35 - Trauma

122 15 1
                                    

Di sana, terlihat jelas ada orang yang gantung diri dan Nesya adalah orang paling depan yang berada di depan korban.





Preview part sebelumnya...


Semua orang di belakang Nesya nampak histeris, bahkan beberapa ada yang pingsan. Berbeda dengan Nesya, ia bahkan tak bergeming dan justru menatap lurus ke arah korban tersebut.

Di rasa cukup, Nesya berbalik perlahan dengan wajah datar tanpa ekspresi. Saat itu, matanya bertemu langsung dengan mata Jihoon yang juga menatapnya sedikit terkejut.

"Jihoon-ah?" panggil Nesya dengan suara lirih.

Jihoon sebenarnya masih kebingungan, bagaimana bisa Nesya baik-baik saja padahal semua orang di sana sangat syok, menangis, berteriak, pingsan dan juga muntah-muntah karena bau menyengat yang dikeluarkan dari tubuh korban. Bahkan untuk Jihoon sendiri, ia juga bersusah payah mengontrol pikirannya karena terasa ingin muntah.

"Kamu gak papa?" tanya Nesya menghampiri Jihoon yang sudah mulai mual-mual. Nesya membawa Jihoon ke luar pasar ikan dan menyuruhnya untuk duduk sebentar.

Batin Jihoon ingin menanyakan apakah Nesya baik-baik saja, tapi ia tak bisa karena sudah lebih dulu muntah duluan. Meskipun lokasinya sudah jauh dari TKP, namun tetap saja Jihoon masih terbayang kondisi korban yang sangat mengenaskan.

Korban itu berjenis kelamin laki-laki, kondisi tubuhnya sudah penuh dengan kerumunan lalat karena baunya yang menyengat, lidahnya menjulur keluar, dan  matanya terbuka seolah akan lepas dari wadahnya. Jika di lihat dari kondisinya, sepertinya dia sudah bunuh diri lebih dari sehari.

Nesya segera membawakan Jihoon air untuk menghilangkan rasa mualnya, "Kembar di mana?" tanya Nesya melihat sekeliling dan tak menemukan anaknya.

"Sama istri kades, di parkiran..." balas Jihoon masih berusaha menahan mualnya.

Beberapa menit kemudian, polisi mulai berdatangan ke lokasi. Nesya juga segera membawa Jihoon ke parkiran sebelum situasi menjadi sangat ramai.

"Ayo, Ji. Kalo dah rame entar jalanan pasti macet," ajak Nesya segera bergegas.

Yang menjadi misteri bagi Jihoon sekarang adalah bagaimana Nesya bersikap baik-baik saja, bahkan tak mual atau menampakkan ekspresi umumnya manusia saat melihat kejadian yang lazim.

Nesya akhirnya bertemu dengan Bu Rose yang merupakan istri kepala desa setempat. "Ada apa, Sya? Kenapa tiba-tiba rame? Terus kenapa ada polisi juga?" tanyanya kebingungan.

"Ada yang bunuh diri bu. Kayaknya bukan warga sini, aku gak pernah ngeliat dia" balas Nesya santai.

Jihoon sedari tadi masih syok menatap Nesya yang baik-baik saja, seolah tak terjadi apa-apa. "Makasih ya bu, maaf ngerepotin. Saya duluan, saya takutnya abis ini pasti macet," pamit Nesya sopan.

Sesampainya di rumah, Jihoon membantu Nesya membawa barang belanjaannya. Namun saat akan mengambil kembar, "Jihoon-ah? Jangan bawa aku ke rumah sakit, bawa aja aku masuk, sorry~" ucap Nesya dengan tatapan mata sendu.

"Hah? Maksudnya--"

Tiba-tiba Nesya hilang kesadaran dan langsung tergeletak di tanah tepat di samping mobil yang baru saja terparkir.

Jihoon panik dan segera membawa Nesya masuk. Ia bingung harus melakukan apa, sebelumnya ia juga tak lupa membawa kembar masuk. Mengingat Junghwan ada ujian hari ini, dia tak bisa menghubungi Junghwan. Jadi jalan pintasnya adalah Asahi.

Asahi datang tak lama setelah Jihoon menelponnya. Di sana mereka berbagi tugas untuk menjaga Nesya dan kembar.

"Nesya kenapa?" tanya Asahi yang ikutan panik. Jihoon pun menjelaskan segala kejadian yang sebelumnya terjadi dengan mereka.

LUCKIEST GIRL (Park Jihoon - TREASURE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang