Chapter - 26

1.8K 54 0
                                    

"Sayang, kamu dengar aku?" Lamunann Lili buyar begitu sebuah sentuhan hangat hinggap di pipinya. Saat ini mereka sedang dalam perjalanan untuk mengantarnya pulang ke apartemen.

"Ya? Kamu bicara apa?" Lili menoleh sepenuhnya ke arah Atlas yang duduk dibalik kemudi. Berusaha mati - matian menghilangkan segala pikiran buruknya yang tiba - tiba merasa tak percaya diri untuk bersanding dengan Atlas.

"Aku mungkin harus meninggalkan kamu selama lima hari, ada perjalanan bisnis yang harus aku sertai besok." Penuturan Atlas membuat hati Lili seketika diliputi dengan rasa sepi.

Tangan pria itu ia tarik dengan lembut supaya Lili bisa bersandar pada pundak pria itu. Sepertinya Lili benar - benar lelah hari ini, emosinya jadi tidak menentu sejak tadi. Puncaknya saat ia bertemu dengan Jolie.

Ada rasa tak nyaman saat menatap wanita itu. Entahlah, Lili merasa wanita itu seperti sedang mengibarkan bendera perang padanya.

"I'll miss you. Tolong jaga diri kamu dan jangan membuat aku khawatir ya." Respon Lili membuat Atlas melarikan tangannya untuk mengelus kepala wanitanya. Merasa hatinya menghangat karena diperhatikan oleh Lili.

"Seharusnya aku yang bilang begitu." Lili terkekeh mendengarnya. Sebuah kecupan singgah dipuncak kepalanya. Lili pun membalasnya dengan sebuah ciuman di rahang Atlas.

"Setelah aku pulang nanti, temani aku ke acara pernikahan yang Max bilang tadi siang ya?" Atlas menatap matanya sebentar sebelum kembali memfokuskan pandangannya ke jalan.

"Aku akan membawakan kamu gaun paling cantik nanti." lanjutnya begitu tidak mendapat jawaban dari Lili. Lili memilih tak menanggapinya. Hanya sibuk mengencangkan tautan tangannya pada lengan Atlas dan mencari posisi ternyaman untuk bersandar pada pria itu.

- - -

Lili merebahkan tubuhnya di kasur empuk miliknya. Matanya menatap langit - langit kamarnya dengan tatapan yang menerawang. Bagi orang biasa sepertinya, dipandang rendah bahkan diremehkan adalah suatu hal yang biasa. Tapi sekarang, semenjak dirinya bersama Atlas, entah mengapa hal itu mulai mengganggu pikirannya.

"Apa pekerjaanmu Heavenly?" Jolie menatapnya dengan alis yang ia angkat sebelah. Persis menunjukkan ekspresi orang kaya yang angkuh.

"Oh aku kerja di sebuah yayasan. Kami biasa membuat beberapa acara untuk teman - teman tuli." Lili menjawab dengan antusias. Dirinya selalu merasa senang ketika membahas tentang pekerjaannya.

"Jadi kamu punya yayasan ya?" Suara Jolie kembali menginterupsi, nadanya kali ini sedikit lebih ramah daripada sebelumnya, namun tetap saja menyiratkan nada yang meremehkan.

"Bukan, aku hanya sebagai karyawannya. Profesiku adalah seorang project manager." Bunda dan Ayah tersenyum ke arah Lili merasa senang karena sepertinya Lili memang sosok yang baik dan memiliki jiwa sosial yang tinggi.

Berbeda dengan Jolie yang tersenyum remeh. Mata Lili menangkap wanita itu seperti sedang merendahkan profesinya.

"Mamaku punya toko perhiasan, kapan - kapan datanglah untuk melihat - lihat. Ah! Atau kalau kamu butuh properti, ayahku memiliki bisnis properti di hampir seluruh negeri ini, mungkin sesekali kamu bisa berkunjung ke salah satunya."

Nada yang terkesan ramah itu sangat berbanding terbalik dengan apa yang Lili tangkap dipendengarannya. Sarat akan kesombongan sangat kental disana. Ia tahu Jolie sedang menunjukkan betapa berbedanya level mereka.

Tapi mungkin bagi orang - orang kaya seperti keluarga Atlas percakapan ini adalah percakapan yang normal dan sering ditemui. Dari pandangannya, Lili merasa bahwa hanya dia yang lain mengartikan perkataan Jolie tadi. Sedang yang lainnya justru menganggukkan kepala seakan menganggap perkataan itu hal biasa.

Tring!

Suara pesan masuk dari ponselnya membuat Lili membuyarkan lamunannya. Dengan menghela nafasnya, wanita itu beranjak meraih ponselnya.

My Atlas
Sayang, tolong jangan terlalu memikirkan perkataan Jolie. 

Pria itu seakan selalu tau apa yang sedang menggangu hati dan pikirannya. Lili tau tidak seharusnya ia merasa kecil seperti ini. Justru seharusnya ia berbangga diri karena bisa ada di titik ini dengan kerja kerasnya sendiri bukan karena privilege yang diberikan temurun dari keluarganya.

Aku sama sekali tidak memikirkannya Atlas.
Sent

My Atlas
Aku harap begitu. Dimataku kamu tetap yang terbaik dari semuanya princess.

Senyuman terpatri di wajahnya. Meskipun mereka tidak bersama tapi Lili selalu bisa merasakan kehangatan di setiap pesan yang dikirimkan kekasihnya itu.

Kamu sudah di rumah?
Sent

My Atlas
Aku baru saja sampai. Kenapa? Kamu sudah merindukan aku ya?

Ditempatnya Lili terkekeh. Prianya itu selalu punya cara sendiri untuk menggodanya.

My Atlas
Apa aku perlu ke apartmenmu sekarang?

Lagi - lagi Lili menggeleng. Dasar perayu ulung itu. Selalu saja ia mampu kembuat Lili tersenyum.

Tidurlah. Besok aku akan ikut mengantarmu ke bandara. Bagaimana?
Sent

My Atlas
Kedengarannya menyenangkan! Aku akan menantikannya besok.

Mau aku masakkan sarapan besok?
Sent

My Atlas
Tidak perlu repot sayang. Kamu saja sudah cukup.

Lili tersenyum hangat sekali lagi. Ia berjanji pada dirinya bahwa mulai hari ini ia akan menghapuskan segala ketidakpercayaan dirinya. Dia tidak mau merasa kecil kembali. Dia hanya butuh Atlas. Dan ia yakin itu bukanlah pilihan yang salah.

TBC

The ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang