"Tuh..." tunjuk Jihoon ke arah homestay mini tepat di samping rumah Nesya.
Preview part sebelumnya...
"Njir! Harus banget di sebelah?" balas Nesya terkejut.
Jihoon tersenyum dengan matanya, "Hm sengaja, biar deket sama kamu" balasnya terkekeh bangga.
Nesya berdecih mendengar jawaban Jihoon, "Hih!" Nesya pun berbalik badan dan bergegas masuk ke rumahnya.
"Jangan jutek-jutek dong sayang~"
Nesya langsung berbalik kembali dan menatap tajam ke arah Jihoon, "Heh! Apaan sayang-sayang, kita udah putus ya!"
"Yaudah, sekarang tinggal balikan lagi. Kelar kan?"
"Seenak jidat. Jangan ngadi-ngadi deh!"
"Ayo dong, toh putus kemaren aku juga belom bilang setuju."
"Ihhh..." kesal Nesya yang sudah memasang wajah aneh, "Males banget debat. Mending kamu pulang deh, Ji. Aku gak mau orang-orang rumah sampai tau aku di sini."
"Kamu tenang aja, keep it secret right?"
Nesya menghembuskan nafas berat, menutup matanya sejenak, dan menenangkan emosinya. Nesya hanya bisa menggertakkan giginya tanpa tahu harus bicara apa lagi ke Jihoon. Tanpa basa-basi, Nesya masuk rumah dan menutup pintunya rapat-rapat.
"Syaaa!!! Buset dah jutek amat si! Aku cuma mau ngobrol sama kamu doang, please..." mohon Jihoon mengetok-ngetok pintu. Nesya tetap kekeh tidak akan membukakan pintunya untuk Jihoon.
Setiap hari, setiap waktu, Jihoon tak bisa berhenti mengekori Nesya kemana pun dia pergi. Saat Nesya bekerja, belanja ke pasar, membantu warga, atau hanya sekedar jalan-jalan saja, Jihoon selalu berada di sampingnya dan terus berbicara tanpa henti.
Selama berada di sana, Jihoon akhirnya paham bagaimana perjuangan Nesya selama ini. Berada jauh dari orang tua, berada di tempat asing, semua tidaklah mudah. Apalagi sekarang, dia harus membesarkan adik dan anak-anaknya seorang diri.
Meski Nesya nampak sangat akrab dengan warga desa, hal ini tidak memungkinkan juga jika ada orang yang membencinya. Contohnya saja, saat berangkat membantu warga yang akan panen jeruk, Nesya tiba-tiba mendapatkan cibiran sinis dari beberapa ibu-ibu desa.
Jihoon tahu jika orang yang mereka maksud adalah Nesya, sehingga Jihoon berniat untuk menegur mereka. Sebelum itu terjadi, Nesya lebih dulu menahan lengan Jihoon dan menggelengkan kepalanya meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja.
Nesya dan Jihoon melanjutkan perjalanan mereka. Di sana, mereka membantu warga dan menitipkan kembar kepada tetua yang juga berada di sana untuk istirahat.
Nampak keringat Nesya terus bercucuran, namun wajahnya tetap tersenyum ceria dan terus bercanda dengan warga. Jihoon tak bisa berhenti kagum menatap Nesya, dia tak pernah berubah sama sekali. Senyumannya selalu tulus dan nampak begitu damai meski sebenarnya hatinya tidak.
Jihoon yang sudah hampir kehabisan nafas karena engap pun memilih untuk minum dan beristirahat sebentar, "Kamu mantannya neng Nesya itu ya?" sapa salah seorang petani pria yang menghampirinya.
"I-iya pak, saya Jihoon. Park Jihoon," balasnya ramah. "Kalo boleh tau, bapak..."
"Saya Jidi, panggil aja pak Jidi."
"Oh iya pak."
"Liat deh! Neng Nesya keliatan ceria banget kan yak?"
"Eh? Ah, iya bener pak."
"Tapi kamu tau gak? Saya ngasih tau kamu ini karena keliatannya kamu deket sama dia. Neng Nesya itu manipulatif ekspresi loh."
"Manipulatif?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCKIEST GIRL (Park Jihoon - TREASURE)
FanfictionLuckiest Girl mengisahkan tentang romansa anak remaja yang dikemas dalam bentuk komedi-thriller. "Lo beruntung karena lo adalah gadis yang gue pilih di antara para gadis." - Park Jihoon