Part 7 - Pentingnya Syahadatt bagian 1

3K 144 0
                                    

"Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah".

"Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah".

Tatang terus menerus melantunkan syahadat dalam hatinya, dimanapun & kapanpun. Terutama pada saat dia sedang bekerja, menyupir ambulan.

Pak Sulaiman sejak kecil, sudah menanamkan pendidikan ilmu agama ke Tatang, bahwa kunci masuk surga adalah syahadat.
Begitu pula kunci pengampunan segala dosa adalah syahadat.

"Segala dosa akan diampuni oleh Alloh, kecuali dosa syirik. Apa itu syirik? Memohon pertolongan ke benda ataupunn makhluk selain Alloh, syirik itu dosa besar, pintu surga tertutup untuk orang orang yang berbuat syirik. Maka dari itu kita harus tunduk, patuh, dan pasrah betul hanya kepada Alloh saja, sesuai syahadat yang sudah terucap dalam hati dan lisan kita."

Ajaran pak Sulaiman tentang syahadat tersebut, membekas betul di hati & pikiran Tatang.

Di saat itu pula, Tatang merasakan betul penting nya syahadat. Terutama saat Tatang sedang menjemput jenazah seorang pria bernama almarhum Sarno di daerah Gang Semanggi Semarang.

Setibanya di rumah almarhum. Tatang diminta Yatno selaku adik ipar, masuk menuju kamarnya yang berada di lorong pojok rumah tua, suasananya gelap sekali.
Pintu kamar almarhum Sarno pun dibuka oleh Yatno.

"Bau apa ini, mirip telur busuk."

Tatang keceplosan berkata demikian, karena bau yang dia cium begitu busuknya.

"Bau dari almarhum kakak saya mas." kata Yatno

"Sakit apa Bapak?" tanya Tatang, sambil pelan pelan mendekati kasur almarhum

"Dari dokter didiagnosa kanker darah mas, cuman saya juga heran kok keluar banyak benjolan bernanah seperti ini."

Tatang yang sudah duduk dikasur almarhum, mencoba mengangkat almarhum dari kasur, tapi yang terjadi bukan badan yang terangkat justru benjolan benjolan di kulit almarhum pecah dan mengeluarkan banyak nanah.

"Apa ini?" Tatang kaget

"Cairan nanah mas, memang seperti itu mas, pada waktu beliau masih hidup, saya dan istri ketika hendak mandikan beliau, kadang kadang benjolan nya pecah keluar nanah."

Tatang yang mendengar cerita Yatno, merasa heran dan bertanya kembali ke Yatno.

"Loh kok malah bapak dan istri yang merawat? anak & istrinya dimana nggih?" tanya Tatang sambil memakai masker dan sarung tangan medis, yang diambil dari saku celananya.

Yatno diam beberapa detik, lalu berbicara, tapi tidak menjawab pertanyaan Tatang.

"Wis wis...yang penting sampean bawa almarhum kakak saya ke ambulans dulu mas."

"Nggih Pak." jawab Tatang

Tatang pun heran saat itu, kenapa pertanyaannya tidak dijawab.

"Bodoh amat ah, urusan mereka bukan urusan saya juga." batin Tatang

Ia pun menggeledek jenazah sarno dengan bad pasien dari dalam ambulan.

Dan di saat alamarhum Sarno sudah di ambulans, Tatang mengkonfirmasi ke Yanto apa saja yang harus dikerjakan kepada jenazah Sarno.

"Ini bagaimana Pak? Saya bawa ke rumah sakit untuk dimandikan, selanjutnya dibawa ke kuburan atau bagaimana Pak?" tanya Tatang ke Yatno

"Dimandikan bersih, dikafani, dimasukan ke peti, nanti jenazah dibawa kesini lagi nggih mas."

"Baik Pak." jawab Tatang singkat

Tatang pun membawa jenazah almarhum Sarno tadi di ambulans sesuai perintah dari pak Yatno.

Kira kira 3 jam setelahnya. Almarhum selesai dimandikan, dikafani, dan dimasukan ke peti.

Tatangpun memasukan kembali jenazah yang sudah didalam peti ke ambulans untuk diantar ke rumah duka.

Sebelum berangkat ke rumah duka, pak Dirman selaku petugas yang memandikan dan mengkafani almarhum bercerita ke Tatang.

"Dimandikan pakai air dari bak, ga menghilangkan bau nya Tang, akhirnya aku semprot pakai selang, badan nya tak bilas sama kapur dan daun Bidara beberapa kali baru bau nya bisa hilang Tang." kata pak Dirman

"Iya pak Man...... adiknya tadi sempat cerita juga mau dia mandikan sendiri almarhum, tapi ga kuat sama bau nya." jawab Tatang

Supir Ambulans ( Saat Ajal Menjemput )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang