Bab 33 - Rezeki sudah Tertakar bagiann 7

999 60 0
                                    

"Ya Alloh kalaupun dipotong gaji gapapa ya Alloh, asal tidak dipecat..."

Pak Darto masih duduk di meja kerjanya dengan rasa khawatir berlebihan terkena hukuman dari perusahaan.

Kebetulan pula sore itu rapat di kantor sudah selesai. Rekan rekan kantor pak Darto sudah pulang, kecuali Pak Darto & pak Nur.

"Pak Darto........."

Pak Nur memanggil pak Darto untuk masuk ke dalam ruang direktur. Pak Darto pun berjalan dengan kepala tertunduk lesu, badan gemeteran. Ia pun mengetok pintu ruang direktur saat itu.

"Tok...tok..tok....mohon ijin masuk Bapak?"

"Silahkan duduk Pak Darto..."

Pak Nur mempersilahkan pak Darto duduk, nampak wajahnya tersenyum, tidak menunjukkan raut muka marah ataupun kecewa.

"Nggih Bapak..."

Saat Pak Darto duduk di kursi, pak Nur pun menyampaikan sesuatu yang membuat hati pak Darto cukup tenang.

"Saya tidak marah perkara ketiduran tadi"

"Alhamdullilah... " batin pak Darto saat itu

Penasaran dengan status nya, pak Darto bertanya ke pak Nur.

"Maaf bapak ijin bertanya kalau diperbolehkan?"

"Monggo Pak Darto.."

"Apa saya dapat hukuman atau pemotongan gaji Bapak?"

Pak Nur tertawa mendengar pertanyaan pak Darto.

"Engga pak Darto....engga....njenengan tenang saja, tadi saya minta njenengan keluar biar pikiran njenengan tenang dulu...

"Alhamdullilah...."

Saat itu tanpa basa basi pak Nur tegas bertanya pak Darto.

"Nah ini justru ada yang mau saya tanyakan..."

"Nggih Bapak, monggo"

Pak Nur mencoba mengajak mengobrol pak Darto dari hati ke hati saat itu.

"Pak Darto belakangan ini saya lihat sampean wajahnya murung, seperti orang tertekan, kenapa?"

Pak Darto nampak diam tak berani menjawab apapun, sementara pak Nur masih mencoba kembali pendekatan dari hati ke hati, menggunakan bahasa jawa.

"Mboten nopo Pak Darto panjenengan sampun kulo anggep sederek kulo dewe ( Gapapa Pak Darto panjenengan sudah saya anggep sodara sendiri ).."

Pak Nur yang menyampaikan hal tersebut, membuat hati pak Darto luluh pada saat itu juga.

"Saya takut dipecat Pak..."

"Ya Alloh... Pak Darto...Pak Darto...., kenapa?"

"Saya takut tidak bisa menafkahi anak istri saya lagi..."

Pak Nur yang mendengarkan hal tersebut langsung bertanya ke Pak Darto.

"Pak Darto maaf ya saya bertanya sedikit agak pribadi?"

"Gapapa Bapak, silahkan..."

"Panjenengan muslim kan?"

"Nggih bapak betul"

Pak Darto paham pak Nur akan memberi nasehat spiritual saat itu.

"Pak Darto percaya tuhan itu ada?"

"Percaya Bapak." Pak Darto menjawab dengan suara pelan

Pak Nur pun melanjutkan dengan suatu cerita.

"Saya cerita bentar boleh pak Darto? "

"Silahkan Bapak... "

"Jadi gini, saya kemarin saat pulang kerja, di jalan diikuti sepeda motor. Saat di tikungan terakhir hampir sampai di rumah, saya lihat dari spion tidak ada yang yang mengendarai motor tersebut"

"Beneran Pak? Masak mungkin motor jalan tanpa pengendara?" Pak Darto keheranan

"Pak Darto keheranan bukan? Pertanyaan nya saya balik sekarang, kehidupan kita yang terus berganti siang ke malam, langit cerah ke hujan kembali cerah lagi, tanah gersang menjadi subur penuh rerumputan, tentu ada yang mengendalikan juga bukan?"

Pak Darto mulai paham dengan apa yang dimaksud pak Nur.

"Paham paham Bapak..."

"Kuasa Gusti Alloh semua itu kan?"

"Betul Pak..."

Supir Ambulans ( Saat Ajal Menjemput )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang