Mas Harno suami Dek Aan langsung melihat tempat penggalian kubur tepat dimana almarhumah mbah Titik akan dimakamnkan.
"Astaghfirulloh aladzim, keluar mata air disini !" teriak Mas Harno
Mbak Ninik, Dek Aan, serta pak Kades Wahid langsung melihat ke liang lahat yang akan digunakan untuk pemakaman almarhumah Mbah Titik.
"Apa hujan kemarin sore mbak?" tanya Aan
"Iya dek, tapi kan harusnya tanah sudah kering, soalnya hujan reda dari jam 1 pagi..." jawab Mbak Ninik
Pak Kades yang mengetahui hal tersebut, meminta Jarot dan yang lain merubah lokasi penggalian.
"Coba ganti lokasi yang sebelah sana Rot?"
"Lah gali liang lahat lain lagi pak Kades?"
"Iya lah, disitu jelas tergenang air.."
Jarot agak mengeluh saat itu.
"Gali lagi ! Gali lagi ! Enak aja dimulut.."
Pak Kades menyadari kembali Jarot yang sedang menggerutu.
"Ngomong apa kamu Rot?"
"Anu pak Kades saya menyemangati teman-teman, ayo gali ayo gali..."
"Nah gitu dong yang semangat jangan kaya tadi..."
Jarot hanya bisa batin saat itu.
"Ini Kades lama-lama mirip Hit lur, otoriter, pemaksa dan anti kritik gini..."
Selang beberapa saat setelah Jarot menggali, mata air muncul kembali di liang lahat kedua.
"Waduh...duh...muncul mata air lagi bos !" teriak Jarot ke pak Kades
Mbak Ninik yang kebingungan serta hatinya galau tak karuan, seketika berdoa saat itu.
"Ya Alloh, berikanlah hambamu petunjuk ya Alloh !" batin Mbak Ninik berdoa
Wir selaku anak buah Jarot, tiba-tiba berceletuk di luar dugaan semua pelayat termasuk Mbak Ninik.
"Aku minggu kemarin sempat diminta pak Sugimin gali sumur, warna airnya keruh campur minyak seperti mata air yang keluar dari liang lahat ini !"
Mendengar hal tersebut, pikiran Mbak Ninik langsung tersirat sesuatu.
"Apa mata air ini terjadi karena kami belum membayar sisa hutang ke pak Sugimin ya?" Mbak Ninik memiliki firasat kurang enak saat itu
KAMU SEDANG MEMBACA
Supir Ambulans ( Saat Ajal Menjemput )
TerrorTatang seorang supir ambulan yang mengambil pelajaran hidup dari pasien dan jenazah yang dia antarkan.