Yono malam itu tidur di ruang khusus yang disediakan oleh pihak kepolisian. Beberapa polisi yang saat itu menjaga, beberapa kali membicarakan Yono.
"Mau kasihan tapi keterlaluan..." kata Samsul polisi jaga saat itu.
"Selama belum ada bukti pasti yang benar benar bisa dipegang, kita jangan komentar apa apa dulu...." jawab pak Udin selaku kepala Polisi jaga malam itu
Samsul pun menghampiri pak Udin saat itu.
"Coba njenengan lihat Pak..."
Pak Udin pun membaca pesan di handphone pak Samsul terkait pembunuhan tadi.
"Siapa saja yang tanya itu Pak Udin?"
"Ada warga sekitar, beberapa juga dari wartawan...."
"Sampaikan saja fakta yang ada. Kemarin kita temukan jasad sudah dalam kondisi tulang belulang, masalah itu ada dugaan pembunuhan atau tidaknya masih diselidiki secara mendalam oleh tim forensik..."
Saat sedang menjelaskan jawaban dari pertanyaan pak Samsul, beberapa kali Yono mengigau pada saat tidur.
"Ibu.....! Ibu.... !"
Pak Udin yang mendengar hal tersebut hanya bisa menghelai nafas panjang.
"Hmmm........"
Sementara itu ditempat lain, Wati bersama mas War perjalanan menuju ke Semarang. Sepanjang perjalanan tangis Wati tak reda reda juga. Hati kecilnya campur sedih dan menyalahkan dirinya sendiri.
"Kenapa aku biarkan Ibu bersama Yono....coba Ibu tetap tinggal bersamaku, pasti ceritanya lain" batin penyesalan Wati saat itu
Mas War yang menyadari penyesalan Wati, mengelus elus kepala Wati sambil memberikan semangat.
"Semua yang terjadi sudah terjadi dek, kita tidak bisa mengubah apapun, penyesalan demi penyesalan hanyalah rekayasa setan supaya kita tidak beriman...."
"Nggih mas....."
Perlahan lahan hati Wati mulai sedikit tenang, sambil menyenderkan kepala ke badan mas War. Tak terasa setelahnya Wati ketiduran.
"Kasihan kamu dek, setelah kehilangan anak kita, saat ini kamu kehilangan ibumu juga....." batin mas War sedih
KAMU SEDANG MEMBACA
Supir Ambulans ( Saat Ajal Menjemput )
TerrorTatang seorang supir ambulan yang mengambil pelajaran hidup dari pasien dan jenazah yang dia antarkan.