Keheranan dengan apa yang dilakukan Marni. Pak Darto membatalkan shalatnya, lalu menanyakan ke Marni.
"Dek kenapa kamu kok berdiri disitu?"
Marni yang awalnya berdiri, tiba tiba duduk semi nglesot, lalu berpindah ke sarjadah bergerak dengan cara nglesot tepat diatas sarjadah yang digunakan pak Darto
Pak Darto yang merasa aneh dan kurang nyaman menanyakan kembali ke Marni.
"Kenapa sih kok bapak shalat kamu justru haling halangin gini?"
Marni tak berbicara, dia hanya tersenyum dengan bibir yang pucat menatap pak Darto.
Pak Darto yang merasa tidak nyaman berpindah ke Sarjadah makmum, tepat disebelah kanan untuk melaksanakan shalat.
"Allahuakbar..."
Saat memulai shalat kembali, sesekali pak Darto melirik sarjadah yang diduduki Marni tadi.
"Loh Marni sudah engga ada? Kemana dia?"
Pak Darto tambah keheranan saat itu, tapi beliau tetap berusaha fokus shalat.
Kira kira pada saat rekaat terakhir shalat.
"Wassalamualaikum Warrahmatulloh Wassalamualaikum Warrahmatulloh..."
Pak Darto menutup shalat dengan salam, menegok ke kanan kemudian ke kiri.
Saat pak Darto menengok ke sebelah kiri.
"Dek....kaget aku!"
Marni wajahnya menatap Pak Darto saat salam terakhir shalat, tepat dibelakang pak Darto.
"Ngapain kamu di belakang bapak dek?"
Marni tak menjawab pertanyaan pak Darto, dia justru berdiri lalu berjalan sambil kepalanya menunduk, lalududuk kembali di kursi kamar tamu.
Pak Darto pun menghampiri Marni ke kamar tamu.
"Kamu sakit to dek?"
Marni tak menjawab, dia hanya menggeleng gelengkan kepala ke kanan dan kiri. Pak Darto yang bingung dengan perilaku Marni, mencoba membuka nasi kardus dan snack di meja yang dia bawa dari pak Nur tadi.
"Dek maemen to? Ini ada pudding juga?"
Pak Darto menaruh pudding tersebut tepat di meja dimana Marni duduk. Marni tetap diam saja.
"Opo sih Marni ini kok dari tadi di baikin tetap diam terus?"
Bingung dengan perlakuan Marni, pak Darto mengambil handphone di saku nya, mencoba menghubungi Pri dan Bu Darto. Saat hendak mencoba menelpon.
"Loalah baterai hapeku habis?"
Pak Darto baru sadar baterai hapenya habis tak tersisa, mati total. Ia bergegas mengambil charger hp di tasnya.
"Hp tak charge, terus tak leyeh leyeh istirahat dulu ah." batin pak Darto
Setelah mengcharge hpnya dicolokan listrik, Pak Darto rebahan di kursi tamu. Marni nampak masih duduk tepat disamping pak Darto.
"Dek nanti kalau ibu sama masmu datang, bapak bangunin ya?"
Marni baru menjawab saat itu, dengan suara pelan dan lirih.
"Iya Pak.."
Pak Darto cukup lega saat itu.
"Alhamdullilah akhire marni ga mogok bicara lagi..."batin Pak Darto tersenyum
Sesaat setelah rebahan di kursi tamu, Pak Darto langsung ketiduran.
Sementara itu ditempat yang lain Pri, kakak laki laki Marni, berada di Rumah Sakit Andalan Semarang mencoba menghubungi Pak Darto.
"Nomor yang anda hubungi berada di luar service area." suara Handphone Pri saat itu
Pri pun cukup kesal dan sedih campur tangis saat itu.
"Ya Alloh bapak kondisi kaya gini kok susah dihubungi sih?"
Tatang selaku supir ambulan RS Andalan pun bertanya ke Pri.
"Gimana Bapak?"
"Bapak saya belum bisa dihubungi mas..."
Sementara itu Bu Darto berada disebelah pak Zainal selaku pimpinan Tatang . Kebetulan Pak Darto dan Bu Darto dulu teman satu SMA, satu kelas dengan pak Zainal juga. Bu Darto air matanya terus mengalir, sambil memegang jasad Marni. Almarhumah meninggal badha ashar karena kecelakaan di jalan raya, saat pulang sekolah.
"Marni....dek.....Marni....jangan tinggalin ibu dek.... !!!!" tangis Bu Darto melepas kepergian Marni selama lamanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Supir Ambulans ( Saat Ajal Menjemput )
HorrorTatang seorang supir ambulan yang mengambil pelajaran hidup dari pasien dan jenazah yang dia antarkan.