"Princess, can i please be your husband?"
Lili terpaku ditempatnya. Nafasnya tertahan karena mendengar apa yang Atlas katakan. Didepannya, mata pria itu berkaca seakan sedang menahan tangis. Namun tangan kekarnya masih dengan setia memegang kedua tangan Lili seraya sesekali mengusapnya.
"Kenapa?"
Demi Tuhan, Lili mencintai Atlas. Apapun yang ada dalam diri pria itu, Lili selalu mendambanya. Tapi, Lili sekalipun tidak pernah menyangka perkataan itu akan keluar secepat ini dari Atlas.
Atlas menggeser tubuhnya, mendekatkan dirinya pada Lili dengan matanya yang menyorot Lili dengan dalam.
"Sepertinya aku sudah gila princess." Suara Atlas seakan tercekat saat menjawab itu. Sebelum akhirnya ia kembali melanjutkan perkataannya dengan nada yang lembut dan penuh keseriusan.
"Karena kamu adalah sosok yang selama ini aku cari." tuturnya seraya perlahan tersenyum. Satu tangannya terulur mengusap pipi Lili dengan pelan. "My heart just told me to do whatever it is to keep loving you like this in each day of my life. And i'll do it. Whatever it takes."
Hati Lili seketika diselimuti kehangatan. Ketulusan Atlas menyentuh hatinya begitu saja. Sekali lagi Lili bersyukur karena bisa bertemu dengan Atlas dihidupnya.
Kemudian Lili tersenyum. Memandang Atlas dengan teliti pada setiap inci wajah tampan itu. Sebelum pada akhirnya meninggalkan sebuah kecupan hangat di bibir pria itu.
"Then i'll do it for you too." kata Lili yang membuat Atlas tersenyum lebar dan membawa wanita itu ke dalam pelukannya.
- - -
"Li, gausah halu deh!" itu suara Elle yang menolak untuk percaya apa yang baru saja ia dengar.
"Iya Li. Apa karena gue nikahnya kecepetan ya jadi Lo juga ngayal buat ikutan?" Meta, si ibu hamil itu memberikan pendapatannya dengan tangan yang sibuk memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
Lili meringis, melihat perut Meta yang sudah membesar itu, Lili jadi takut itu akan meledak kapan saja jika si empunya makan sebanyak itu.
"Beneran kok! Lagian ngapain juga sih gue nikah cuma karena mau ikut - ikutan. Gausah geer deh Ta."
Beberapa menit lalu, Lili baru saja bercerita tentang Atlas yang melamarnya. Tapi sial seribu sial, manusia - manusia yang duduk di hadapannya ini, yang tidak lain dan tidak bukan adalah sahabatnya, justru tidak mempercayainya.
"Lo kan emang suka halu Li. Dulu juga pas sama mantan Lo, Lo sering ngebayangin berumah tangga sama dia kan? Terus ujung - ujungnya Lo salting sendiri deh."
Sial, sepertinya makanan membuat Meta menjadi memiliki banyak tenaga untuk berbicara dan bersikap menyebalkan. Lili memutar matanya dengan jengah. Menatap Elle yang juga sedang menatap jemarinya.
"Apa liat - liat?!" sensing pada Elle. Elle menggedikkan bahunya sebelum tangannya dengan santai mengaduk minumannya dengan sedotan.
"Fix. Lo halu." Lili menghela nafasnya kasar. Tubuhnya ia sandarkan pada punggung bangku begitu saja. Merasa kesabarannya sedang diuji oleh kedua manusia ini.
Sekarang Lili jadi berpikir, kenapa juga sih dia bisa berakhir dengan kedua manusia absurd seperti ini? Salah apa dia sampai punya Elle dan Meta sebagai sahabatnya?
"Yaudah terserah kalian aja. Pokonya gue udah bilang ya ke kalian. Kalau tiba - tiba gue sebar undangan jangan sampai ngira gue mendadak nikah karena hamil duluan!"
Lili menyedot minumannya dengan tak sabaran. Meta yang merasa tak enak jadi menatap Lili dengan gusar. Seakan menangkap kegelisahan Meta, Elle dengan sesuka hatinya langsung menarik kedua tangan Lili, menegakkan jemarinya dan memperlihatkannya ke arah Meta.
"Gausah mellow Ta! Kita bener kok! Nih lihat! Gaada cincinnya kan?" tutur Elle yang langsung membuat Meta mengangguk antusias. Entah hilang kemana rasa tak enaknya tadi.
Ah! Menyebalkan!
Bolehkah sekarang Lili mengutuh kekasihnya itu?! Orang sekaya dia melamar tanpa sebuah cincin! Kenapa Lili juga baru sadar sih?!
Dengan kasar Lili menarik tangannya. "Lagian Li, Atlas tuh serius gak sih sama Lo? Gue jadi bingung." Elle kembali bersuara. Lili mengangkat sebelah alisnya, merasa tak senang dengan apa yang ia dengar.
"Ko Lo bilang gitu sih?"
"Nih Lo pikir ya, dia itu bagian dari keluarga konglomerat. Semua kehidupan mereka tersorot sama media. Tapi sampai detik ini, belum ada tuh berita Lo sama Atlas jadian. Bukannya itu aneh?"
Suasana hati Lili semakin memburuk saat mendengar itu. Lili juga gak pernah memikirkan tentang itu. Tapi bukankah lebih baik seperti itu? Supaya dia bisa menjalankan harinya seperti orang normal kan?
"Apa dia emang gak mau ngakuin Lo ya Li?" kali ini Meta ikut bertanya dengan wajah polosnya.
Kalau tidak ingat wanita itu adalah sahabatnya dan juga seorang ibu hamil, Lili pastikan tangannya sudah melayang untuk menjambak Meta.
"Hai sayang." sebuah kecupan mendarat di pipi Lili. Ia menemukan Atlas sedang berdiri disampingnya sebelum akhirnya menarik kursi kosong disebelahnya dan mendudukkan diri.
Suasana hatinya yang buruk menjadi membuat Lili tak punya keinginan untuk membalas sapaan Atlas. Gak mungkin Atlas tak mau mengakuinya! Tapi Lili juga jadi kepikiran soal omongan Elle tadi.
"Kamu sudah makan?" Lili menoleh saat mendengar suara Atlas dan menunjukkan wajahnya yang cemberut persis seperti anak kecil sedang kedua sahabat gadis itu hanya menyimak adegan didepan mereka.
"Kenapa sayang?" Atlas bertanya lagi. Lili langsung menoleh ke arah kedua sahabatnya. Matanya yang menajam langsung menghiasi wajahnya.
"Lihat! Atlas peduli banget kok sama gue!" katanya agak emosi walaupun nadanya terdengar seperti anak kecil yang sedang merajuk.
"Atlas, kamu cuma lupa kan?" Lili bertanya pada Atlas yang semakin kebingungan. Pria itu belum mampu membaca situasi ini.
"Lupa?" Bukannya menjawab Atlas justru balik bertanya. Ekspresinya yang penuh tanda tanya tidak bisa terlepas dari wajahnya. Dan bukannya memberikan kejelasan, Lili justru membuatnya semakin bingung saat wanitanya itu menyodorkan kedua tangannya di hadapan atlas dengan jemari yang diberikan jarak satu sama lainnya.
"Apa sayang?" Atlas meraih kedua tangan Lili dan justru menggenggamnya dengan bingung. Astaga, dia baru saja sampai dan dibuat seperti orang bodoh begini. Untung saja ia ingat bahwa wanita itu adalah kekasihnya.
Lili yang terlanjur bad mood justru berdiri dan meninggalkan ketiga orang di meja itu begitu saja. Dan seakan tersadar Atlas langsung mengikuti langkah gadis itu.
Ada apa dengan Lili?
Seingat Atlas, ini bukan waktunya Lili datang bulan.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Man
RomanceWARNING !! Cerita ini bakal bikin kamu salting brutal dan senyam senyum sendiri!!! - - - "Aku gak percaya kalau kamu cuma pernah pacaran saat kamu SMA." gumam Lili seraya menatap pria tampan didepannya, Atlas. "Kenapa gak percaya?" tanya Atlas. "Wel...