak usah bawa-bawa ortu saya, bilang aja bapak takut kebukti bersalah, kan?" mendengar ejekan Nesya, Ayah Junghwan hampir saja menamparnya namun keburu di tangan oleh Polisi lain yang ada di sana.
"Bapak lihat?!!! Sekarang mau bukti apa lagi? Dia aja berani mau nampar saya yang orang asing, apalagi anak dia sendiri!" Nesya semakin yakin dengan argumennya. Akhirnya, polisi mulai menenangkan kembali suasana dan akan memproses kasus ini.
Tapi sudah 2 jam menunggu, bahkan untuk mengisi informasi, introgasi atau upaya apapun itu masih juga belum di mulai.
"Wahhh... Ayahmu sama polisi di sana punya hubungan apasi?" keluh Nesya geram.
"Dia dulu juga anggota polisi, tapi karena suatu kasus terpaksa berhenti."
"Pantesan aja si anying! Dahlah gak sabar aku," Nesya pun memilih melaporkan kasus ini ke pihak berwajib melalui kontak yang ada di internet. Pelayanan mereka lebih cepat jauh jika dibandingkan dengan kantor polisi gak jelas itu.
Nesya masuk kembali ke kantor, "Gak usah repot-repot, Pak. Saya udah ngirim laporan layanan pengaduan berwajib tentang kekerasan. Makasih atas kerja kerasnya, saya pamit!" ucapnya judes lalu pergi meninggalkan kantor itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCKIEST GIRL (Park Jihoon - TREASURE)
FanfictionLuckiest Girl mengisahkan tentang romansa anak remaja yang dikemas dalam bentuk komedi-thriller. "Lo beruntung karena lo adalah gadis yang gue pilih di antara para gadis." - Park Jihoon