Dek Aan sungguh-sungguh meminta tolong ke Tatang.
"Mas tolong, jenazah diantar pakai kendaraan apa saja gapapa, yang penting biaya murah, uang bensin insyaAlloh kami tuker... "
Tatang selaku supir ambulan turut berpikir saat itu.
"Coba saya cari informasi dulu ya Bu, tapi njenengan harus sabar dulu menunggu 2-3 jam... "
"Gapapa mas, pasti kami tunggu... " jawab dek Aan
Tatang berjalan dengan cepat menuju ruang garasi. Saat tepat didepan ruang garasi, dia mulai menengok sekitaran garasi, sambil mencari pak Zainal, selaku mandor. Nampak pak Zainal masih sibuk merokok di teras ruang garasi.
"Ndor... !"
Pak Zainal cukup kaget mendengar saat ditegur oleh Tatang.
"Astaghfirulloh aladzim bikin kaget aja kamu Tang... "
"Maaf Ndor sudah bikin kaget, ada sesuatu yang pingin saya sampaikan.." kata Tatang
Pak Zainal berdiri lalu berjalan menuju ruang duduknya di garasi. Beliau duduk lalu mengajak ngobrol Tatang.
"Gimana Tang? Ada yang bisa dibanting? Eh dibantu maksudnya... "
Tatang sebenarnya takut, tapi akhirnya dia sampaikan apa adanya karena rasa kemanusian.
"Ndor barusan ada ibu-ibu minta tolong ke saya, untuk bantuin ngantar jenazah orang tuanya... "
"Loh kok ga ada laporan dari pihak manajemen rumah sakit Tang?"
"Gini Ndor, yang bersangkutan tidak ada uang sisa, jadi sama cashier pemulasaran jenazah dicoret... "
"Ya brarti ga bisa dianter dong Tang... "
Tatang memastikan kembali.
"Gitu ta Ndor? Walaupun nanti bensin ambulan ditukar yang bersangkutan?"
"Hm......................................................"
Pak Zainal menghelai nafas panjang lalu melanjutkan apa yang dia sampaikan.
"Aku paham Tang perasaanmu, jiwa kemanusianmu meronta ronta, betul tidak?... "
"Betul Pak... "
"Niat & hatimu baik, tapi kalau kita bekerja tidak sesuai SOP resiko bakal kita tanggung sendiri, termasuk resiko berat... "
"Maksudnya gimana Pak?"
Pak Zainal merubah posisi duduknya, wajahnya lebih serius menatap wajah Tatang.
"Kalau sampai bodi ambulan ringsek di jalan, padahal tidak ada agenda ambulan keluar, siapa yang tanggung jawab?"
Tatang diam tak berani menjawab. Sementara Pak Zainal kembali mengingatkan ke Tatang pentingnya SOP.
"Ini lebih buruk lagi, kalau naudzubillah ada kecelakaan besar ambulan yang menghantam bodi ambulan sisi belakang, dan ternyata melukai tubuh jenazah, siapa yang akan tanggung jawab?"
Tatang merenung, dan mulai berpikir.
"Inggih Ndor, saya baru paham yang njenengan maksud... "
"Nah ya itu, paham kan kenapa saya ga ngebolehin?"
"Paham Ndor... "
Tatang mengucapkan terima kasih, lalu berbalik badan ke pak Zainal.
"Terima kasih Ndor... "
"Sama-sama Tang... "
Tatang berencana menyampaikan permintaan maaf tidak bisa mengantar jenazah ke Aan & Ninik. Tapi pak Zainal memanggil kembali Tatang.
"Tang... " Pak Zainal memanggil kembali Tatang
"Nggih Ndor, gimana?" Tatang berbalik arah kembali menghadap pak Zainal yang sedang duduk
Pak Zainal tiba-tiba menyodorkan sebuah kunci mobil ke Tatang.
"Ini Tang, kamu pakai ini... "
Tatang terkejut dengan apa yang disampaikan pak Zainal.
"Loh kata njenengan tadi ga boleh Ndor?"
Pak Zainal menunjuk sebuah mobil yang diparkir tepat disebelah ambulan yang biasa digunakan Tatang.
"Pakai itu ! Bukan ambulan rumah sakit ini. Itu mobil pick up ku sendiri Tang, yang biasa aku pakai kulakan sayur sama istriku tiap pagi... "
KAMU SEDANG MEMBACA
Supir Ambulans ( Saat Ajal Menjemput )
HorrorTatang seorang supir ambulan yang mengambil pelajaran hidup dari pasien dan jenazah yang dia antarkan.