Bab 19 - Engkau sudah menunggukuu Ayah? bagian 2

1.5K 86 3
                                    

"Bapak....Bapak......"

Tangis seluruh keluarga Mbah Kamto pecah saat itu.

Mbak Wi berpelukan dengan Mbah Putri serta Mbak Trias. Mereka menangis tak henti.

Sementara mas Pri sebagai kakak tertua bersama mas War, memandikan jenazah almarhum di malam itu juga.

"Alhamdullilah badan bapak wangi."

Batin Pri saat selesai memandikan almarhum Mbah Kamto. Pri nampak lebih ikhlas menerima kepergian bapaknya, karena menyadari usia beliau sudah 85 tahun.

Selesai jenazah dimandikan dan dikafani, jenazah disemayamkan sementara waktu di ruang tengah.

Mbak Tutik yang melihat bapak disemayamkan di ruang tengah, menangis tak karuan.

"Bapak......Bapak.......? Maaf kan Tutik Pak dulu ga pernah pulang."

Tutik yang 3 tahun tidak pulang kampung, nampak kecewa sekali saat itu, sekalinya pulang, bapak nya meninggal.

"Aku kok goblok.... Aku kok goblok.... aku ga pengertian sama Bapak...."

Tutik menangis sambil membentur bentur kan kepalanya di tembok. Mas War tak tega melihat Tutik saat itu. Sementara Mas Pri selaku kakak kandung Tutik mencoba menenangkan hati tutik.

"Sudah dek.....sudah......bapak sudah sepuh, diikhlaskan ya" kata mas Pri saat itu

"Aku lama ga ketemu bapak mas, tapi sekali aku pulang bapak meninggal.... Bapak....." tangis Tutik saat itu

Mas Pri merangkul Tutik, sambil membisikan sesuatu di telinga nya.

"Ga kasihan mas War mbi anak anakmu to? Mereka lihat kamu seperti ini, pasti di hati nya ada penyesalan luar biasa juga, kita sudah sama sama dewasa, punya anak & pasangan, sudah jangan menangis lagi ya?."

Mas War pun turut mendekati Tutik, untuk memberi motivasi kepadanya.

"Dek sabar yaaa....mas juga pernah ditinggal meninggal orang tua mas, bahkan 2 kali, sedih memang, tapi kita harus ikhlas." motivasi dari Mas War

Tutik nampak lebih kuat, setelah mendapat motivasi mas Pri dan mas War. Ia memilih mencari yasin, untuk me yasinkan bapaknya saat itu.

Melihat kondisi Tutik, dan keluarga lsudah tenang. Mas Pri dan Mas War melanjutkan persiapan pemakaman Mbah Kamto.

Mas War dan Mas Pri terkejut ketika mengangkat kasur yang biasa digunakan mbah Kamto tidur, yang terletak di ruang tengah.

"Mak...klutuk...." suara amplop jatuh dari tempat tidur

Mas Pri pun mencari asal suara tersebut.

"Loalah.......amplop." batin mas Pri sambil mengambil amplop tersebut.

Mas War yang melihat hal tersebut, turut bertanya.

"Amplop apa itu mas?" tanya mas War

Mas Pri bergegas membuka amplop tersebut, dan mengecek isi amplop tersebut.

"Loh didalam amplop kok banyak amplop ya dek War?." tanya mas Pri

"Coba dibuka saja mas, biar tahu isinya !" jawab mas War

Mas Pri pun membaca dan membuka satu per satu amplop tersebut.

"Uang Tahlil, Konsumsi Pelayat, Biaya Pemakaman, Uang Supir Ambulan, Uang Pemakaman, & Uang Transportasi Pulang anak Cucu...total ada 6 amplop." baca Mas Pri saat itu

Mengetahui hal tersebut mas Pri membawa amplop tersebut dan menanyakan ke Mbah Putri.

"Mbah Uti, ini kok ada 6 amplop di bawah kasur bapak." kata mas Pri ke mbah Putri selaku Ibu dari mas Pri

Mbah Putri pun mengecek satu persatu amplop tersebut, dan tiba tiba teringat pesan almarhum.

"Ya Alloh, ini punya bapak, dulu memang bapak pernah cerita ke Ibu, sering nyimpan uang dibawah kasur." kata mbah Putri

Mbak Trias, dan Mbak Tutik, tambah menangis mendengar hal tersebut.

"Bapak.... Bapak......" tangis mbak Trias dan mbak Tutik sambil memegang kaki almarhum

Mbah Putri pun memberikan amplop tadi ke mas Pri.

"Simpenen yo, ibu wis tuo, tolong kamu yang nata uang bapak selama proses pemakaman ini." kata Mbah Putri

"Nggih Bu." jawab Mas Pri

Kira kira jam 7 pagi saat beberapa pelayat sudah mulai datang. Mas Pri pun menghubungi rumah sakit Andalan.

"Assalamualaikum rumah sakit andalan nggih?' tanya mas Pri

"Nggih mas, ada yang bisa dibantu?' tanya pihak Rumah Sakit

"Bisa minta tolong hari ini jam 9 pagi kirim ambulan ke area soropandan, untuk mengantar jenazahalamrhum bapak saya ke pemakaman." kata

"Bisa bapak... ditunggu nggih." jawab pihak rumah sakit

Tatang yang selesai mengelap ambulans, mendapat tugas dari pak Zainal untuk mengantar jenazah Mbah kamto.

"Tang... tatang..." pak Zainal memanggil

"Nggih Bos?" jawab Tatang masuk kedalam ruangan pak Zainal

"Tolong antar jenazah dari rumah duka Soropandan 8, gang 2 ke pemakaman TPU bantarulir ya Tang."

"Siap bos...gasken..." jawab Tatang

Tatang pun langsung berangkat ke rumah duka, saat tiba di rumah duka, dia tampak janggal, dan memastikan kembali dengan apa yang dia lihat.

"Mas ini bener nggih gang Soropandan gang 8 nomor 2?" tanya Tatang kepada salah satu pelayat menunjuk sebuah gang kecil yang memiliki lebar 2 meter.

"Benar mas, ambulan yang ngantar almarhum mbah kamto ke pemakaman nggih?" tanya pelayat tersebut

"Inggih mas, leres." jawab Tatang

"Rencana dimakamkan dimana mas oleh pihak keluarga?" tanya pelayat tersebut kembali

"TPU bantar ulir mas." jawabTatang

Setelah bertanya kepada salah satu pelayat, Tatang tambah heran saat itu.

"Busyet, ini orang meninggal apa pengajian akbar?"

Batin Tatang yang masih tidak percaya, karena pelayat yang datang nampak 1000 orang lebih. Mereka berdesak desakan di luar dan di dalam rumah duka.













Supir Ambulans ( Saat Ajal Menjemput )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang