Setelah semua anggota keluarga melihat langsung jenazah almarhumah Mbah Titik.
Masing-masing anggota keluarga menuju kamar mandi, untuk wudhu, lalu dilanjutkan dengan shalat jenazah.
Mas Harno, suami dek Aan, yang memimpin shalat jenazah saat itu, agak kikuk, pada saat dimulai shalat jenazah, terasa sekali bau kecut campur seperti bau nasi basi, dari tempat jenazah disemayamkan.
"Astaghfirulloh aladzim... bau apa ini ya?" batin mas Harno diawal shalat
Mas Harno tetap melanjutkan shalat jenazah saat itu, sampai di rakaat terakhir bau kecut campur busuk tadi tetap tak kunjung hilang.
"Ini bau perasaanku aja? Apa semua juga merasakan?" batin Mas Harno di akhir shalat jenazah
Ketika shalat jenazah sampai di rakaat terakhir, dan sudah selesai. Mbah Darno adik almarhumah mbah Titik, nampak wajahnya mungkuk-mungkuk.
"Huak... Huak.. " suara Mbah Darno mungkuk-mungkuk seperti akan muntah
Mas Harno yang tak sampai hati, bergegas menghampiri Mbah Darno serta menanyakan
"Kenapa Mbah? Kok mungkuk-mungkuk mau muntah gitu?" tanya mas Harno
"Aku munek sama bau sangit No... "
Dek Aan & Mbak Ninik yang perasaan nya sangat sensitif, langsung mendekati jenazah almarhumah.
"Baunya dari kaki almarhumah ibu ya mbak?" tanya Dek Aan ke Mbak Ninik
Mbak Ninik memposisikan lebih mendekat ke kaki kanan almarhumah yang terkena paku semasa hidup, lalu mencoba mencium kembali.
"Betul dek, padahal sudah kita cuci bersih ya dek...? "
"Sudah mbak, aku bilas 3 kali pakai sirih dan kapur juga mbak... "
Mas Harno menghampiri mbak Ninik & dek Aan.
"Sudah ga usah dipikir terlalu mendalam, mungkin bau jenazah yang terkena tetanus ya seperti itu... "
Selesai menenangkan hati Dek Aan & Mbak Ninik, terdengar suara beberapa pelayat mengetok pintu.
"Assalamualaikum... "
Mbak Ninik, Dek Aan, & Mas Harno lantas keluar menemui para pelayat yang mulai berdatangan.
Saat sudah saling berhadapan di depan pintu, Mas Harno menanyakan ke dek Aan siapa pelayat yang datang.
"Siapa itu dek?"
"Pak Wahid mas, kades desa sini... "
"Kalau yang satu nya siapa?"
"Bu Hardi, tetangga yang jualan warung kelontong di pinggir jalan situ... "
Pak Kades Wahid & Bu Hardi nampak wajahnya memerah, seperti menahan kejengkelan terhadap sesuatu saat itu. Seketika pula saat itu, perasaan mbak Ninik menjadi tidak enak & nyaman.
"Kenapa baru datang melayat wajah pak Wahid & Bu Hardi seperti orang marah gitu? Apa ada yang salah lagi dengan keluarga kami?" batin Mbak Ninik takut campur sedih
KAMU SEDANG MEMBACA
Supir Ambulans ( Saat Ajal Menjemput )
HorreurTatang seorang supir ambulan yang mengambil pelajaran hidup dari pasien dan jenazah yang dia antarkan.