Pak Yanto selaku manajer rumah sakit memastikan kembali ke Mbak Ninik
"Gimana Bu jadinya?"
"Iya dah Pak, ndakpapa... "
"Gitu nggih? pengantaran dari njenengan sendiri nggih?"
"Iya Pak... "
Pak Yanto memberikan instruksi kembali ke mbak Cashier.
"Mbak njenengan coret nggih yang ini, lalu cetak kembali kwitansinya... "
"Siap Pak... " jawab mbak Cashier sambil memprogram pembayaran cashier
Mbak Jum & Dek Aan menghampiri Mbak Ninik karena rasa ragu, dan bertanya-tanya.
"Mbak ini beneran gapapa to?" tanya Dek Aan
"Almarhumah dibawa naik apa mbak sampai ke rumah njenengan mbak?" Jum menambahkan
Wajah Mbak Ninik saat itu ketika ditanya bingung, sedih, campur ragu, ia menjawab sekena dia saja saat itu.
"Nanti kita naikan becak atau apa yang terjangkau dengan sisa uang kita... "
Dek Aan bingung campur kecewa saat itu.
"Mbak ini jenazah lo? Ibu sudah meninggal? Yang benar saja !" Dek Aan protes
Mbak Jum mencoba menenangkan saat itu.
"Sik dek... sik dek... mbak Ninik bingung sepertinya... "
Dek Aan nampak wajahnya kesal, sementara mbak Ninik masih menunggu penyelesaian pembayaran.
"Ini Bu, saya terima nggih uang dari njenengan, terima kasih banyak... " kata Mbak Cashier sambil memberikan kwitansi ke Mbak Ninik
"Sama-sama mbak... "
Selesai pembayaran Mbak Ninik membalikan badan berhadapan langsung dengan Dek Aan.
"Mbak beneran dinaikan becak to almarhumah Ibu?" tanya Dek Aan memastikan
Mbak Jum hanya diam dengan raut wajah kasihan melihat Mbak Ninik & Dek Aan.
Mbak Ninik menggaruk garuk tangan kanan nya, pikirannya tak tau arah, harus bagaimana dan dari mana uangnya.
"Sisa uang kita tinggal sedikit dek... "
Tatang yang penasaran saat itu mendatangi mbak Ninik.
"Ada apa Bu? Kok pak manajer Yanto sampai keluar?"
"Masalah pembayaran kok mas... "
Dek Aan bertanya ke mbak Jum saat itu.
"Siapa orang itu mbak?" tanya dek Aan
"Supir ambulan yang kemarin mengantar almarhumah ibu sampai kesini dek... "
Dek Aan tanpa piker panjang langsung mendatangi Tatang saat itu.
"Mas kalau mau membawa jenazah selain naik ambulan pakai apa nggih?"
"Ke daerah mana Bu?"
"Daerah kedung sari Mas... "
Tatang berpikir sejenak, lalu menjawab.
"Oalah, masih disekitaran tempat saya jemput almarhumah kemarin ya Bu. Daerah nya jauh Bu, mau ga mau ya harus ambulan Bu... "
Dek Aan masih ngotot mencari cara lain selain naik ambulan.
"Pengantaran ambulan lumayan mahal mas, mungkin mas pernah punya pengalaman atau kenalan pengantaran jenazah selain menggunakan ambulan?"
Tatang berpikir kembali.
"Waduh, naik apa ya Bu? Daerah rumah njenengan soale dari sini hampir 20 km, jauh lo Bu... "
KAMU SEDANG MEMBACA
Supir Ambulans ( Saat Ajal Menjemput )
HorrorTatang seorang supir ambulan yang mengambil pelajaran hidup dari pasien dan jenazah yang dia antarkan.