"Maaf Sya..."
Preview part sebelumnya...
Yoshi masih menatap Nesya dengan tatapan penuh rasa bersalah. Terus menyalahkan diri sendiri karena melupakan hal sepenting ini.
Ia tahu betul bagaimana perasaan Nesya jika diposisikan sebagai perempuan, tentu hal ini sangat tidak menguntungkan baginya. Apalagi di situasi seperti sekarang.
Yoshi masih duduk berpangku lutut di belakang Nesya. Melihat keluar jendela, banyak salju yang bertabrakan dengan kaca.
Batinnya terus bergumam bahwa diluar pasti sangat dingin, mungkin sama dinginnya dengan kecanggungan yang baru saja terjadi di ruangan kecil ini.
"Sya, aku minta maaf..." lirih Yoshi dengan sorot mata penuh penyesalan.
Beberapa menit berlalu, masih tak ada respon dari Nesya. Sepertinya Nesya benar-benar marah terhadapnya.
Detik demi detik terus berjalan, menenggelamkan Yoshi pada rasa bersalah yang tak kunjung reda. Pukul dini hari, Yoshi terbangun karena suara angin yang terus menghantam kaca jendela. Ia membuka mata, melirik ke arah seseorang yang berada di sampingnya.
Tidak ada.
Mata Yoshi spontan membulat karena menyadari ketidakhadiran seseorang di sana. Saat ia mencoba bangun, matanya terpacu pada satu sosok yang sedang duduk menatap keluar jendela.
Nesya, ternyata dia sudah bangun lebih dulu.
"Sya..." panggil Yoshi dengan suara lembut, tak ingin mengganggu kenyamanan Nesya.
"Besok pagi, aku bakal ke kesehatan buat minta obat. Aku janji bakal dapetin obat itu, apapun yang terjadi. Maaf..." lagi-lagi, Yoshi hanya bisa meminta maaf disituasi yang seperti ini.
Tidak ada yang pantas dia ucapkan setelah mengingat apa yang terjadi semalam.
Beberapa menit berlalu, Nesya masih juga tak bergeming. Entah apa yang sedang dilihatnya di luar, entah butiran salju yang sangat menarik perhatiannya, atau memang dia sedang tak memikirkan apapun di kepalanya.
Nesya mulai menaruh kepalanya di lutut untuk bersandar, "Gak usah, gak papa. Setelah ku pikir-pikir, mungkin semua bakal baik-baik aja" balas Nesya dengan hembusan nafas berat yang terdengar di pusat ruangan gelap itu, "Ah, btw hari ini dah pagi."
Yoshi melirik ke langit-langit dengan alis yang bertaut, ia baru sadar bahwa ternyata esok pagi yang dia maksud adalah saat itu juga.
"Aku bakal bertanggungjawab, Sya. Aku janji bakal pastiin kalo kamu gak akan menderita karena ulahku semalem" balas Yoshi dengan penuh keyakinan memenuhi pupil matanya.
"Gak papa kok. Aku juga yang salah. Ini risiko dari pilihanku. Dan mungkin sebelum semua yang kita takutin terjadi, mungkin aja kita lebih duluan gak ada di dunia..." kalimat yang baru saja keluar dari mulut Nesya berhasil membungkam Yoshi.
Yoshi membatu. Dia tak menyangka hal itu keluar langsung dari mulut Nesya, sedangkan dari pengalamannya Nesya adalah sosok yang tidak mudah menyerah dengan keadaan sesulit apapun.
"Sya, jangan ngomong gitu. Kita pasti bakal keluar kok dari tempat ini."
"Gimana?" kali ini, Nesya berbalik memandangi Yoshi yang berada di belakangnya.
"Gimana cara kita bisa selamat? Bukannya ini saat yang tepat untuk menyerah? Kita udah terjebak di pulau sialan ini hampir setahun, Yosh~"
Tatapan Nesya berubah, mendeskripsikan kekesalan, kemarahan, kekecewaan, dan rasa frustasi dipenghujung perjuangan mereka yang hingga saat ini masih belum menemukan titik terang.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCKIEST GIRL (Park Jihoon - TREASURE)
FanfictionLuckiest Girl mengisahkan tentang romansa anak remaja yang dikemas dalam bentuk komedi-thriller. "Lo beruntung karena lo adalah gadis yang gue pilih di antara para gadis." - Park Jihoon