"La illaha illalah....La illaha illalah....La illaha illallah."
Para pelayat mulai memikul keranda jenazah Bu Yanik, sambil mengucap syahadat.
Sementara Saras bersendu sedih melepaskan almarhumah, selama lama nya dari rumah tempat mereka tinggal.
Nampak mata Saras beberapa kali menengok kursi yang biasa dipakai, almarhumah untuk membaca koran.
"Ibuk.........Ibuk..........." batin Sarah sedih, mengingat memori bersama ibunya di sudut rumah tersebut.
Sementara Tatang mulai membuka pintu belakang ambulan. Nampak saat itu Hamdan ikut memikul keranda almarhumah di posisi paling depan.
"La illaha illalah....La illaha illalah...La illaha illallah."
Hamdan mengucap syahadat dengan kencang, sampai tak terasa air mata nya terus mengalir.
Saat Hamdan bersyadahat kencang, terdengar suara keras. Ia pun refleks menengok ke belakang, dimana sumber suara berasal.
"Aduhhh..................ya Alloh.................."
Teriak Toni, salah satu tetangga almarhumah yang ikut memikul keranda almarhumah.
Badan Toni seketika lemas lunglai, leher nya tiba tiba ketarik kesakitan, sementara itu keranda almarhumah yang dipikul nampak menjadi miring ke sebelah kiri.
"Kenapa mas?" tanya Hamdan
"Engga papa Ndan, leher ku sakit.... Pak Yono tolong gantikan aku sebentar...! kata Toni sambil memegang leher yang sedang kesakitan.
Yono pun berganti memikul keranda alhmarhumah, menggantikan Toni.
"La illaha illalah....La illaha illalah...La illaha illallah."
Para pelayat pun melanjutkan memikul keranda almarhumah. Tapi baru beberapa langkah memikul kedepan, Yono berteriak kesakitan
"Wadoh............suakitttt nemen rek.."
Lengan tangan Yono sebelah kanan terpelanting ke bawah, ujung keranda almarhumah hampir jatuh ke tanah, untung saja keranda almarhumah langsung dipegangg oleh beberapa pelayat yang berjalan di samping keranda.
"Grokkkkk..................."
Suara keranda almarhumah hampir jatuh terpelanting ke bawah.
Saat itu, ketika keranda dipikul keatas kembali, beberapa buah benda menggelinding keluar dari dalam keranda...
"Kluntung....kluntung...." suara benda hitam menggelinding keluar keranda
"Apa ituuu?."
Teriak salah satu pelayat melihat dua buah kelereng hitam menggelinding ke luar peti jenazah. Kelereng tersebut warna dan bentuk nya persis yang dimuntahkan almarhumah saat sakatutal maut dan dishalatkan, tapi ukuran nya lebih besar, sepintas mirip bola bekel.
Saras yang mengetahui hal tersebut, berjalan cepat ke arah keranda, untuk memastikan benda apa yang keluar dari keranda.
"Ya Alloh, kejadian apa lagi ini...." batin Saras saat melihat dua kelereng hitam keluar dari keranda almarhumah.
Tatang yang memahami mulai ada kecemasan dari pihak keluarga, bergegas mengambil dua buah kelereng tersebut dan langsung melemparnya ke tempat sampah.
"Wis ga usah dipikir mbak.....monggo bapak bapak masukan keranda ke dalam ambulans..." ajak Tatang sambil melempar dua buah kelereng tersebut ke tempat sampah.
Keranda bergegas dipikul kembali dan dimasukkan kedalam ambulan. Selanjutnya pintu belakang ambulan ditutup oleh Tatang.
"Alhamdullilah..... alhamarhumah sudah masuk"
Batin Tatang setelah memasukan keranda almarhumah ke dalam ambulans. Setelah itu Tatang, masuk ke pintu depan ambulan.
Hamdan pun menyusul, masuk kedalam ambulans yang dikendarai Tatang.
"Tang?" kata Hamdan
"Iya Ndan, berangkat sekarang ya? tanya Hamdan
"Monggo Tang....." jawab Hamdan
"Siap...." jawab Tatang
Tatang pun mulai menstater ambulans, sambil mulai memasukan perseneleng ke gigi satu.
"Bismillahirrahmanirrahim..." ucap Tatang saat itu
"Wiuw.....wiuw....wiuw...."
Suara ambulans yang mulai berjalan, bebarengan dengan mobil keluarga yang mengantarkan almarhumah juga mulai berjalan.
"Tin....tin....tin....." suara klakson mobil keluarga, karena ada sepeda motor yang melintas didepan mobil.
Ambulan keluar gang, dan mulai melewati jalan besar. Tatang yang merasa ada kedekatan dengan Hamdan dan almarhumah, mencoba bertanya saat itu.
"Ibu sakit opo Ndan sebelum meninggal?" tanya Tatang
"Ga sakit apa apa, lha wong sebetulnya ibu sudah membaik seminggu terakhir Tang.... walaupun kaki beliau lumpuh 6 bulan ini." kata Hamdan
Tatang sempat diam sebentar, melihat jalanan sambil menghisap rokoknya.
"Lha terus kemarin malam tiba tiba meninggal awal ceritanya gimana Ndan?" tanya Tatang
"Gini.......Pagi kemarin itu ibu seketika bisa jalan, tapi malam hari badannya ngedrop, mengeluh sesak nafas kemudian kira kira jam 2 pagi ibu meninggal." cerita Hamdan sambil meneteskan air mata.
Tatang yang mendengar cerita Hamdan, kalau Bu Yanik sempat bisa berjalan, cukup kaget.
"Loh....katamu tadi 6 bulan beliau ga bisa jalan?" tanya Tatang
"Setelah lusa diobatkan, sore hari nya bisa jalan Tang."
"Diobatkan kemana?" tanya Tatang
"Pengobatan alternatif di daerah siblat." jawab Hamdan
Tatang kembali mengambil satu rokok, sambil menyalakan korek.
"Model pengobatannya gimana itu Ndan?" tanya Tatang
Hamdan diam sesaat, nampak terdengar suara nya menelan ludah, sambil menjawab dengan nada pelan
"Kendi kecil airnya dituang kedalam gelas, air tadi berisi campuran kelereng dan bunga, saat itu posisi ibu diminta duduk, kepala menengadah keatas."
"Terus habis itu diapakan Ndan?" tanya Tatang
"Air dalam gelas, yang berisi bunga dan kelereng tadi diminumkan ke ibu."
Tatang tiba tiba menginjak rem, sambil membuang rokoknya. Ia cukup kaget mendengar cerita Hamdan.
"Astaghfirulloh aladzim, syirik itu Ndan !" kata Tatang tegas
Hamdan yang mendengar peringatan Tatang, nampak wajahnya justru merah marah, menjadi diam dengan mulut yang mecucu.
Tatang pun memilih diam, tapi setiap beberapa saat tetap menengok ke kiri memperhatikan kondisi batin Hamdan.
Saat itu, ketika ambulan berbelok ke kiri tajam, Tatang tak sengaja melihat kalung yang dikenakan Hamdan.
"Loh... Kalung yang dipakai Hamdan kok sama persis kelereng yang aku buang tadi." batin Tatang prihatin saat itu
Tatang tak berani bertanya, karena khawatir respon Hamdan justru marah atau emosi kembali.
"Coba nanti kalau suasana sudah tenang, aku cari tau pelan pelan." batin Tatang kembali
KAMU SEDANG MEMBACA
Supir Ambulans ( Saat Ajal Menjemput )
HorrorTatang seorang supir ambulan yang mengambil pelajaran hidup dari pasien dan jenazah yang dia antarkan.