"Duh Li, lo bikin repot aja sih. Biasanya juga kita nongkrong di Oliver. Kenapa tiba - tiba jadi pindah tempat sih? Jauh lagi dari kantor!" gerutu Elle begitu menemui Lili yang sudah duduk manis di restoran itu.
"Sumpah, ga ngerti bumil banget si Li." rengek Meta. Sedangkan Lili meringis dan memberikan senyuman bersalahnya.
"Kan cari suasana baru guys. Emangnya gak bosen apa di Oliver terus?" ucap Lili beralasan. "Ah gaya lo. Kita kan udah langganan di Oliver sejak zaman sekolah. Kesambet apaan lo sampe tiba tiba bilang bosen?" hardik Elle lagi.
"Lagian, itu kenapa masih minum matcha float nya Oliver kalo lo bosen. Lo boongin kita ya?" Elle lagi - lagi memandangnya dengan tatapan menyelidik. Sedangkan Meta sudah sibuk dengan tiramisunya.
"Enggak!" bohong Lili.
"Ah pokonya gue gak percaya. Gue tunggu ceritanya." ucap Elle keras kepala. Kedua sahabatnya itu benar - benar melakukannya. Tidak memperduliknnya dan tidak mengajaknya bicara padahal mereka berada di satu meja yang sama.
"Ih gak asik banget sih!" keluh Lili dengan wajah kesalnya. Mendengar itu Meta dan Elle menoleh ke arahnya.
"Makanya Li, cerita aja deh daripada lo gila sendiri. Lagian lo mau boongin kita kaya gimana sih? Gak bakal bisa! Kita udah tau lo luar-dalem." ujar Meta menasehati.
"Yaudah iya ini gue cerita." ucap Lili mengalah.
"Atlas ya?" tebak Elle yang tepat sasaran. Lili mengangguk. "Emangnya sebulan lalu lo gak jadi bukain pintu apartemen lo sesuai instruksi gue?" tembak Elle lagi.
"Gue bukain kok." bela Lili. Meta ikut menyimak karena sudah mengetahui ceritanya dari Elle.
"Terus? Kok masih galau?" tanya Elle.
"Iya Li, udah hampir sebulan loh muka lo ketekuk gitu. Mana kalo diajak ngobrol jadi gak asik karena kebanyakan ngelamun." tambah Meta.
"Iyaa... waktu itu Atlas bilang dia tertarik sama gue." ucap Lili dengan malu. "Wah! Bagus dong!!" respon Elle antusias sedang Meta melihatnya dengan mata berbinar sambil bertepuk tangan kegirangan.
"Tapi gue bilang ke dia gue gak bisa bales perasaannya." lanjut Lili yang membuat kedua temannya tercengang.
"Ih bego banget sih!" maki Elle!
"Lo baru ajaa ngelepas jackpot Li! Gimana sih?!" kata Meta ikut kesal.
"Terus sekarang lo galau karena nyesel nolak dia?" tanya Elle.
"Aduh, gue gatau El Ta. Gue juga gak ngerti sama perasaan gue sendiri." keluh Lili lagi.
"Apa jangan - jangan karena Leo ya Li?" tanya Meta. "Maksud lo?" ujar Lili tak mengerti.
"Iya maksud gue... kan lo ngabisin waktu yang lama banget tuh sama si Leo. Jadi sekarang lo mati rasa sama yang baru. Kalo kata anak zaman now sih, cintanya habis diorang lama, sisanya cuma ngelanjutin hidup." jelas Meta panjang lebar.
Sedikit banyak Lili menyetujui perkataan itu. Memulai hubungan baru adalah salah satu ketakutannya setelah berpisah dari Leo. Tapi... dia tidak bohong kalau memang dirinya menyimpan rasa untuk Atlas.
"Alah, apaansi ! Gak worth it banget Li nyia - nyiain waktu lo cuma gara - gara si Leo. Udah waktunya juga lo sembuh dan bangkit. Udah dua tahun loh sejak kalian pisah. Dia aja udah punya gandengan baru. Masa lo masih gandeng angin sih?" tutur Elle lagi.
"Udah terima aja si Atlas. Gue tau lo juga suka sama dia kan?" ujar Elle mengarahkan.
"Gabisa." ucap Lili dengan nada memelas. "Kenapa lagi sih?! Lo masih insecure?" tanya Meta gemas.
"Bukan. Tadi... gue liat Atlas di Oliver berdua sama cewe. Romantis lagi sampe suap - suapan. Udah pasti itu pacarnya kan?" gumam Lili.
"Bukan, dia bukan pacar aku Li."
Suara itu, suara Atlas. Lili terkejut begitu mendapati keberadaan lelaki itu dibelakangnya. Wajahnya terlihat serius dengan nafasnya yang memburu.
"Sumpah Li, dia bukan pacar aku." ucapnya sekali lagi dengan nada yang gusar.
Astaga, Lili malu sekali. Jangan bilang Atlas tidak mendengar semuanya kan?
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
The Man
RomanceWARNING !! Cerita ini bakal bikin kamu salting brutal dan senyam senyum sendiri!!! - - - "Aku gak percaya kalau kamu cuma pernah pacaran saat kamu SMA." gumam Lili seraya menatap pria tampan didepannya, Atlas. "Kenapa gak percaya?" tanya Atlas. "Wel...