"Orang yang ibu maksud siapa?" tanya Pak Gama
"Kalau ibu tau tolong jangan ditutupi, untuk memudahkan kerja kami !" Pak Udin menambahkan
Mbak Wati hanya Diam, tak menjawab apapun. Pak Mar, Bu Rahmat, & Mbak Salsa bingung kenapa Mbak Wati hanya diam saja.
"Mbak Wati, kenapa njenengan diam saja?" tanya Bu Rahmat
"Sampaikan saja mbak apa adanya... " Pak Mar menambahkan
Mbak Wati tetap diam, dia justru ijin meminjam bolpen dan secarik kertas di meja pak Gama.
"Pak boleh pinjam bolpen dan secarik kertas?"
"Silahkan mbak... " pak Gama mengijinkan
Mbak Wati pun mulai menuliskan sebuah nama disecarik kertas tersebut, lalu memberikan kembali ke pak Gam.
"Ini Pak... " kata mbak Wati sambil memberikan kertas tadi ke pak Gama
Pak Gama & Pak Udin bersamaan membaca secarik kertas tersebut.
"Oh..... Namanya......... "
Pak Udin mempertanyakan sikap mbak Wati yang justru menulis surat tersebut.
"Kenapa tidak Ibu sampaikan langsung saja?" tanya Pak Udin tegas
"Kalau belum ada kepastian hukum, saya takut mencemarkan nama baik orang tersebut, ya kalau benar, kalau tidak Pak?"
Pak Mar selaku ketua RT ikut menyampaikan sesuatu saat itu.
"Mbak Wati tidak mau timbul fitnah sebelum ditetapkan resmi tersangka secara hukum, apalagi disini ada saya, Bu Rahmat yang satu kampung dengan Mbak Wati... "
"Betul Bapak, maksud saya sama persis dengan apa yang disampaikan pak Mar... " sahut Mbak Wati
Bu Rahmat dari belakang langgsung menyahut pembicaraan antara mbak Wati & pak Mar.
"Ancen beliau RT andalan kita semua.... "
KAMU SEDANG MEMBACA
Supir Ambulans ( Saat Ajal Menjemput )
HorrorTatang seorang supir ambulan yang mengambil pelajaran hidup dari pasien dan jenazah yang dia antarkan.