Bab 18 - Engkau sudah menunggukuu Ayah? bagian 1

1.9K 81 1
                                    

"Bapak... hari ini aku temanin Bapak..." senyum mbak Tutik melihat Bapak nya

Sore itu, kira kira badha ashar, mbak Tutik mengajak bicara bapak nya , bernama Mbah Kamto. Beliau saat itu sudah berusia 85 tahun.

Mbah Kamto mengalami sakit diabetes, badan nya lumpuh, bahkan 1 tahun belakangan tidak mampu lagi menggerakkan tangan & kakinya.

Beliau masih bisa berbicara tapi hanya beberapa kata saja.

"Es krim... es krim..." dua kata yang diulang Mbah Kamto terus menerus sore itu

Mbak Tutik yang tak sampai hati, langsung membelikan Mbah Kamto es krim di warung, untuk disuapkan kepada ayahnya tersebut.

"Yah...um...buka lagi mulutnya Bapak..." kata mbak Tutik sambil menyuapi es krim ayahnya pelan pelan.

Setelahnya Mbak Tutik mengambilkan air putih untuk diminumkan ke Mbah Kamto.

"Pak... diminum bapak, biar ga seret tenggorokannya.." kata mbak Tutik

Dari kejauhan nampak Mbah Kamto giginya sudah habis, mulutnya hanya bisa terbuka kecil, meminum air putih tersebut.

"Glek...glek...glek.." suara Mbah Kamto saat meminum air putih

"Sudah ya Pak..."

Mbak Tutik mengentikan Mbah Kamto minum air putih, takut terlalu banyak,
tak baik buat ginjal beliau.

Kira kira selesai badha isha, Mbah Putri selaku ibu nya Mbak Tutik, mengajak ngobrol Tutik

"Yooo... seperti itu bapakmu kondisinya sekarang Tik, sudah ga bisa jalan ga bisa makan sendiri, mau bicara sudah sulit sekarang.

"Sudah tua Bu, yang sabar nggih njenengan." kata Tutik

"Ibu berusaha sabar terus, alhamdullilah 2 tahun ini Ibu diparingi kekuatan & kesehatan sama Gusti Alloh. Aku ya bersyukur pulang & tidur sini." kata Mbah Putri

"Nggih Bu." jawab Mbak Tutik

Mbah Putri pun menyampaikan sesuatu ke Tutik saat itu.

"Bapakmu tahun lalu saat masih bisa berjalan, sempet matur, pingin kamu tidur sini Tik, soalnya sudah 3 tahun ini kamu ga pulang." kata Mbah Putri

"Baru bisa nya sekarang Bu. Kebetulan tiap mau kesini pas mas War ada acara kantor terus." kata Mbak Tutik

"Iya gapapa, nanti kamu temanin bapakmu ya, sudah dari tahun lalu dia kangen sama kamu." kata Mbah Putri

"Inggih Bu." jawab mbak Tutik

Selesai shalat isha, Tutik pun memutuskan tidur karena masih capek perjalanan dari Jakarta ke Semarang. Ia dan Mas War baru sampai bada Dzuhur pada hari itu.

"Mas aku tak tidur sama Bapak ya hari ini, njenengan tidur di kamar saja gapapa." kata Tutik ke mas War

"Iya dek." jawab mas War

Mbak Tutik pun tidur bersama Mbah Kamto malam itu

"Ah ngantuk... tidur dulu... ah." batin mbak Tutik

Kira kira jam 2 pagi, mbak Tutik terbangun.

"Waduh kebelet pipis."

Mbak Tutik pun ke kamar mandi, yang lokasinya ada di halaman belakang rumah.

Saat kembali ke kamar bapak, Mbak Tutik merasa ada kejanggalan Mbah Kamto saat itu.

"Bapak kok kaya ga bernapas ya." batin mbak Tutik

Mbak Tutik pun membangunkan Mbah Putri dan Mas War..

"Mas Bu... bapak kok kaya ga bernapas ya..." kata mbak Tutik ke mas War dan Mbah Putri

Mas War dan Mbah Putri merasakan hal yang sama, Mbah Kamto sudah tidak bernafas. Saat itu Mas War bergegas keluar rumah dengan mobil, mendatangi mas Antok, tetangga Mbah Putri yang berprofesi sebagai perawat.

Saat mas Antok datang & melihat kondisi Mbah Kamto, benar saja, beliau sudah tidak ada.

Mungkin petunjuk dari Alloh, mas Antok sempat diajak ngobrol oleh Mbah Kamto tahun lalu sebelum stroke. Wasiatnya tentang mbak Tutik.

"Aku pingin ketemu anak perempuanku Tutik dulu, sebelum aku tutup usia" wasiat Mbah Kamto saat itu

Lha kok ternyata malam itu, sesuai wasiat beliay. Malam itu Mbah Kamto berpulang untuk selama lamanya, tepat di hari pertama mbak Tutik pulang kampung, setelah 3 tahun lamanya tak pulang.

Supir Ambulans ( Saat Ajal Menjemput )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang