12 - The Deepest Pain

144 17 0
                                    

CHUUPPPPP~

Peview part sebelumnya...










Jihoon narik Yujin kepelukannya dan berciuman mesra seolah gak peduli dengan aku yang masih berdiri di sini sejak tadi merhatiin mereka.

Sakit? Banget.

Saking sakitnya, aku bahkan sampai gak bisa ngedeskripsiin gimana rasanya karena untuk pertama aku ngerasa sesakit dan sesesak ini.

Normalnya, di saat kek gini orang pasti bakal nangis kejer karena ngerasa terpukul kan? Tapi gatau kenapa aku justru gak bisa nangis, mulutku bungkam, bahkan seluruh tubuhku beku dan gak bisa digerakin sama sekali.

Beberapa menit berlalu aku masih di situasi dan posisi yang sama. Yang buat aku makin sakit,  sesakit-sakitnya sekarang adalah meskipun aku dan Jihoon udah bertatapan langsung, tapi Jihoon masih bersikap acuh ke aku. Dia bahkan gak peduli sama sekali tentang aku yang udah ada di sini sejak pagi dan langsung masuk ke rumahnya tanpa nengok lagi.

Setelah Jihoon masuk, sekarang sesak yang sesungguhnya kerasa banget sampai rasanya bisa ngebunuhku saat ini juga. Bahkan untuk sekedar manggil nama dia aja... aku udah gak sanggup lagi.

Aku bener-bener menyedihkan gak sih? Mungkin hari ini bakal jadi hari terakhir dari perjuanganku. Gak! Ini udah jelas akhir dari kisahku sama Jihoon, dan aku emang pantes dapetin ini.

Setiap hari aku udah naruh harapan besar biar setidaknya Jihoon mau natap kehadiranku di sini, meskipun cuma sekali. Tapi ketika dia udah mulai natap mataku, aku justru di hancurkan dengan kenyataan yang gak pernah ku duga sebelumnya.

Damn!

Kenapa momennya pas banget? Langit yang mendung tadi, sekarang udah ngewakilin gimana perasaanku. Kayaknya langit juga ikut terharu nyaksiin pertunjukan klasik baru aja, mana gak nanggung-nanggung lagi saking derasnya sampai angin juga menghembus kencang ngeguncang semua yang ada di sini.

Waktu gemuruh langit bunyi dengan keras, aku ngerasa di tampar dan disadarkan sama  kenyataan kalo inilah waktu yang tepat buat berhenti dan gak naruh harapan lebih lagi.

Udah cukup, Sya.

Cukup perjuangan bodoh lo yang udah jelas-jelas di sini kalo elo pengkhianatnya. Tapi entah kenapa keegoisanku justru ngebuat aku ngerasa seolah-olah aku lah yang korbannya. Sesakit itu sampai gak tau gimana cara ngedeskripsiinnya. Jadi... keputusan paling tepat sekarang adalah pergi, berhenti dan ninggalin satu-satunya pria yang paling aku sukai di bumi.













Author POV~



Pada akhirnya, Nesya mengurungkan niat awalnya untuk bertemu dengan Jihoon. Sebagai gantinya, dia berjalan pulang dengan perasaan hancur dan tubuh yang tak berdaya. Di bawah pepohonan sepanjang jalan pulang, Nesya nampak tak bisa lagi menahan air matanya.

Ia tersandung dan tersungkur hingga membuat kedua lututnya tergores jalanan yang kasar. Masih berlutut, menunduk dan melampiaskan semua ekspresi yang seharusnya dia perlihatkan sejak tadi. Dia menangis kencang, berteriak, bahkan mulai mencakar dirinya sendiri.

"KENAPA--KENAPA HARUS GINI? KENAPA AKU... DARI SEMUA ORANG DI MUKA BUMI, KENAPA HARUS AKUUUUU???!!!! AAAKHHHHHHH!!!!!" teriaknya yang dibarengi dengan suara gemuruh langit yang sedang hujan serta berangin saat itu. Nesya merasa sangat lemah dan tak berdaya, untuk sekedar mengangkat dagu saja sepertinya dia tak sanggup lagi.

Di sisi lain, Jihoon sudah memperhatikan Nesya sejak tadi. Ia dapat melihat Nesya dengan jelas dari jendela kamarnya bahwa Nesya sempat jatuh tersungkur ke depan. Jihoon panik, tapi tak bisa berbuat apa-apa.

LUCKIEST GIRL (Park Jihoon - TREASURE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang