Lili langsung keluar dari mobil yang dikendarai Atlas dengan tergesa begitu mobil putih itu terparkir di halaman rumah sakit. Bahkan ia meninggalkan Atlas dan langsung berlari menuju ruangan 104.
"Ahhh!! Kenapa lama banget sih Li!"
Teriakan itu memenuhi ruangan begitu Lili menampakkan dirinya pada si penghuni ruangan. Dilihatnya Meta dengan keringat sebesar jagung sedang mengeluh dengan mengatur nafasnya yang tak beraturan.
Tidak lupa dengan keberadaan Julio yang penampilannya sudah sama berantakannya dengan Meta. Belum sempat Lili bersuara, pintu dibelakangnya ikut terbuka menampilkan Atlas, Elle, dan Ethan yang juga baru tiba.
"Huwaa!! Sakit banget Li El!" teriak Meta lagi seraya menangis seperti anak kecil. Dengan langkah tergesanya Lili langsung meletakkan bawannya di samping ranjang dan tangannya meraih tangan Meta memberikan kekuatan.
"Sabar ya Ta, banyakin doa dan atur nafasnya ya." ucap Lili menenangkan sahabatnya seraya mengusap perut Meta yang sudah membesar itu.
Lili sudah tidak memperdulikan tampilannya. Begitupun dengan Atlas. Lili dengan piama lengan panjang dan rambut yang di ikat asal bergegas pergi ke rumah sakit ini begitu Meta meneleponnya seraya meraung karena kesakitan ingin melahirkan anaknya.
Di dekat pintu, penampilan Atlas tak jauh berbeda, pria dengan celana khaki dan baju putih lengan pendeknya itu masih terengah karena mengejar langkah Lili. Bahkan sandal yang dipakainya terbalik, yang dikanan justru ia pakai dikiri dan sebaliknya.
"Maaf ya tadi aku terpaksa ketemu sama Leo." ucap Lili membuka percakapan keduanya saat mereka sudah berganti pakaian dan saling bersandar di sofa ruang tengah dengan masing - masing tangan yang memegang sendok berisikan es krim.
"Gak." kata Atlas sekenanya. Pria itu sibuk menyuapkan es krim ke mulutnya tanpa mau repot - repot menatap Lili.
"Sayang, habisnya dia orang gila. Masa dia panggil aku sekuat tenaga pas aku masih di kantor. Kan orang - orang jadi ngeliatin aku. Jadi karena terpaksa dan gak mau digosipin yang enggak- enggak sama manusia aneh itu aku turutin deh permintaannya buat ngobrol sama aku."
Atlas menoleh ke arah Lili, mulutnya berdecak dengan mata yang memincing. Dengan posesif tangannya yang bebas menarik pinggang Lili untuk mendekat ke arahnya.
"Kalian ngobrolin apa aja?" tanya Atlas penasaran. Sebenarnya Atlas gak tertarik untuk tau apa yang Leo ingin bicarakan. Tapi dia gak bisa menolak kalau sebenarnya dirinya kepo juga.
"Dia ajak aku balikan-"
Perkataan Lili berhenti begitu Atlas memandangnya tak suka. Atlas meletakkan sendok yang dipegang keduanya ke atas meja. Lantas mengarahkan tubuh Lili untuk menghadapnya.
"Dia benar - benar gak tahu malu ya?" gerutu Atlas yang membuat Lili meringis. Memang sih, mantannya setidak-tahu-malu itu.
Lalu kemudian Lili menceritakan semuanya. Tanpa terlewat barang satu kata pun. Atlas menyimaknya dengan seksama. Dahinya sesekali berkerut dan bibirnya sesekali berdecak mendengar cerita kekasihnya.
"Syukurlah kamu gak tergoda." cibir Atlas dengan nadanya yang jahil begitu puas mendengar akhir cerita Lili saat kekasihnya itu menolak ajakan mantannya dengan berkata : "Aku tidak akan menukar apapun dengan Atlas. He's more than enough for me. Apalagi untuk mengorbankannya hanya untuk kembali bersamamu. Aku lebih baik mati daripada menyaksikan itu terjadi."
Mendengar itu jujur saja membuat hati Atlas melambung tinggi. Senang sekali rasanya mendengar itu dari Lili langsung. Atlas merasa menang sekarang.
"Ck! Memangnya kamu pikir aku perempuan macam apa yang mudah digoda dengan orang seperti itu?" gerutu Lili setelah melayangkan bantal sofanya ke muka Atlas.
Bukannya marah pria itu justru tertawa. "I wouldn't trade you for anything, not even a diamond" ucap Lili seraya memeluk kekasihnya dengan manja. Atlas semakin melebarkan senyumannya. Sebuah tawa salah tingkah keluar dari bibirnya.
"Kenapa pacarku manis sekali hari ini? Sejak tadi kamu terus menggodaku dengan kalimat- kalimat manis. Siapa yang mengajarkanmu? Hm?." tanya Atlas dengan jahil yang membuat Lili salah tingkah.
"Aku bukan pacar kamu lagi Atlas!" mendengar itu membuat dahi Atlas mengkerut. "I'm your fiancé already. Jangan lupa! Itu dua hal yang berbeda tau." protes Lili lagi.
Atlas sukses tertawa. Dengan gemas dirinya mencium Lili. "Iya sayang." ucap Atlas. Padahal pria itu cuma mengucapkan dua kata itu tapi sukses membuat Lili bersemu karena nada lembut yang pria itu gunakan.
"Soal kata - kata manis. Tentu saja aku belajar dari pria di pelukanku ini. Memangnya ada yang lebih pintar menggombal daripada dirinya?" ujar Lili. Atlas tersenyum dibuatnya.
Baru saja Atlas ingin menghadiahi Lili dengan ciuman lainnya, sebuah telepon dari ponsel Lili justru menginterupsi mereka. Siapa lagi kalau bukan dari Meta?
"Sayang! Kamu juga gak bantuin aku! Ini sakit banget tau gak! Kamu cuma tau bikinnya aja! Aku kesel sama kamu pokonya." Meta kembali memarahi Julio yang masih setia di sampingnya.
Padahal tangan pria itu juga sudah banyak tanda kemerahan yang Lili yakin buah dari perbuatan Meta. Jangan lupakan rambut pria itu yang juga sudah mencuat kemana - mana.
"Meta, istigfar Ta. Itu suami lo loh. Kasian tuh si Julio juga udah banyak sakit tangannya. Rambutnya juga tuh, lo gak liat?" bela Lili seraya terus mengusap perut Meta.
Bukannya tenang Meta malah menangis semakin menjadi. "Elle... Lili gak sayang gue lagi." adunya dengan merengek.
Refleks Lili menghela nafasnya. Hormon ibu hamil memang selalu tidak bisa ditebak.
"Permisi, saya izin cek dulu ya." suara seorang dokter dengan baju biru dan sandal flip flop itu memenuhi ruangan. Tak lupa diikuti dengan tiga perawat dengan penampilan yang tidak jauh berbeda. Dengan kesadaran penuh, Ethan dan Atlas langsung keluar dari ruangan.
"Pembukaannya sudah lengkap. Kita mulai persalinannya ya bu." ujar si dokter yang membuat Lili langsung menelan ludahnya dengan kasar.
"Meta, semangat ya. Gue yakin lo bisa. Banyak berdoa ya supaya Tuhan kasih kemudahan, oke?" ujar Lili yang langsung diangguki oleh Meta. Tak lupa Lili memberikannya sebuah pelukan.
"Ta! Jangan galak - galak sama suami lo tuh, kasian dia mukanya udah kaya gembel gitu. Semangat ngelahirin ponakan guenya ya, jangan cengeng." ucap Elle ikut memberikan pelukan.
Dan setelahnya mereka keluar dari ruangan itu. Lili langsung duduk disamping Atlas begitu pria itu mengulurkan tangannya untuk ikut ke arahnya. Lili tersenyum ke arah atlas. Sebenarnya ia merasa jantungnya mau copot saking berdebarnya. Khawatir dengan keadaan Meta di dalam sana.
"Everything will be fine sayang. Dont worry." ucap Atlas menenangkan. Lili mengangguk sebagai responnya.
"Kita ke kantin dulu yuk? Kamu belum makan malam loh. Aku temenin, yuk?" ajak Atlas lagi. Sekaligus menghibur wanitanya agar tidak merasa gelisah.
Dan akhirnya Lili menurut. Mengikuti langkah Atlas untuk mengisi perutnya. Sepertinya pengalihan seperti ini lebih baik daripada Lili termakan kecemasan yang berlebih karena persalinan Meta.
Sekali lagi, dirinya bersyukur ada Atlas yang selalu menemaninya.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
The Man
RomanceWARNING !! Cerita ini bakal bikin kamu salting brutal dan senyam senyum sendiri!!! - - - "Aku gak percaya kalau kamu cuma pernah pacaran saat kamu SMA." gumam Lili seraya menatap pria tampan didepannya, Atlas. "Kenapa gak percaya?" tanya Atlas. "Wel...