Sampai di rumah sakit, Pak Zainal mengarahkan Pri dan Bu Darto menuju ruang jenazah.
"Marni.......Marni.........!!!
Teriak Bu Darto sedih tak terbendung melihat jenazah Marni, saat itu tepat di sebelahnya ada pak Zainal. Sementara itu Pri masih belum percaya dan belum menerima keadaan yang ada.
"Ya Alloh kok begini banget takdir?"
Hatinya terguncang, tak karuan rasa kehilangan melanda hatinya. Di tengah tengah kegalauan hati nya. Tatang selaku supir ambulans bertanya ke Pri.
"Pak rencana jenazah diantar ke rumah njenengan sekitaran jam 10 malam, gapapa nggih?"
"Malam sekali ya mas?"
"Tadi saya sudah tanya ke ibu njenengan, minta prosesi jenazah dikafani disini saja mas, yang agak lama nunggu itu mas..."
"Nggih mas...."
Tatang pun mengingatkan sesuatu saat itu.
"Mohon maaf ya mas, sebenarnya bukan ranah saya ini..."
"Gapapa mas, gimana?"
"Keluarga apa ada yang sudah mempersiapakan pelayatan di rumah? Ibu njenengan kan disini juga"
Pri pun baru teringat saat itu.
"Bapak belum tak kabari...."
Saat itu pula, Pri mencoba menghubungi Pak Darto.
"Nomor yang anda hubungi sedang di luar service area...."
Pri bingung campur kasihan ke Pak Darto.
"Kondisi kaya gini kok bapak sulit banget dihubungi ya?"
Tatang pun kembali menanyakan ke Pri.
"Gimana Pak?"
"Bentar mas, bapak saya belum bisa dihubungi..."
Selang beberapa saat Pri duduk menangis di luar ruang jenazah.
Sementara itu saat pak Darto terbangun dari tidurnya di kamar tamu.
"Tok... Tok... Tok... "
Suara seseorang mengetok pintu kamar tamu. Pak Darto pun membuka kan pintu kamar tamu saat itu.
"Zainal? Ada apa kesini mas?" tanya Pak Darto kaget.
"Bentar ya mas..." jawab Pak Zainal
Pak Zainal pun mengambil handphone dari saku nya, lalu menghubungi Pri.
"Halo assalamualaikum, ini bapakmu sudah di rumah mas...."
"Tolong sambungkan ke bapak ya Pak...."
"Nggih mas... "
Saat itu juga Pak Zainal memberikan handphone nya ke Pak Darto.
"Dari mas Pri putrane njenengan mas..."
"Loh lapo mas?"
"Njenengan angkat dulu..."
Pak Darto pun mengangkat telepon dari Pri.
"Ada apa mas?"
"Pak saya babdhe matur, tapi njenengan ingkang sabar nggih...
" Iya mas, kenapa? " tanya Pak Darto penasaran
"Dek Marni dipundut gusti Alloh tadi badha ashar Pak..."
Air mata pak Darto mulai menetes.
"Mas...beneran?....Mas beneran....?
Tangis pak Darto pecah tak terbendung, handphone tadi dikembalikan ke pak Zainal. Pak Zainal merasa kasihan ke pak Darto saat itu.
Pak Darto berjalan ke dalam rumah, maskh belum percaya Marni sudah meninggal.
"Dek Marni masih hidup kok, barusan ketemu saya didepan."
Nampak pak Darto linglung sambil menangis.
"Sabar mas Darto yang tenang, saya kesini mau ngabarin njenengan, karena tadi sulit dihubungi..."
"Iya hpku tak charge tadi Nal..."
Jawab Pak Darto linglung campur menangis, sambil menuju kamar tamu.
"Nasi kardus sudah dimakan Marni belum ya?"
Beberapa saat nasi kardus tadi dibuka oleh pak Darto, sambil berceletuk sendirian.
"Belum dimakan..."
Pak Zainal yang tak sampai hati mengajak ngobrol Pak Darto.
"Mas sabar & tenang nggih, Marni sudah meninggal mas....."
"Marni masih hidup kok, barusan nemenin saya waktu shalat...."
Pak Darto pun berjalan kembali, kali ini, menuju kamar Marni.
"Tadi dia sekolah kok, bajunya batik pasti dipakai?"
Celetuk pak Darto sambil membuka lemari Marni.
"Kok baju batik ada di lemari?"
Pak Darto nampak berjalan ke ruang tamu kembali. Ia mulai menyadari Marni bernar benar sudah tiada, badan nya ambruk, sambil berteriak.
"Dek.......Dek........Dek Marni?""
Pak Zainal menghampiri dan merangkul Pak Darto saat itu.
"Mas istighfar...istighfar.....nggih....mas.....sabar nggih"
Pak Darto menangis sejadi jadinya, kesedihan berkabut menyelimuti hatinya saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Supir Ambulans ( Saat Ajal Menjemput )
HorrorTatang seorang supir ambulan yang mengambil pelajaran hidup dari pasien dan jenazah yang dia antarkan.
