WARNING !!
Cerita ini bakal bikin kamu salting brutal dan senyam senyum sendiri!!!
- - -
"Aku gak percaya kalau kamu cuma pernah pacaran saat kamu SMA." gumam Lili seraya menatap pria tampan didepannya, Atlas.
"Kenapa gak percaya?" tanya Atlas.
"Wel...
Lili melangkahkan kakinya dengan semangat menuju pelataran apartemen begitu menangkap mobil Atlas yang telah terparkir dalam jarak pandangnya. Begitu Lili mendekat, prianya itu keluar dari sisi kemudi dan berjalan menghampirinya.
Tidak perduli dengan orang lain yang berjalanan melewati mereka. Atlas meraih pinggangnya dan mengecup pelipisnya dengan lembut sedang Lili membagi senyuman cerianya pada tunangannya itu.
Tunangan.
Ah, entah sejak kapan kata itu membuat Lili salah tingkah. Ia suka menyebut Atlas tunangannya. Ia melirik pada jemari kirinya. Melihat cincin yang diberikan Atlas melingkar dengan cantiknya. Sebelum kembali merasakan kupu - kupu diperutnya begitu mengingat perlakuan Atlas tadi malam.
"Kamu harus menghentikan senyuman cantikmu itu sebelum aku semakin gila Lili." bisik Atlas di telinganya seraya membukakan pintu penumpang dan mempersilakan Lili masuk.
Lili tertawa begitu ia duduk ke dalam mobil sedang Atlas yang berjalan memutari mobil untuk sampai ke sisi kemudi tak berhenti tersenyum seraya menggelengkan kepalanya.
Atlas kemudian duduk di kemudinya. Memasangkan Lili sabuk pengaman dan mengulurkan tangannya ke kursi bagian belakang sebelum akhirnya memberikan Lili sebuket bunga yang sangat cantik.
Lili tersenyum semakin lebar. Menatap Atlas dengan matanya yang memincing seakan curiga.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Apa sayang? Memangnya aku gak boleh memberikan tunanganku bunga?" tanya Atlas. Lili terkekeh mendengar nada Atlas yang seperti sedang menggerutu.
"Tentu saja boleh. I don't even mind if you give me a garden of roses like this." Lili tersenyum ke arah Atlas dan melayangkan kecupan hangat di rahang pria itu seraya mengucapkan terimakasih.
"If you want a garden, we have to wait until we're in the same roof sayang." Lili berdecih. Dasar gombal!
"Kamu terdengar seperti pak tua yang sedang kejar target untuk menikah Atlas." Atlas menatapnya tak bersahabat. Enak saja! Atlas tidak setua itu kok!
"Im still youngprincess. Dan aku gak keberatan kalau terlihat seperti sedang kejar target menikah as long as my bride is you." Atlas tertawa jahil begitu melihat Lili yang salah tingkah. Wajah wanitanya itu sontak memerah saat ia menyelesaikan kalimatnya.
"Sepertinya kamu terlalu banyak konsumsi gula hari ini." Lili menoleh ke arahnya saat menanggapi. Pasalnya pria itu begitu gencar menggombalinya dan membuatnya tersipu. Saat ini lampu lalu lintas sedang berwarna merah, sehingga Atlas turut memandangi wanitanya dengan leluasa
"Kenapa? Apa hari ini aku terlihat sangat manis?" pertanyaan jahil Atlas itu membuat Lili mencubit pinggang lelaki itu dengan manja.
"Ck! Bukan itu maksudku! Ah, bisakah kamu berhenti membuat aku salah tingkah? Ini masih pagi Atlas." Lili menyembunyikan wajahnya dengan rambutnya. Rasanya ingin mengubur dirinya saja sekarang juga.
Lili paling tidak tahan kalau Atlas sedang dalam mode gombal begini. Entah siapa yang mengajarkannya menjadi perayu ulung seperti itu. Pasalnya, karena perkataan pria itu, Lili jadi panas dingin sendiri. Dan demi tuhan! Ini masih pagi!
Atlas tidak mengatakan apapun selain mencium pipi Lili gemas dan menyingkirkan rambut Lili dari wajah wanita itu sebelum akhirnya kembali melajukan kemudinya.
Mereka tiba di kantor Lili beberapa menit setelahnya. Atlas menurunkannya di lobby dan pergi meninggalkan Lili setelah berpamitan seperti biasanya.
"Eh! Udah dapet bunga aja pagi - pagi!" Suara Aby yang ternyata berjalan di belakang Lili sejak dari pintu masuk kantor membuat Lili menoleh dan tersenyum canggung.
"Wih! Sekarang udah ada cincinnya By!" ujar Kavi yang juga ada disampingnya. Aby dan Kavi sontak menggodanya. Membuat Lili merasa terjebak dan salah tingkah.
"Kenapa sih Li masih di sembunyiin aja? Gak takut cowo lo diambil orang emang Li?" Kavi kembali bertanya saat mereka memasuki lift.
"Ck! Kaya tahu aja lo cowo gue!" cibir Lili. Sesaat hening menyelimuti ketiganya sebelum akhirnya Aby dan Kavi saling memandang dan menyemburkan tawanya.
"Satu kantor juga udah tau Li!" ujar Aby yang membuat Lili melotot. "Pak Atlas kan?" lanjut Kavi dengan nada yang jahil.
"Ciee.. ciee..." Kedua pria itu dengan kompak menjahilinya. Astaga! Lili benar - benar malu sekarang. Dari mana mereka semua tahu? Padahal Lili sudah susah payah pacaran ala - ala backstreet!
"Kata siapa?" Lili bertingkah seakan tebakan mereka salah. Namun Aby dan Kavi justru menahan tawa mereka.
"Keliatan banget lagi! Lo kan gak cuma sekali dua kali dianterin doi. Dan asal lo tau, mobil cowo lo itu gak semua orang punya. Jadi gampang lah seleksi siapa orang yang antar-jemput lo!" kata Kavi. Aby menganggukkan kepalanya sedang Lili meringis.
"Sok tahu lo! Bisa jadi itu sugar daddy gue!" sanggah Lili yang langsung membuang pandangannya saat kedua rekan kerjanya itu menatapnya sangsi.
Abu tertawa sebagai tanggapan, "Cewe kaya lo mana ada ngerti cari papa gula gitu Li. Orang dideketin sama anak - anak kantor aja gak peka - peka. Lo kan kembang desa kita disini." kata pria itu.
"Lagian Li, waktu terakhir kita rapat sama perusahaan Pak Atlas terus lo ilang setelah rapat selesai, gue udah nangkep basah lo kok." Kavi tersenyum jahil pada jedanya.
"Gue sama Rina sempet balik lagi ke sana beberapa lama kemudian karena ada file perusahaan yang ketinggalan di ruang rapat. Terus gue liat lo sama Pak Atlas lagi jalan bareng ke arah basement sebelum masuk ke mobil doi. Terus uwu - uwu deh." Lili sontak menutup wajahnya dengan buket bunga pemberian Atlas yang sukses membuat Aby dan Kavi tertawa.
"Tetep aja yang paling kasihan gue! Pak Atlas sempet nyuruh atasan kita buat ganti supaya gue gak di pasangin jadi project manager sama ayangnya lagi. Pasti gara - gara cemburu deh tuh liat gue sama Lili. Emangnya lo gak kasih tau dia ya Li kalo gue udah punya cewe?" timbrung Aby menanggapi.
Kedua manusia itu asik menjahilinya selama lift bergerak naik. Kalau tidak ingat ini di kantor, mungkin Lili sudah melakban mulut kedua pria bawel itu sekarang.
Lalu untuk apa selama ini Atlas dan Lili berpura - pura tidak kenal satu sama lain kalau nyatanya mereka sudah tau faktanya?
"Pak Udin! Lili udah dapet cincin!" teriak Kavi begitu memasuki ruangan kantor mereka yang sukses membuat Lili menjadi pusat perhatian.
"Yes! Bener kan gue! Pak Atlas tuh serius sama Neng Lili! Sini bayar uang taruhan lo!" Itu suara Pak Udin yang baru saja menepuk kepala Mas Bayu dengan cengiran lebarnya.
"Taruhan?" gumam Lili tak mengerti.
"Minggu lalu Pak Udin sama Mas Bayu taruhan. Pak Udin percaya kalo Pak Atlas tuh serius sama lo sedangkan kata Mas Bayu lo cuma dijadiin selingannya doang." Kavi menjelaskan seraya tersenyum lebar begitu melihat Bayu memberikan sejumlah uang pada Pak Udin.