Akhir pekan ini, Lili diundang ke kediaman Atlas. Pria itu memintanya untuk berkunjung karena katanya hari ini adalah hari jadi pernikahan Bunda dan Ayah yang ke-30. Atlas membukakan pintu mobilnya untuk Lili, sebelum kemudian menggenggam tangan Lili dan membawanya ke dalam rumah.
"Anak cantik!!" heboh Bunda begitu melihat Lili di ambang pintu. Lili tersenyum merasa nyaman karena penyambutan yang hangat itu.
"Halo Tante." sapa Lili seraya mencium tangan Bunda. "Eh kok Tante, Bunda dong sayang. Kan sebentar lagi kamu jadi anak Bunda juga." pinta Bunda yang membuat Atlas lantas tersenyum.
"Ayo masuk! Yang lain udah pada nunggu di dalam." ajak Bunda yang akhirnya membuat Lili dan Atlas melangkah mengikutinya.
"Eyang uti, lihat nih ada calonnya Atlas." pamer Bunda begitu tiba di ruang keluarga yang sudah ramai dengan keluarga besar Atlas. Lili jadi gugup sendiri dibuatnya.
Dengan sopan ia menghampiri wanita yang dipangil Eyang Uti itu dan mencium tangannya. "Halo Eyang, aku Heavenly. Senang bisa ketemu Eyang." sapanya.
Lili pikir, adegan yang terjadi selanjutnya adalah dirinya yang diabaikan oleh Eyang atau bahkan direndahkan oleh Tante ataupun Om Atlas yang ada disana karena status sosialnya yang berbeda dari mereka.
Namun diluar dugaan, yang terjadi justru Eyang yang menariknya mendekat untuk kemudian memeluknya dengan hangat. Tak lupa Eyang juga mengusap rambutnya dengan lembut dengan senyumannya yang ramah dan hangat.
"Aduh cantik, kenapa namanya susah sekali? Eyang panggil Vee saja ya." Lili lantas tersenyum, belum pernah seumur hidupnya ada yang memanggilnya dengan sebutan itu. Namun tak urung Lili mengangguk memberikan izin pada Eyang untuk memanggilnya dengan sebutan Vee.
"Mau dipinang kapan ini sayang?" kali ini Eyang melihat ke arah Atlas. Mengundang semua orang di sana untuk ikut tersenyum seraya melihat ke arah Atlas dan Lili.
"Secepatnya Eyang." jawab Atlas dengan lembut. Tubuhnya mendekat pada Eyang dan mengecup pelipis Eyang dengan penuh sayang.
"Cepatnya itu seberapa? Nanti keburu diambil orang loh." tutur Eyang membuat yang lain tertawa. "Maunya besok Eyang." jawab Atlas yang langsung terkekeh begitu Lili menatapnya dengan sengit.
"Bercanda sayang." bisik Atlas begitu melihat respon Lili. Sekarang Lili tahu darimana kepribadian hangat Atlas berasal. Keluarganya ini, terasa sangat tentram dan rukun. Mereka bukan tipe keluarga yang gila harta dan kekayaan seperti yang Lili lihat di film - film.
Mereka terlihat sangat baik, ramah, bahkan menyambut Lili dengan hangat. Tidak ada keangkuhan sedikitpun ataupun intimidasi yang Lili rasakan selama acara itu berlangsung.
Suara deru mobil yang berhenti tepat di depan halaman rumah menarik perhatian semua orang di ruangan itu. Atlas adalah orang pertama yang bangun dari duduknya dan dengan semangat menyambut seorang anak kecil perempuan dengan rok tutu berwarna pink yang berlari memasuki rumah dengan sepatunya yang berbunyi setiap kali ia injak.
"Apiii!!" seru bocah itu seraya berlari ke dalam pelukan Atlas. Sedangkan Atlas dengan sama gembiranya mengangkat bocah itu ke gendongannya sebelum menciumi pipi anak itu dengan gemas.
"Assalamualaikum." suara salam yang datang dari sepasang sejoli yang Lili yakini sebagai orang tua anak tadi menyambut pendengaran Lili.
"Waalaikumsalam!" Semuanya menjawab dengan serentak. "Yaampun lama banget sih! Penyakit telatnya gak pernah sembuh deh!" gerutu Bunda si tuan rumah.
Semua perhatian beralih tertuju pada kedua suami istri itu yang saat ini sedang berbincang disamping Ayah dan Bunda. Namun, perhatian Lili tidak terlepas dari Atlas yang masih berdiri di ambang pintu dengan bocah tadi dalam gendongannya.
Dengan perlahan, kakinya menuju ke arah lelakinya. Sebelum akhirnya berdiri di samping Atlas yang langsung disambut hangat dengan pria itu.
"Cia, kenalin ini Ami nya Api." tutur Atlas seraya menunjukkan Lili pada bocah itu. Anak yang dipanggil Cia dengan rambut diikat duanya itu memandang Lili dengan tangan mungilnya yang melingkari leher Atlas.
"Ami antik!" seru Cia seraya bertepuk tangan dan tertawa kegirangan. Membuat Lili dan Atlas yang juga melihatnya ikut tertawa karena gemas.
"Hai Cia" sapa Lili canggung seraya mengusapkan kedua jemarinya pada pipi gembul anak itu. Lili meringis karena sejak dulu ia tidak pintar berinteraksi dengan anak kecil. Pasalnya, Lili tidak punya adik dan di rumah ia terbiasa menjadi yang dimanja. Jadi kalau dalam beberapa kesempatan dia dipertemukan dengan anak kecil seperti ini Lili jadi canggung dan tidak tahu harus berbuat apa.
"Cia mau Ami."
"Eh?"
Permintaan Cia membuat Lili langsung menatap Atlas dengan wajah panik. Sedang yang ditatap malah tertawa. "Aku gak bisa sayang." tolaknya seraya mengibaskan tangannya.
"Bisa sayang, aku bantu." Atlas kemudian menggiringnya ke arah sofa di dekat pintu, menyuruh Lili duduk sebelum kemudian menempatkan Cia pada pangkuan kekasihnya itu.
"Ummm angi!" seru Cia begitu berada di pelukan Lili. Atlas tertawa dan mengusap kepala anak itu dengan lembut, "Mami wangi ya?" ajak Atlas bicara dengan Cia yang diangguki oleh anak itu.
Lili jadi salah tingkah sendiri mendengar dirinya dipanggil Mami oleh Atlas. "Cia suka mami gak?" tanya Atlas yang membuat Lili ikut memusatkan perhatiannya pada Cia.
Cia mendongak, tangan mungilnya terulur meraih pipi Lili dan kemudian kembali bertepuk tangan dengan kegirangan seraya berkata, "Suka! Cia suka ami!" Lili tertawa melihat tingkahnya Cia. Syukurlah kalau Cia merasa nyaman dengannya.
Interaksi Cia dengan Atlas selama Lili memangkunya tidak bisa Lili lepaskan dari pandangannya. Caranya berbicara yang seperti anak kecil dengan Cia, caranya menatap Cia dengan mata yang berbinar gemas hingga cara Atlas yang selalu memuji Cia dengan sebutan anak pintar dan anak cantik disela pembicaraan mereka. Semuanya membuat hati Lili berdebar tak karuan.
Walaupun Lili tidak berbicara banyak dengan Cia, Atlas selalu melibatkannya dalam percakapan mereka. Sekali lagi Lili dibuat jatuh cinta. Atlasnya, sebenarnya apa kekurangan pria itu?
"Cia sini sayang, kasian tuh Api sama tantenya mau berduaan." sosok wanita yang Lili yakini sebagai ibu dari Cia itu menghampiri mereka.
"Ukan tante unda! Ini Ami!" protes Cia yang membuat mereka tertawa. "Iya, ini Mami nya Cia Kak Kala, bukan tante." timpal Atlas ikut protes bersama Cia.
Wanita yang ternyata bernama Kala itu tersenyum seraya mencibir jahil ke arah Atlas. "Nikahin dulu sana buruan! Baru nanti aku resmiin panggilannya jadi Ami nya Cia." ujarnya jenaka dengan senyum jahilnya pada Lili yang membuat Lili salah tingkah.
"Iya besok!" jawab Atlas sekenanya dengan nadanya yang jenaka diiringi dengan tawanya.
Ah... sepertinya Lili harus pertimbangkan untuk benar - benar menikahi Atlas esok hari.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
The Man
RomanceWARNING !! Cerita ini bakal bikin kamu salting brutal dan senyam senyum sendiri!!! - - - "Aku gak percaya kalau kamu cuma pernah pacaran saat kamu SMA." gumam Lili seraya menatap pria tampan didepannya, Atlas. "Kenapa gak percaya?" tanya Atlas. "Wel...