⚠️ Chapter ini mengandung unsur dewasa. Dimohon kebijakannya dalam membaca ⚠️
- - -Sudah sejak beberapa menit yang lalu Lili mencoba untuk tidur. Di pelukannya ada Atlas yang entah bagaimana sudah terlelap sejak tadi. Tapi... bukannya seharusnya ada kegiatan lain yang harus mereka lakukan setelah menikah?
Bukan! Lili bukan mesum... tapi karena Atlas tidak melakukan yang sudah Lili bayangkan, entah mengapa Lili jadi bertanya - tanya. Apakah dirinya kurang menarik untuk disentuh?
Dengan gelisah Lili melepaskan pelukannya pada tubuh Atlas. Disertai dengan tangan Atlas yang juga ia tanggalkan. Baru saja memakai sandal nya suara Atlas justru terdengar masuk ditelinganya seraya tangan pria itu menarik jemarinya.
"Mau kemana?" tanya Atlas sambil menatapnya. "I-itu.. aku mau pipis." jawab Lili seadanya. Padahal dirinya sama sekali tidak ada niatan untuk ke kamar mandi. Niatnya hanya ingin ke balkon villa untuk menghirup udara segar.
Lili berjalan masuk ke kamar mandi setelah mendengar Atlas berdeham. Di dalam sana ia sibuk mematut dirinya di depan cermin. Berkaca seakan menilai sendiri penampilannya.
Ck! Kenapa Lili jadi terlihat seperti orang dengan nafsu yang tinggi begitu ya?
Beberapa saat kemudian setelah berpura - pura menekan flush kloset, Lili akhirnya keluar dari kamar mandi. Tak langsung menuju pada tempat tidur dimana Atlas berada melainkan membuka pintu balkon dan menyandarkan lengannya pada tembok balkon.
Apa sebaiknya Lili bertanya pada Meta? Kalau - kalau dulu Meta juga pernah mengalami hal yang sama?
Sepasang tangan yang melingkar di pinggangnya membuat Lili tersentak. Jantungnya nyaris copot karena rasa terkejutnya. Namun kemudian yang ia dengar justru suara suaminya.
"Kenapa tidak kembali ke tempat tidur? Bukannya disini dingin?" tanya Atlas dengan mengusapkan tangan nya di perut Lili.
"Aku gak bisa tidur." ucap Lili dengan jujur. Entah mengapa mendapat pelukan dari Atlas ini membuat dirinya merasa lebih emosional. Seketika ia merasa sedih karena sejak kejadian di meja rias yang Atlas lakukan hanyalah menyuruhnya untuk tidur dan beristirahat.
"Kenapa tidak bisa? Ada yang kamu pikirkan?" tanya Atlas seraya membalik tubuh Lili menjadi berhadapan dengannya.
Lili lantas menggeleng. Lagi pula, Lili tidak tahu bagaimana cara untuk menyampaikannya. Apalagi ini hari pertama pernikahan mereka, Lili tidak mau mereka justru bertengkar hanya karena dirinya yang overthinking.
Dengan manja Lili menelusup masuk ke dalam pelukan suaminya. Mencari kehangatan dan kenyamanan berharap pikiran negatifnya akan hilang.
"Kamu sendiri, kenapa bangun?" tanya Lili masih dengan wajahnya yang terkubur di dada Atlas.
"Aku memang belum tidur." jawab Atlas yang membuat Lili mendongak. Jadi pria itu tidak pernah tidur?
"Kenapa belum tidur?" tanya Lili penasaran. Seketika jantungnya berdebar karena Atlas menatapnya dengan pandangan yang berbeda. Sangat intens dan berbeda dari biasanya.
"You know why Lili. It's absolutely because of you." bisik Atlas seraya menumpukan dagunya di puncak kepala istrinya.
Mendengar itu seketika Lili merasa lega. Padahal tadi ia sudah takut bahwa pernikahannya akan berubah seperti beberapa cerita pernikahan yang pernah didengarnya. Pernikahan dimana sang suami kehilangan gairah setelah mereka menjadi suami-istri.
"Kalau begitu kenapa diam saja?" tanya Lili berbisik. Wajahnya sudah memerah tak karuan. Bahkan dari tempatnya berdiri ia bisa mendengar detak jantungnya sampai ke telinganya. Tak jauh berbeda dengan degup jantung Atlas yang bertempo sama dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Man
RomanceWARNING !! Cerita ini bakal bikin kamu salting brutal dan senyam senyum sendiri!!! - - - "Aku gak percaya kalau kamu cuma pernah pacaran saat kamu SMA." gumam Lili seraya menatap pria tampan didepannya, Atlas. "Kenapa gak percaya?" tanya Atlas. "Wel...